Selasa, 27 Januari 1981 kapal Tampomas II tenggelam di lautan Masalembo. Selat diantara pulau Jawa dan Sulawesi tersebut menjadi saksi tewasnya ratusan penumpang. Tahun ini berarti sudah 40 tahun tragedi tersebut terjadi. Namun hingga sekarang, masih menyisakan banyak cerita didalamnya. Termasuk kejanggalan-kejanggalan yang ada sebelum, saat, dan setelah tragedi tersebut terjadi.
Kapal Tampomas II sendiri sebelumnya bernama MV Great Emerald. Dibuat pertama kali tahun 1956 oleh Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki, Jepang. Kapal berbobot 2.419.690 ton tersebut awalnya sudah dianggap afkir pada tahun 1971. kemudian dimodifikasi ulang kembali di Taiwan.
Setelah dimodifikasi ulang, kapal itu kemudian dinamakan Tampomas II. Dengan lebar 22 meter dan panjang 125,6 meter, kapal Tampomas II kemudian dibeli oleh PT.PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional) dari pihak Comodo Marine Co, dengan harga US$ 8,3 juta. Kemudian dipergunakan oleh PT. PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia) yang membelinya kembali dengan cara mengangsur selama sepuluh tahun, kepada PT. PANN.
Harga Terlalu Mahal
Kejanggalan pertama yang ada merupakan harga kapal yang dianggap terlalu mahal. Karena diketahui sebelumnya kapal ini ditawarkan kepada perusahaan pelayaran swasta lain hanya seharga US$ 3.6 Juta.
Ada indikasi terdapat kongkalikong permainan harga dan kepentingan penguasa didalamnya. Namun bukti tersebut tak dapat dimunculkan oleh pihak Kejaksaan Republik Indonesia dalam persidangan kasus ini berikutnya.
Pelayaran Perdana yang Memalukan
Kejanggalan berikutnya mengenai kisah pelayaran pertama kapal Tampomas II yang memalukan. Pelayaran perdana Tampomas II dilakukan pada 2 Juni sampai dengan 13 Juni 1980. Rute yang ditempuh ialah Padang-Jakarta-Ujungpandang. Pelayaran tersebut mengajak serta sejumlah wartawan dan anggota DPR.
Pada pelayaran, yang diikuti oleh beberapa anggota DPR tersebut sempat terjadi mati mesin beberapa kali. Berbagai kejanggalan selama perjalanan diantaranya kapal yang berputar-putar dalam radius yang sama dikarenakan rusaknya salah satu Knop Otomatis pengatur mesin kapal. Selain itu juga terjadi pembatalan Acara Show Kapal karena matinya aliran listrik dalam waktu yang lama. Menurut seorang wartawan, enam kali mesin kapal rusak selama dalam perjalanan.
Penumpang Gelap
Kejanggalan ketiga mengenai masalah penumpang gelap didalam kapal. Dalam pelayaran tersebut, Seluruh penumpang yang terdaftar berjumlah 1054 orang, ditambah dengan 82 awak kapal. Namun diperkirakan keseluruhan penumpang berjumlah 1442 orang, termasuk sejumlah penumpang gelap. Sebuah sumber menyebutkan angka taksiran jumlah penumpang gelap sekitar 300 orang. Tim penyelamat memperkirakan 431 orang tewas (143 mayat ditemukan dan 288 orang hilang bersama kapal), sementara 753 orang berhasil diselamatkan. Sumber lain menyebutkan angka korban yang jauh lebih besar, hingga 666 orang tewas. Dari catatan kapal tangker Istana VI berhasil menyelamatkan 144 penumpang Tampomas dan 4 jenazah, sementara KM Sengata menyelamatkan 169 orang dan 2 jenazah, kapal lain KM Sonne tercatat menemukan 29 Mayat termasuk mayat Nakhoda KMP Tampomas II Kapten Abdul Rivai
Tindak Lanjut Tak Jelas
Menteri Perhubungan kala itu, Roesmin Nurjadin menjelaskan kalau tak terjadi hal yang aneh di ruang mesin. Justru ia merujuk pada kasus kebakaran awal di ruang geladak kapal, tempat kendaraan berada. Menurutnya goncangan ombak laut yang memang besar pada saat itu, membuat kendaraan yang dimuat didalam kapal bergerak dan membuat percikan api. Kemudian api tersebut yang menyebar ke ruang mesin.
Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Bob Rusli Efendi Nasution juga tak memberikan hasil yang memuaskan. Ada kesan bahwa kasus ini dengan sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah saat itu, meskipun banyak suara dari parlemen yang menuntut pengusutan yang lebih serius.