Basa basi merupakan sebuah cara yang biasa digunakan untuk membangun suasana. Hal ini diharapkan bisa membuat akrab satu dengan yang lainnya. Apalagi ketika pertama kali bertemu setelah sekian lama, tentunya basa- basi merupakan hal yang wajib.
Pertanyaan yang muncul biasanya berkisar menanyakan kabar, keluarga, pekerjaan, pendidikan, bisnis, dan hal- hal yang dianggap umum lainnya. Namun ditengah basa- basi terkadang tak sadar kalau sudah terlalu jauh. Entah membahas ranah privat, topik sensitif, kata- kata yang tak pantas untuk disebut sebagai basa- basi. Mungkin saja hal itu menimbulkan sakit hati.
Sangat disayangkan jika basa- basi berujung sakit hati. Tapi nyatanya hal itu cukup sering terjadi dan tak bisa terhindarkan. Kita tidak bisa mengontrol sikap orang lain terhadap kita, namun kita bisa mengontrol diri sendiri untuk menjaga hati orang lain. Jangan sampai basa- basi kita berujung sakit hati lho. Alih- alih basa- basi malah hubungan menjadi renggang.
Untuk mencegah sakit hati, berikut ini adalah basa- basi yang harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan:
1. “Eh kok sekarang gendutan ya?”
Rasanya tiada basa- basi tanpa “eh kok sekarang gendutan ya?”. Ya, sering sekali mendengarnya. Senang jika yang ditanyai ini adalah orang yang menantikan kegendutan. Bagi yang tidak, tentu saja menjadi boomerang tersendiri. Kata- kata yang dianggap biasa saja tapi bisa saja menyakitkan.
Kita tidak tahu seberapa besar usaha untuk menerima diri sendiri, menjaga pola makan, olahraga, dan yang lainnya tapi dengan mudahnya dipatahkan. Alih- alih menjatuhkan, kenapa gak diubah menjadi basa- basi yang positif misalnya “wah kelihatan bugar sekali badannya”.
2. “Eh kurusan ya”
Badan lebih berisi salah, badan lebih kurus salah. Selalu saja salah dimata orang lain. Padahal sudah berusaha mati- amtian untuk menambah berat badan tapi memang belum nambah saja. Daripada komentar “kurusan ya” lebih baik diam saja dek.
3. “Kok tambah item sih?”
Mendurut pandangan konstruktif orang berkulit putih berarti cantik atau ganteng, sedangkan kulit hitam sebaliknya. Coba kita lihat Zozibini Tunzi seorang miss universe 2019 berasal dari Africa Selatan dan berkulit gelap. Kecantikannya diakui oleh seluruh dunia meskipun kulit dia tidak putih.
Ya, ukuran cantik atau tidaknya seseorang tidak hanya dilihat dari warna kulit saja. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk dinyatakan sebagai cantik. Jadi, tidak perlu berkomentar warna kulit. Tidak ada salahnya berkulit gelap, justru eksotis.
4. “Kok sekarang jerawatan sih?”
Perkara jerawat itu saja sudah bikin stress ditambah lagi dengan basa- basi yang sangat basi. Tambah stress yang berujung tambah jerawat lagi. Jerawat itu tak pernah diminta, tak pernah minta izin pula kalau muncul. Terkadang sudah diupayakan apa saja tapi masih tetap ada.
Kalau saja setiap orang punya pilihan untuk mukanya, pasti semua orang memilih untuk bermuka mulus tanpa masalah apapun. Tapi kan tidak. Jadi, daripada basa- basi macam itu mending kasih semangat “gak papa jerawat itu wajar kok dan pasti bakal hilang kalau sudah waktunya”. Tapi kalo gak bisa kasih semangat ya mending tutup mulut ya.
5. “Kapan nikah?”
Jika basa- basi itu dilayangkan kepada orang yang sudah lamaran tak ada salahnya. Tapi kalau ditanyakan kepada orang yang jomblo, baru putus, baru cerai, putus asa karena tak kunjung bertemu jodohnya, apakah basa- basi itu pantas? Alih- alih bertanya demikian, coba deh pertanyaannya diganti menjadi “apa yang menjadi pertimbanganmu belum menikah hingga sekarang?”
6. “Kapan punya momongan (lagi)?”
Setiap yang sudah menikah pasti mendapati basa- basi ini. Urusan momongan kan urusan pasangan masing- masing dan tentu urusan Tuhan. Ada yang memang memilih untuk menunda, ada yang berusaha namum belum rezeki, apapun alasan itu hanya pasangan yang tahu. Bukan ranah orang lain untuk mengurusi hal ini. Lagi pula kalau sudah ada momongan memangnya mau bantu mengurusnya?
7. “Kapan wisuda?”
Mahasiswa akhir yang sedang pusing urusan skripsi, terkadang judul saja belum acc, tempat penelitian saja belum menemukan, proposal saja baru latar belakang, tetapi sudah ditanya “kapan wisuda?” Pertanyaan yang terlalu jauh untuk dicerna. Perihal skripsi itu sangat kompleks dan setiap orang memiliki perjuangannya masing- masing. Kalau tidak bisa menyemangati ya mending jangan singgung urusan sensitif ini.
Basa- basi diatas tak pernah absen kita temui di masyarakat. Seolah menjadi tradisi yang terus dilestarikan hingga sekarang. Kata- kata sepele untuk membangun keakraban tapi berujung menjatuhkan mental seseorang. Sudah saatnya 7 basa- basi model diatas harus dihapuskan.