Toxic relationship atau hubungan ‘beracun’ paling sering hanya dengan sikap kasar, posesif, perselingkuhan, atau kebohongan yang dilakukan pasangan.
Sayangnya, ada perilaku-perilaku lain yang sebenarnya masuk dalam kategori toxic tapi disepelekan dan dianggap normal.
Perilaku yang sudah jadi kebiasaan ‘lumrah’ ini sebenarnya bisa mengancam hubungan hubungan asmara dengan kekasih. Karena beberapa diantaranya melibatkan perilaku manipulatif.
Jadi, apa kalian juga melakukan hal-hal ini?
1. Menghitung dan membandingkan kesalahan
Ada pasangan yang sering kali saling mengungkit-ungkit kesalahan yang mereka buat di masa lalu seolah-olah mereka mencatatnya secara detail.
Ketika sepasang suami istri atau kekasih melakukan ini, itulah yang disebut relationship scorecard.
Ini menjadi kompetisi untuk menunjukkan siapa yang lebih banyak berjasa, siapa biang rusuh dalam hubungan, dan siapa yang lebih berutang pada yang lain.

Ini terjadi seiring waktu ketika salah satu atau kedua orang dalam hubungan terus mengungkit kesalahan pasangannya untuk meminta pemakluman atau malah membenarkan kesalahan yang telah mereka buat sendiri.
Bisa dibilang, orang yang melakukan hal ini sedang menghindari tanggung jawab atas kesalahannya sendiri dengan membuat pasangannya merasa berdosa atas kesalahannya di masa lampau.
Pecahkan masalah secara terpisah, kecuali jika masalah tersebut memang saling terkait.
Jika ada sesuatu membuat kalian kesal setahun yang lalu, kalian seharusnya membicarakannya di tahun lalu dan bukan di masa kini.
Saat kalian memutuskan untuk bertahan bersama seseorang, itu berarti kalian sudah memilih untuk menerima dan memaafkan apa yang mereka perbuat di masa lalu.
Jika tidak bisa, lantas kenapa tetap bertahan dalam hubungan terus menerus flashback ke masa lalu? Kalian sudah ada di masa kini dan tidak sedang berputar-putar di masa lalu, lho!
2. Passive Aggression
Alih-alih mengungkapkan perasaan mereka, sebagian orang malah menyuruh pasangannya untuk mencari tahu sendiri.
Bukannya menyatakan apa yang mengganggu pikiran mereka, orang malah memendam kekhawatirannya sendiri.
Pasti kita sering menyaksikan atau mendengar percakapan antara sepasang kekasih:
+ “Kamu kenapa?”
~ “Nggak apa-apa.”
+ “Kok kelihatan sebel?”
~ “Pikir aja sendiri!”
Ini bisa dibilang sebagai serangan pasif terhadap pasangan yang akhirnya membuat pasangan bertarung dengan rasa penasaran dan kekhawatirannya sendiri.
Apa kalian juga pernah melakukan ini pada pasangan?
Ini berarti kalian tidak dapat berkomunikasi dengan nyaman, terbuka, dan jelas satu sama lain.
Kita tidak bisa selamanya bermain teka-teki dan berharap pasangan bisa menebak dengan benar.
Berbicara dengan jelas dan mendiskusikan masalah dengan satu sama lain secara terbuka itu jelas lebih baik untuk membangun hubungan yang sehat.
3. Mengancam hubungan
Ketika seseorang merasa tidak setuju atau keberatan dengan keputusan dan perilaku pasangannya, kemudian mereka mengancam untuk mengakhiri hubungan, jelas akan menciptakan banyak drama tidak penting.
Bisa dikatakan orang tersebut melakukan pemerasan secara emosional pada pasangannya.
Tidak menyetujui keputusan atau pilihan pasangan adalah hal yang wajar karena berkomitmen bukan berarti betul-metul menyamakan selera dan isi pikiran.
Sepanjang pilihan atau selera pasangan bukan hal yang buruk, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
4. Menumbalkan pasangan
Sering kali seseorang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan tapi melimpahkan emosi negatifnya pada pasangan yang sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Mungkin mereka berharap, bertemu dengan pasangan akan membuat perasaan mereka lebih baik.
Namun, karena pasangan tidak tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan, mereka jadi kian kesal dan meluapkan seluruh kemarahan pada pasangannya.
Siapapun tidak bisa mengharapkan bahwa pasangan harus tahu bagaimana perasaan mereka sepanjang waktu tanpa berkomunikasi.
Hal ini justru hanya akan mendorong munculnya rasa ketergantungan.
Menguasai emosi adalah sebuah keharusan. Jangan melimpahkan emosi negatif dari tempat lain yang sebenarnya tidak berkaitan dengan pasangan.
Pasangan hanya berkewajiban mendukung, bukan mengetahui seratus persen isi kepala kita karena mereka bukan cenayang.
5. Kecemburuan
Cemburu tanda cinta? Nanti dulu. Ada banyak perilaku cemburu yang kurang masuk akal tapi orang mengklaim kecemburuannya berlandaskan cinta.
Manusia adalah makhluk sosial. Rasanya mustahil untuk membatasi interaksi dengan manusia lain baik sesama atau lawan jenis.
Beberapa orang bisa merasa sangat cemburu hanya karena pasangan mereka berbicara, menelepon, mengirim pesan teks, atau melakukan komunikasi normal lainnya dengan orang lain.
Hal ini membuat seseorang berusaha mengendalikan pasangannya.
Parahnya, orang bisa bertindak keterlaluan seperti meretas sosial media, email pasangan, diam-diam mengecek ponsel pasangan, atau bahkan berkonflik dengan teman pasangan yang membuatnya cemburu.
Ini adalah tanda kurangnya kepercayaan yang mengarah pada perilaku manipulatif.
Kecemburuan itu normal, tetapi mengendalikan pasangan atas nama cinta justru hanya akan membuat pasangan ingin lepas dari kalian.
6. Menebus masalah dengan kebahagiaan sesaat
Orang sering berlibur untuk melepas penat dan itu adalah hal yang bagus.
Tapi, berlibur, jalan-jalan, belanja, melakukan perawatan di salon untuk mengabaikan masalah, itu cuma kebahagiaan semu.
Ini bisa menjadi racun yang terasa manis karena saat menghindari masalah, mereka tidak menyadari bahwa sejatinya mereka hanya menyimpan dan menumpuk masalah.
Kemungkinan besar, di lain hari masalah mereka tahu-tahu sudah lebih rumit.
Tidak ada yang salah dengan bersenang-senang.
Tetapi bersenang-senang untuk lari dari perselisihan saat masalah belum tuntas, hanya akan menjadi ganjalan dalam pikiran, bukan?
Hubungan yang sehat melibatkan kejujuran, kepercayaan, rasa hormat, dan komunikasi terbuka antara pasangan serta membutuhkan upaya dan kompromi dari kedua orang tersebut tanpa ada ketidakseimbangan kekuatan.
Pasangan menghormati independensi satu sama lain, dapat membuat keputusan sendiri dan berbagi keputusan tanpa takut akan pembalasan atau kemarahan terpendam.