Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI, yang dirilis pada tahun 1984, adalah salah satu film yang telah meninggalkan bagi jejak kesan untuk jagat perfilman Indonesia.
Jejak kesan itu bisa berarti banyak hal: Bagaimana film ini menjadi kenangan generasi yang pernah diwajibkan menontonnya, bagaimana akurasi sejarah film ini, dan sebagainya.
Meski pada tahun 2022 film yang disutradarai Arifin C. Noer ini telah mencapai usia 38 tahun sejak perilisannya, film ini masih menjadi sumber pembicaraan, lebih-lebih menjelang akhir bulan September.
Baru-baru ini, melalui media sosial twitter, aktris Dewi Irawan melalui akunnya @dewiirawan13, pada tanggal 29 September 2022 mengunggah foto skrip film ini.
Aktirs itu menuliskan keterangan, “Posting lagi, biar dedek2 paham! Ini script filmnya thn 82, ttd Arifin C Noer sutradara”.
Di bawah keterangan, terdapat dua foto unggahan. Foto unggah pertama menampilkan tulisan kecil “Pusat Film Pertama”, tulisan besar “S.O.B”, dan tulisan kecil “Arifin C.Noer”. 
Kemudian, di foto kedua, terlihat salah satu keterangan adegan dan lokasi, juga cara pengambilan gambar.
Perlu diketahui, aktris Dewi Irawan adalah saudari dari almarhum aktor kelahiran Padang bernama Ade Irawan (5 April 1937 – 17 Januari 2020), yang merupakan salah satu aktor film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI.
Sepanjang kariernya, almarhum Ade Irawan telah membintangi banyak judul film dan telah dianugerahi beberapa penghargaan atas dedikasinya di kancah perfilman.
Penghargaan-penghargaan yang diterima oleh almarhum Ade Irawan antaranya adalah “Lifetime Achievement Award” pada Festival Film bandung tahun 2018, “Penghargaan Seumur Hidup” pada Festival Film Indonesia tahun 2019, dan Dedikasi untuk Film Indonesia pada “Indonesian Movie Awards” tahun 2020.
Sementara Dewi Irawan yang merupakan kelahiran 13 Juni 1963 juga telah mempraktekkan bakat aktingnya ke banyak karya-karya gambar bergerak.
Aktris dengan nama lengkap Saraswati Dewi Irawan itu juga telah telah terpilih menerima berbagai nominasi dan telah menerima banyak penghargaan perfilman.
Kembali ke twit Dewi Irawan, ia memang hanya mengunggah dua foto. Namun dari foto pertama, terlihat naskah itu masih tergabung disatukan klip.
Mengingat jejak kesan yang telah diwariskan film ini, ada baiknya apabila pemerintah dan pihak-pihak yang terkait membuat dokumentasi digital naskah film ini.
Kemudian setelah didokumentasi, akan lebih baik bila disediakan akses untuk publik. Tentunya dengan beberapa syarat, misalnya usia pengakses dokumentasi tersebut.
Bagaimana pendapat pembaca?
