Pada tanggal 12 Oktober, ribuan tahun sebelum penulis menerbitkan artikel ini, terjadi suatu peristiwa yang tercatat dalam sejarah manusia, yaitu meninggalnya seorang tokoh Yunani bernama Demosthenes.
Demosthenes dikenal sebagai seorang negarawan Yunani dan orator ulung pada masa Athena kuno yang mempengaruhi politik dan budaya pada masa itu.
Mungkin pembaca akan bertanya: Apa implikasi peristiwa meninggalnya tokoh tersebut? Apa kaitannya dengan demokrasi Yunani? Apa peristiwa tersebut akan menjadi inspirasi sesuatu hal?
Untuk pertanyaan tentang “apakah meninggalnya Demosthenes akan menjadi inspirasi sesuatu”, judul artikel ini sudah sedikit menjadi jawaban.
Bisa jadi, ini pertama kalinya pembaca mengetahui bahwa kematian tokoh Yunani yang satu ini akan mempengaruhi sebuah secret society atau perkumpulan rahasia bernama Skull and Bones.
Sekilas Mengenai Skull and Bones
Skull and Bones adalah suatu perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1832 di salah satu universitas ternama di Amerika Serikat, Yale University.
Skull and Bones mempunyai beberapa nama sebutan lain, di antaranya adalah “The Order”, “Order 322” dan “The Brotherhood of Death”.
Perkumpulan rahasia ini didirikan oleh dua orang mahasiswa Yale, yaitu William Huntington Russell (1809-1885) dan Alphonso Taft (1810-1891).
Sedikit bahasan, William Huntington Russell di kemudian hari menjadi seorang tokoh pendidikan, pengusaha, dan politisi abolitionist atau politisi yang mendukung penghapusan perbudakan.

Sementara Alphonso Taft di kemudian hari menjadi pejabat Amerika Serikat yang menempati berbagai posisi, di antaranya adalah duta Amerika Serikat untuk Austria-Hungaria (1882-1884) dan duta Amerika Serikat untuk Rusia (1884-1885).
Sepanjang sejarahnya, perkumpulan rahasia ini mampu merekrut tokoh-tokoh elit dunia yang berpengaruh, di antaranya adalah pendiri majalah Time Henry Luce dan pendiri FedEx Frederick W. Smith.
Anggota lainnya misalnya James Jesus Angleton yang mendapat julukan “mother of the Central Intelligence Agency” dan presiden Amerika Serikat ke-41 George Helbert Walker Bush.
Putra George H.W Bush yang bernama Geore W. Bush yang kemudian menjadi presiden Amerika Serikat ke-43, juga merupakan seorang anggota Skull and Bones.
Lawan politik George Bush dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2004, John Kerry, adalah sesama anggota Skull and Bones.
Masa Kecil Demosthenes, yang Mungkin Akan Mengingatkan pada Naruto
Dari sedikit bahasan tentang salah satu negara yang menganut prinsip demokrasi abad sekarang, Amerika Serikat, mari kita kembali ke bahasan era demokrasi Yunani, era ketika Demosthenes hidup.
Demosthenes dilahirkan di kota Athena, Yunani. Ia lahir pada tahun 384 Sebelum Masehi, kira-kira selama tahun terakhir satuan waktu Olimpiade ke-98 atau tahun pertama satuan waktu Olimpiade ke-99.
Demosthenes mempunyai ayah yang bernama sama dengan namanya, Demosthenes. Keluarga mereka tinggal di wilayah sub-urban Paeania di kawasan pedesaan Athena.

Ayahnya merupakan seorang pembuat pedang yang kaya. Ketika Demosthenes menjadi anak yatim pada usia tujuh tahun, ayahnya telah meninggalkan harta yang banyak untuk Demosthenes.
Namun, wali sah Demosthenes yakni, Aphobus, Demophon, dan Therippides, menyalahgunakan warisan yang banyak tersebut.
Pada tahun 366 Sebelum Masehi, atau saat berusia sekitar 18 tahun, Demosthenes menuntut warisan ayahnya diserahkan kepadanya, yang mencapai nilai 14 satuan talent.
Namun para wali sah Demosthenes, hanya mengembalikan harta warisan yang semestinya menjadi haknya tersebut begitu sedikit.
Mereka hanya menyerahkan sebuah rumah, 14 budak, dan harta sekitar seperduapuluhdelapan(1/28) dari warisan senilai 14 satuan talent.
Bagi para pembaca manga, mungkin kisah ini akan mengingatkan pada tokoh manga Naruto dan Hokage ketiga Sarutobi Hiruzen, yang diisukan mengkorupsi warisan peninggalan ayah Naruto 😀
Di artikel lain, penulis akan membuat ulasan lebih lanjut tentang warisan yang disalahgunakan, masa kehidupan Demosthenes pada masa muda hingga menginjak dewasa, dan kariernya sebagai orator ulung.
Menentang Kerajaan Makedonia dan Aleksander Agung
Seperti yang telah ditulis di awal, Demosthenes di kemudian hari menjadi seorang orator ulung yang bisa mempengaruhi politik dan budaya di masanya.
Bukan hanya persoalan politik di dalam negerinya, Demosthenes juga terlibat dalam percaturan politik antar negara.
Demosthenes dikenal sebagai seorang penentang Kerajaan Makedonia. Dengan kemampuannya, ia kerap membuat orasi untuk menyerang Raja Filipus II dari Makedonia.

Ketika raja tersebut wafat, Demosthenes juga menentang penerus raja itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Aleksander III dari Makedonia atau yang lebih dikenal sebagai Aleksander Agung atau Alexander The Great.
Menurut catatan sejarah kuno, Demosthenes menyebut Aleksander Agung sebagai seorang anak laki-laki dan sebagai seorang “Margites”.
Kata “Margites” merupakan kata yang digunakan orang-orang Yunani untuk menyebut sesoerang sebagai orang yang bodoh dan tidak berguna.
Perang Lamia dan Meninggalnya Demosthenes
Demosthenes masih hidup ketika Aleksader Agung telah tutup usia pada tahun 323 Sebelum Masehi. Ketika Aleksander Agung meninggal, pecahlah perang Lamia.
Perang Lamia, yang disebut juga dengan Perang Hellenik, adalah perang antara koalisi negara-kota yang meliputi Athena dan Liga Aetolia menghadapi Makedonia dan sekutunya Boeotia.
Pada konflik yang berlangsung dari tahun 323 SM hingga 322 SM tersebut, Kerajaan Makedonia di bawah pimpinan Antipatros, Leonnatos, Krateros, dan Kleitos “The White” mengukuhkan diri menjadi pemenang.
Dengan kemenangan tersebut, Liga Aetolia bubar, dan pihak Makedonia memberi hukuman pihak yang kalah.

Pada awalnya Antipatros membuat perjanjian damai secara terpisah dengan tiap negara-kota yang dikalahkan dengan syarat ringan, untuk membubarkan aliansi Yunani melawan Makedonia.
Namun, Athena bersama dengan Aetolia mendapat nasib berbeda. Athena dipaksa untuk membubarkan sistem demokrasi mereka dan sebagai gantinya menerapkan sistem plutokratis.
Pada sistem plutoratis tersebut, hanya 9.000 warga terkaya yang mempunyai hak dalam kepemilikan eksklusif kota.
Sementara 60% dari seluruh warga negara, yang terdiri dari sekitar 12.000 orang termiskin, diasingkan secara permanen.
Kemudian, banyak kota Yunani lainnya mengalami nasib serupa. Di kota-kota tersebut, Antipatros mengangkat oligarki yang tunduk pada Makedonia.
Di tiap kota itu Antipatros juga membangun garnisiun tentara Makedonia. Ia juga mengeksekusi para politikus pendukung demokrasi dan pendukung penentuan nasib sendiri.
Sementara itu, Demosthenes kabur ke pulau Kalaureia. Namun di sana ia ditemukan Archias, yang merupakan salah satu orang kepercayaan Antipatros.
Demosthenes memutuskan bunuh diri daripada ia ditangkap dan disiksa oleh para pemburu Kerajaan Makedonia.
Demosthenes berpura-pura ingin menulis surat kepada keluarganya, dan bunuh diri dengan mengambil racun dari buluh pena.
Tahun 322 Menjadi Inspirasi Simbol Skull and Bones
Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, salah satu nama lain perkumpulan rahasia Skull and Bones adalah Order 322.
Angka 322 tersebut muncul di simbol mereka, bersama dengan gambaran sebuah tengkorak dan tulang belulang menyilang.

Pada arsip Universitas Yale, sebuah surat antara anggota masa-masa awal Skull and Bones menunjukkan bahwa 322 adalah referensi ke tahun 322 SM
Tahun 322 SM, tak lain dan tak bukan adalah tahun meninggalnya Demosthenes, dan masa di mana Athena dipaksa membubarkan pemerintahan demokrasi mereka dan menggantinya dengan sistem plutokratis.
Akan menjadi hal yang tak aneh, apabila ada yang mengkaitkan sistem plutokrasi era 322 SM yang hanya memberi hak untuk 9000 warga terkaya, dengan elitisme para anggota Skull and Bones yang mempunyai pengaruh besar.
Sebuah paham plutokrasi di negara demokrasi Amerika Serikat, bukankah itu hal yang menarik untuk menjadi pembahasan?
Masih banyak hal lain yang menarik untuk dibahas dari Skull and Bones ini, termsuk kemungkinan makna lain dari angka 322 di simbol Skull and Bones.
Penulis akan mebahas hal ini di artikel lain. 🙂