Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
TULIS ARTIKEL
  • Beauty
  • Otaku
  • Film & Serial
  • Teknologi
  • Food
  • Traveling
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Hewan
  • Lifestyle
  • Relationship
  • Entertainment
Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
Home Sosial

Aku Ada Uang Maka Aku Ada

oleh wahyu al iman
14/07/2022

Aku ada uang maka aku ada, ada uang maka aku ada, itulah konsensus pemikiran kali ini, bukan lagi aku berpikir maka aku ada,melainkan aku ada uang maka aku ada.

IKLAN

Filsuf Rene Descartes-pun tertawa terpingkal-pingkal. Tertawalah-tertawalah sampai tubuh mu yang ada di dalam kubur terasa sakit-sakitan memandang pemikiran mu yang dahulu.

BacaJuga

1 Oktober 1957, Semboyan “In God We Trust” Pertama Kali Muncul di Lembaran Dolar AS

5 Alasan Seseorang Tidak Mau Meminjamkan Uang Pada Keluarga atau Teman

Harga Bensin dan Energi Global Meningkat: Kenapa dan Apa Solusinya?

Agama dalam Masyarakat Demokratis, Mencederai atau Meningkatkan Nilai Demokrasi?

Brutalitas Demonstrasi: Perjuangan Atas Nama Rakyat, Gangguan Mental, atau Sekedar Kebodohan?

IKLAN

Pemikiran Rene Descartes memang menjadi konsep termasyhur yang mendobrak pemikiran Aristotelian, sebab melalui pemikirannya mampu memengaruhi para filsuf-filsuf setelahnya.

IKLAN

Pemikiran tersebut sangat terdengar familiar dan umum bagi kalangan akademisi, filsuf, maupun orang-orang awam.

Kita tahu bahwa gagasan konsep dari Descartes adalah cogito ergo sum, yang memiliki arti aku berpikir maka aku ada.

Arti dari konsep tersebut memiliki artian mengenai kesadaran sebagai sesuatu yang mendahului ada, dan maksud dari kesadaran ini adalah menjadikan diri sebagai subjektivitas.

Urusan mengenai konsep kesadaran paling utama atau paling fundamentalis adalah melalui subjektivitas seseorang, contoh seseorang mengetahui rumah, mobil, dan uang.

Berarti akal budi seseorang tersebut menyadari bahwa itu memang rumah, mobil, dan uang.

Secara sederhana konsep cogito ergo sum ini adalah berangkat dari kesadaran kemudian dielaborasikan mengenai ada saya, atau bisa berangkat dari kesadaran melalui proses menguji pikiran kita terhadap objek selanjutnya dielaborasikan menjadi saya, sehingga muncul konsep saya berpikir maka saya ada.

Konsep tersebut memberikan pemahaman bahwa perlunya media berpikir melebihi apapun hingga menjadi unsur pertama untuk mengarungi kehidupan yang beradab.

Kehidupan beradab dibentuk oleh akal yang mampu menjadi sandaran kita untuk merangkai kehidupan manusia melalui pikiran dan akal yang sudah terkonstruksi secara rasionalitas untuk melihat apapun serta memutuskan apapun dalam hidup.

Dalam hidup kali ini tepatnya di zaman serba material ini semua hal-hal yang berhubungan dengan materialisme melaju begitu kencang bagai roda yang menggilas apapun serta menerjang apapun demi tujuan material.

Tujuan itu menjadi gelombang dalam diri setiap manusia bahkan sebagai subjek menggantikan diri kita sendiri, apabila meminjam konsep dari Cartesian.

Perubahan tujuan primer sebagai subjek utama yang semula adalah diri kita atau akal kita, kini digantikan oleh gelombang material yang menjadi tujuan primer sebagai subjek.

Perubahan subjektivitas  berupa pola pikiran rasionalitas kini digeser oleh gelombang material.

Gelombang material yang saya maksudkan adalah gelombang yang memaksa kita untuk terus menancapkan gas sekencang-kencangnya hingga mampu melewati apapun mulai dari kesabaran, ketakwaan, ketidaktahuan, ketidakpunyaan, kerendahan diri, hingga ranah kontemplasi dalam diri yakni keyakinan akan semua hal.

Gelombang tersebut merajai manusia untuk takut meninggalkan sesuatu yang dianggapnya nikmat, namun perangkap menuju kebatilan secara hakiki.

Mengajak kita untuk terus menenggak dan mereguk semua hal yang berlatar belakang material.

Latar belakang gelombang material meliputi kekayaan, jabatan, popularitas, uang, pengetahuan, stratifikasi harta, pangkat hingga keunggulan individual.

Semua latar belakang gelombang itu dirangkap oleh uang, uang menjadi kerak yang hitam bagi gelombang material ini.

Uang menjadi alat pengganti hal yang utama yakni diri kita dengan akal pikir kita secara rasionalitas.

Cogito ergo sum-pun tertindih oleh namanya uang, sehingga tidak lagi ada namanya aku berpikir maka aku ada, yang ada saat ini adalah ada uang maka aku ada atau aku ada uang maka aku ada.

Itulah konsensus yang menempel dalam diri kita semua.

Konsensus pergeseran dari akal pikiran yang absolut kini ditelan oleh uang sebagai kerak materialisme.

Kita seharusnya menyikapi kerak tersebut hanya sekadar atau hanya sebatas penguji kepercayaan kita kepada Tuhan selama hidup di dunia, namun saat ini kita manusia sebagai gelombang material menganggap uang menjadi skala prioritas utama dan prioritas yang megah dibanding apapun bahkan menduakan ranah kebatinan serta kerohanian murni.

Sudut pandang sifat  terhadap uang memaksa manusia untuk menghilangkan kesadaran berpikir sebelum dielaborasikan menjadi diri yakni “liyan”.

Kehilangan kesadaran berpikir menjadikan kita melakukan apapun yang penting uang atau materialisme, sebab kita berada di gelombang material hingga memaksa kita berebut, menyikut, membegal hingga bermuka dua demi merangkul banyaknya uang.

Entah apa yang kita pikirkan soal uang atau jabatan?. Apakah materialisme adalah segala-galanya?.

Mengapa kita saling berebut uang ataukah kita ragu dengan Sang Pencipta ataukah kita tidak menerima pembagian-pembagian rezeki oleh Tuhan?, inilah konsep material yang dianggap  maju bagi semua orang bahkan negara Indonesia.

Negara Indonesia sampai saat ini menyempitkan bahwa yang bermakna adalah materi bukan pikiran atau nilai ide.

Tujuan utama Indonesia materi tapi tetap dianggap sebagai negara tertinggal dan negara berkembang, sekalipun Indonesia setiap hari hingga bertahun-tahun mencari uang atau material.

Disisi lain negara-negara maju lebih mengutamakan nilai-nilai ide dan pikiran hingga mampu memanfaatkan negara-negara yang hanya fokus kepada uang.

Saat ini kita masih berpikir bahwa dengan uang atau materi kita mampu menyawiji kita mampu berkuasa meskipun sebenarnya kita dan negara ini sudah mengerti bahwasannya materi akan meninggalkan kita dan kita akan ditinggalkannya, tetapi kita menganggap bahwa material adalah satu-satunya pengembaraan menuju keberhasilan yang sejati.

Pengembaraan menuju Ya’Raab dianggap sebagai perjalanan yang penuh rintangan penuh dengan duri-duri bengis hingga penuh keblingeran dunia.

Keblingeran menganggap bahwa uang adalah paling tinggi dibanding apapun mulai dari sikap, ide, pikiran, budaya, kepercayaan, hingga agama-pun lebih rendah daripada uang.

Uang kita anggap sebagai puncak tertinggi dalam hidup hingga uang mampu mengontrol kita, mencuci otak kita untuk sibuk melayani makhluk yang bernama material dunia.

Saya tidak melarang untuk mencari uang, tetapi saya mengajak teman-teman, saudara-saudara untuk tidak merendah kepada uang.

Uang harus kita anggap hanya sebagai efek moralitas dalam bekerja. Jangan pernah menyibukkan kerja, ibadah, dan salat kita untuk mencari material.

Yakinlah bahwa setiap kepribadian kita tidak terbelenggu oleh uang tidak semua apapun harus mendapatkan imbalan material, tetapi imbalan tersebut mampu lebih lembut, lebih halus, lebih megah seperti kepercayaan, keyakinan, dan amanah.

Jadikan uang sebagai cahaya yang menyinari semua orang, hingga membawa kita menuju wal akhirah.

Jangan sampai kita terbawa arus gelombang material hingga menggadaikan moral dan pola pikiran kita.

Kita adalah manusia yang berakal dan beradab tidak semestinya kita membudak atau membungkuk kepada dunia material, jika memang material disebut oleh semua manusia sebagai peningkatan, maka pasti dan akan terjadi moral serta pikiran ide tidak ada yang ada hanyalah aku ada uang maka aku ada, ada uang maka aku ada.

Tinggal kita tunggu seberapa kuat diri kita seberapa kuat fisik batin kita memenuhi gelombang material yang tidak akan pernah ketemu ujungnya. 

Falya’buduu rabba haadzal bait(i) : (hendaklah mereka menyembah Rabb, pemilik rumah ini). Al-ladzii ath’amahum min juu’iu(n) Wa aamanahum min khauf(in). ( Yang telah memberi makan kepada mereka, untuk menghilangkan lapar, dan mengamankan mereka dari ketakutan).

Tag: konsensusopiniRene Descartesuang
IKLAN

Baca Juga

Politisasi Agama: Sadar atau Tidak, Kaum Religius Terlibat & Melanggengkannya

Politisasi Agama: Sadar atau Tidak, Kaum Religius Terlibat & Melanggengkannya

oleh RH Valentine
6 September 2022

...

Kafein dan Belanja yang Berlebihan

Kafein dan Belanja yang Berlebihan

oleh Latifah
3 September 2022

...

Sampai Kamu Sadari, Mengambil Keputusan adalah Gambling

Sampai Kamu Sadari, Mengambil Keputusan adalah Gambling

oleh lovelydaylight
31 Agustus 2022

...

Pertalite: Makna Sebuah Antrian Panjang

Pertalite: Makna Sebuah Antrian Panjang

oleh Ade Novianto
23 Agustus 2022

...

‘Revenge Porn’ Kasus Apalagi Ini?

‘Revenge Porn’ Kasus Apalagi Ini?

oleh Astin JuliaRosa
10 Agustus 2022

...

Bagaimana Hubungan Analisa SWOT Terhadap Pengenalan Diri Sendiri?

Bagaimana Hubungan Analisa SWOT Terhadap Pengenalan Diri Sendiri?

oleh Ho, Erik Hosan
6 Agustus 2022

...

Seni Musik Lo-Fi: Menenangkan dan Fokus

Seni Musik Lo-Fi: Menenangkan dan Fokus

oleh Fitra Suseno
5 Agustus 2022

...

Ayam Geprek Dompet Friendly, Siasat Anak Kost No Time No Money

Ayam Geprek Dompet Friendly, Siasat Anak Kost No Time No Money

oleh Ghina Serviliyana
5 Agustus 2022

...

Menikah Menambah Rezeki, Apa Benar Begitu? Begini Penjelasan Logisnya

Menikah Menambah Rezeki, Apa Benar Begitu? Begini Penjelasan Logisnya

oleh Araseya
5 Agustus 2022

...

Perencanaan Keuangan, Tips Mudah Mencapai Financial Freedom di Masa Muda

Perencanaan Keuangan, Tips Mudah Mencapai Financial Freedom di Masa Muda

oleh Leni Sopia
5 Agustus 2022

...

Lainnya

Terbaru

Profil dan Biodata Chef Renatta, Juri MasterChef Indonesia

Profil dan Biodata Chef Renatta, Juri MasterChef Indonesia

27 Januari 2023
Resep Corn Dog Ala Drama Start Up

Resep Corn Dog Ala Drama Start Up

27 Januari 2023
Sinopsis Hate To Love You, Drama Korea Baru Tayang 10 Februari 2023

Sinopsis Hate To Love You, Drama Korea Baru Tayang 10 Februari 2023

27 Januari 2023
IU dan Park Bo Gum Akan Bintangi Drama Terbaru I've Been Tricked

IU dan Park Bo Gum Akan Bintangi Drama Terbaru I’ve Been Tricked

27 Januari 2023
7 Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Menikah

7 Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Menikah

27 Januari 2023
IKLAN
  • ABOUT
  • CONTACT US
  • PRIVACY POLICY
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • BERITA GAME
© 2022 Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
  • Alam
  • Beauty
  • Biografi
  • Bisnis
  • Budaya
  • Buku
  • Edukasi
  • Entertainment
  • Fashion
  • Film & Serial
  • Finansial
  • Food
  • Gadget
  • Gaming
  • Hewan
  • Horor
  • Hukum
  • Humor
  • Karir
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Lifestyle
  • Marketing
  • Misteri
  • Olahraga
  • Otaku
  • Otomotif
  • Parenting
  • Psikologi
  • Relationship
  • Sains
  • Seni
  • Sejarah
  • Sosial
  • Teknologi
  • Traveling

© 2022 Digstraksi