Makan untuk hidup atau hidup untuk makan? Banyak budaya kuliner di Indonesia yang membuat dahi berkerenyit.
Tapi makanan-makanan tersebut adalah kebijakan lokal yang dihasilkan dari proses pembelajaran dan perjuangan masyarakat setempat yang harus kita hormati.
Pernahkah terpikir bagaimana orang Indonesia Timur berhasil mengolah sagu menjadi makanan, padahal prosesnya tidak mudah…. bukan sekedar petik dan rebus?
Yang pasti sebagai seorang peminat kuliner, beberapa kuliner ekstrim khas Indonesia ini tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke daerahnya. Apa saja itu?
Mohon konsultasi dengan pemuka agama masing-masing tentang apa yang dapat dimakan dan apa yang sebaiknya dihindari.
1. Ular Kobra

Kobra adalah ular yang paling ditakuti karena racunnya. Tapi di Indonesia, ular kobra ditangkar dan diternakkan untuk dikonsumsi.
Alasan mengkonsumsi adalah untuk kesehatan. Tapi menurut beberapa orang bule yang berani mencobanya, rasanya enak.
Nah, masa sebagai orang Indonesia malah kamu kalah sama mereka. Ayo coba.
Setelah dipenggal kepala yang mengandung racun, ular lalu dikuliti. Empedu dan darahnya diambil dan dicampur untuk menjadi minuman.
Lalu dagingnya dibuat berbagai macam masakan, seperti rica atau goreng dan lain-lain menurut spesialisasi warung atau permintaan konsumen.
Setelah menikmati daging kobra, maka kamu harus mencoba minum darahnya.
Dimana kita bisa menemukan kuliner ngeri-ngeri sedap ini? Dulu banyak sekali lho di Mangga Besar Jakarta dan sampai sekarang pun masih ada.
Masakan ini juga bisa ditemukan di Kota Yogyakarta.
2. Ulat Sagu

Ulat adalah binatang yang terkenal dapat bermetamorfosis dari jelek menjadi si cantik kupu-kupu.
Tapi ulat yang akan kita temui ini tidak akan berubah menjadi apapun, kecuali makanan lezat dari Papua.
Apa ya rasanya? Gurih, enak dan ternyata dapat menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi. Ulat sagu bisa dimakan mentah maupun dibakar dulu.
Hati-hati, kalau sudah berhasil melampaui rasa jijiknya, bisa-bisa kamu ketagihan!
3. Paniki

Paniki adalah sebutan kelelewar bagi orang Minahasa, Manado, Sulawesi Utara.
Yup…. Betul… binatang bermuka seperti tikus yang menguasai malam dan menjadi inspirasi bagi karakter Batman.
Jenis kelelawar yang dipakai adalah jenis kelelawar pemakan buah, dan biasanya dimasak rica, jadi agak pedas.
Rasa dagingnya enak, lembut, dan kalau tidak tahu mungkin sama saja dengan makan ayam.
Namun sensasi rasa yang juga harus dicoba adalah sayapnya yang kriuk-kriuk, seperti makan jamur kuping.
4. Tikus

Masih di daerah Manado, tikus juga jadi masakan khas yang harus dicoba bila berkunjung ke sini.
Jangan membayangkan tikus-tikus got yang jorok dan makan sembarangan.
Tikus yang diolah di sini adalah tikus hutan berekor putih yang hanya makan tumbuh-tumbuhan dan hidup liar.
Tikus diolah dengan cara dibakar dan kemudian dibuat rica-rica.
5. Rica Biawak
Biawak, adalah binatang satu genus dengan Komodo, yang hanya hidup di Pulau Komodo.
Panjang biawak bisa mencapai 2 meter, larinya cepat dan bisa menggigit. Tapi di berbagai wilayah di Indonesia, biawak sering kali dibuat makanan. Digoreng enak, dibuat rica pedas pun enak.
Biawak bisa ditemukan di pusat-pusat kuliner ekstrim di Jakarta dan sepanjang pulau Jawa.
Biawak juga bisa ditemukan dari Sumatera Utara sampai Sulawesi Utara.
Oh ya, kabarnya daging biawak itu baik untuk menyembuhkan kulit yang bermasalah seperti kurap.
6. Belalang Goreng

Teman Po Panda yang jago Kung Fu rasanya terlalu lucu atau malahan terlalu seram dibayangkan untuk berada di mulut kita.
Tapi sebenarnya sebagian besar budaya petani adalah memakan binatang-binatang yang menjadi hama tumbuhan.
Karena panen sering gagal karena hama ini, maka petani pun sering terpaksa menjadikannya makanan pengganti.
Olahan belalang sebagai makanan paling sering adalah dengan digoreng. Rasanya kriuk dan gurih selama kita tidak melihat bentuknya.
Yuk coba kenekadan kamu dan makan belalang sambil buka mata.
7. Darah

Di banyak agama samawi, darah tidak boleh dimakan, karena darah dianggap menyimpan kehidupan makhluk itu baik manusia maupun binatang.
Tapi sebenarnya di Indonesia, masyarakat memiliki filosofi untuk memakan seluruh binatang, baik untuk menghormati pengorbanannya sekaligus juga untuk mengurangi limbah yang dihasilkan.
Masyarakat Batak memasak daging dengan darahnya menjadi makanan yang disebut Saksang.
Masyarakat Jawa mengukusnya dan menyebut Saren atau Marus. Di Bali pun ada makanan lawar merah yaitu urap dicampur daging dan darah.
Masih di Bali, Oret adalah semacam susis yang mengandung darah selain dari daging dan rempah.
Makan darah harus hati-hati dan memastikan proses pengolahannya bersih. Tapi rasanya gurih, lembut dan tidak amis.
8. Torpedo

Torpedo adalah testis sapi atau kambing. Ya betul, bagian tubuh sapi jantan yang akan menghasilkan sapi-sapi mungil.
Apa ya rasanya? Biasanya torpedo ini disantap dengan bumbu gulai atau soto kaki. Banyak lho bisa ditemukan di beberapa warung soto kaki di Jakarta.
9. Trites

Trites sering juga disebut Pagit-pagit, dan merupakan makanan khas Batak Karo. Trites dibuat isi dari perut besar sapi.
Mungkin kita familiar dengan babat yang sering dijumpai di soto-soto.
Bedanya adalah Trites ini tidak mengambil babatnya, namun isi yang masih ada di perutnya, yaitu semua makanan sapi yang sudah masuk ke dalam perutnya namun belum diolah.
Mungkin untuk dapat memahami makanan ini, kita harus memahami cara sapi memproses makanannya.
Kalau kita makan sesuatu, maka setelah ditelan makanan itu langsung diolah oleh tubuh kita dengan berbagai enzim.
Sapi tidak. Sapi menyimpan makanan di perut besar dan suatu waktu akan dikeluarkan melalui mulu dan dikunyah kembali.
Baru setelah pengunyahan kembali itu, makanan akan masuk ke proses pencernaan sampai ke pembuangan.
Nah jadi Trites ini memanfaatkan rumput-rumput yang belum dicerna, lalu diperas.
Air perasannya direbut hingga 3 jam sehingga menghasilkan kaldu yang gurih. Hasilnya….coba saja yaaa.