Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
TULIS ARTIKEL
  • Beauty
  • Otaku
  • Film & Serial
  • Teknologi
  • Food
  • Traveling
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Hewan
  • Lifestyle
  • Relationship
  • Entertainment
Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
Home Cerpen

Anak Laut Berkawan Ombak

oleh Holikin
01/12/2020

Esok pagi, masih ada waktu menelan kabut. Berjuang bersama embun yang gugur. Siangnya, masih pula ada matahari berbinar menyembul di balik laut. Alam tak pernah lelah menyuguhkan tantangan.

Sebagai anak pulau, aku tak pernah bosan melawan kabut, terus saja melawannya. Menerjang mendung. Mengangkangi laut pasang. Berbantal dan berselimut kecamuk badai. Walau akhirnya… Ah, entahlah!

BacaJuga

Profil dan Biodata Lengkap Putri Delina, Anak Perempuan Sule dan Adik Rizky Febian

4 Kesalahan Orangtua yang Bikin Anak Jadi Gak Sabar, Ayah Bunda Sudah Tahu?

Kenapa Bayi Menangis? Ini 6 Arti Tangisan Bayi yang Wajib Diketahui Para Ibu

Saatnya Orang Tua Bantu Jaga Kesehatan Mental Anak-anak & Remaja dengan 8 Kegiatan Ini!

Anak Adalah Aset Tak Ternilai

“Kak, kapan kita terbangkan layang-layang lagi?”

Angin kencang berdesing. Mudah rasanya layang-layang mengangkasa di tengah kondisi angin seperti ini. Bibirku kelu. Aku sejak tadi terdiam kaku seperti batu. Iya, dari tadi aku tidak mengindahkan permintaan adikku. Sudah dua, tiga, dan empat kali namaku disebut. Adikku yang suka bermain layang-layang itu terus menerus menarik bajuku. Merajuk. Aku hanya terdiam. Menatap tajam ke arah lautan lepas.

“Eh, iya.. kenapa… kenapa, dik?” Aku baru tersadar dari lamunannya.

“Mendung berduyun-duyun dari arah utara, dik. Rasanya sebentar lagi akan turun hujan. Layang-layang takut sama hujan!” imbuhku.

Aku dan adikku biasa menerbangkan layang-layang di tepian pantai, pantai Candin. Pasirnya menghampar luas. Di sana, tanah itu, adalah tanah di mana derap kaki-kaki para bocah melukis mimpinya. Bermain bola. Tertawa. Bermain petak umpet. Menerbangkan layang-layang. Atau kala musim penghujan bergerombol menangkap jangkrik yang bersembunyi di balik rerumput. Kemudian diadu seperti penyabung kelas kakap.

“Kin… Kin…!!!”

Dari jauh ibuku memanggilku. Aku kaget. Aku punya tugas apa petang ini? Sore hari biasanya aku memiliki tugas mencuci sprai ke laut. Namun, bukankah sprai sudah aku cuci tadi pagi? Sprai yang mana lagi yang harus aku cuci? Atau barangkali ada kapal nelayan yang bersandar dan membawa banyak hasil tangkapan ikan? Ibuku berteriak memanggilku, mungkin menyuruhku agar aku ngujhur (meminta hasil tangkapan ikan kepada para nelayan di tengah laut dengan menggunakan potongan bambu utuh sebagai alat untuk berenang). Ah, tak mungkin. Mana ada kapal melaut dan datang bersandar sepetang ini? Lagian, ibu tak pernah menyuruhku melakukan itu. Apalagi ibu tahu aku tak bisa berenang. Aku membatin. Sebentar lagi Maghrib.

IKLAN

Aku tidak menghiraukan semua pertanyaan-pertanyaan itu. Kemudian, aku menarik lengan tangan kanan adikku, dan bergegas mendekati ibu.

Baca juga  6 Rekomendasi Film Thriller Menegangkan Wajib Ditonton. Bikin Penontonnya Susah Nafas!

Belum sempurna aku berdiri di depan ibu, kemudian Ibuku berkata dengan nada keras. “Ini sudah jam berapa, Kin. Sudah mau Maghrib. Sudah waktunya pulang. Cepat mandi, lalu berangkat ke mushalla. Kalau kerjaanmu main terus, mau jadi apa kamu nanti…?!!”

Hari sudah mulai gelap. Sang surya perlahan tenggelam. Siluet senja telah menampakkan ronanya.

“Sudah mandi, nak?”

Iklan. Geser ke bawah untuk melanjutkan

“Iya, Bu, sudah!” Jawabku lancar.

Kemudian, “Ada ada apa dengan jidatmu, nak, kok bisa benjol gini?”

Aku diam, aku takut kejadian kemarin malam dapat diendus ibuku. Aku memanjat pohon jambu di kebun milik tetangga bersama beberapa temanku. Setelah pemiliknya datang, aku melompat. Kepalaku membentur batang pohon jambu. Sambil menahan rasa sakit, aku lari sempoyongan seperti tikus dikejar kucing.

“Kamu jangan nakal, ya nak?!”

“Sudah ambil peci dan sarungmu, cepat berangkat ke mushalla!” lanjut ibuku.

Suara azan Maghrib sudah tak lagi terdengar. Suasana nampak lengang. Aku berangkat sendiri menapaki lorong setapak ditemani Alquran yang berukuran lima belas kali tujuh centimeter milikku. Sementara sang Bunda memerhatikanku dari jarak yang cukup jauh. Memastikan aku sampai ke mushalla tempat aku mengaji.

“Piassss..sss..ss…….!!!” Bunyi rotan yang dipukulkan di atas meja.

“Berhenti.. berhenti.. Bukan ihdinasy syi.. Bukan pakai syin, tapi shad. Yang benar, ihdinash shirothol.. Ayo ulangi..!”

Baca juga  Profil dan Biodata Lengkap Putri Delina, Anak Perempuan Sule dan Adik Rizky Febian

Kiyai sepuh itu membetulkan bacaan surat Alfatihah santrinya. Sekali dua kali ia berbatuk. Di usia yang sudah senja, dia masih sabar mengajar Alqur’an. Mushalla kiyai sepuh ini yang paling dekat dengan rumahku.

Bu, aku berangkat mancing ya?” Aku berpamitan.

Iklan. Geser ke bawah untuk melanjutkan
IKLAN

“Iya, hati-hati!” jawab ibuku dari dalam dapur mengizinkan. Kemudian lanjutnya, “Jaga adikmu jangan sampai ke laut!”

Minggu pagi ini, aku bersama adik kecilku berangkat memancing. Aku harus membawa adikku. Sebab, tak mungkin ia bersama ibuku keliling berjualan. Kegiatan memancing biasa aku lakukan. Menurutku, selain hobby, memancing juga mengurangi beban hidup. Itu pun kalau hasil tangkapanku banyak. Kalau sedikit? Jelas menjadi lauk teman nasi untuk dikonsumsi sendiri.

Aku memahami keadaan diriku. Keadaan keluargaku. Penghasilan nelayan ayah yang pas-pasan, aku perlu melakukan sesuatu agar mengurangi beban berat keluargaku terlebih yang berkaitan dengan urusan kebutuhan sehari-hari. Dari pada diam tidak menghasilkan apa-apa lebih baik berbuat sesuatu asal ada hasil walau cuma sedikit. Begitu aku beralasan. Ibuku yang hanya berprofesi sebagai penjual gorengan keliling jelas serba kekurangan. Dan, di usiaku yang duduk di bangku kelas 6 SD ini hanya membantu ibu keliling berjualan itupun terkadang aku lakukan dan memancing ikan yang dapat aku lakukan demi untuk menambah lumbung pendapatan keluargaku.

“Dik, kita dapat banyak ikan hari ini..!!” Aku berteriak. Adikku tak peduli, ia terus saja bermain pasir.

Debur gemuruh gelombang mendentum membentur bibir pantai. Buih centang perenang. Butiran pasir naik turun terbawa ombak yang silih berganti datang mempermainkannya. Angin mengalunkan melodi sunyi. Sebuah nyanyian yang maha merdu. Merangkak maju. Mengelus daun-daun yang biasa terpaku selepas kemarau berlalu. Melodi alam ini semakin indah ditambah dengan siul nyanyian burung-burung mendayu dayu. Cericit dan kicauannya melenakan telinga. Aku terus saja memancing. Mumpung kali ini mujur.

Baca juga  Menjaga Mood Anak saat Belajar dari Rumah

Azan Dhuhur berkumandang. Ikan-ikan semakin ganas menyambar mata pancingku. Aku khusuk. Kali ini aku sadar. aku memancing berangkat bersama adik kecilku. Sejurus kemudian pandanganku mengarah pada tempat di mana adikku bermain pasir. Sejak tadi aku tak pernah menoleh ke arahnya. Namun, betapa terkagetnya aku. Adikku tidak di sana. Wajahku pucat. Tubuhku gemetar. Ia ingin sekali berteriak. “Dimana adikku” aku kelu membatin.

Lima jam berlalu. Aku belum pulang. Biasanya jam sebelas sebelum kumandang Azan Dhuhur wku bersama adikku sudah pulang. Pulang bergandengan. Mengucapkan salam dengan suara keras bersamaan. Ibuku yang baru saja datang berjualan merasa cemas.

Iklan. Geser ke bawah untuk melanjutkan

Ia segera menyusul kami. Nampak olehnya aku berdiri di atas hamparan batu yang berjarak sekitar lima meter dari tubir pantai. Sementara adikku? Tubuhnya kotor penuh debu. Ia bermain di belakang pohon besar yang jaraknya lumayan dekat dengan tumpukan pasir. Pohon besar itu yang menghalangi pandanganku melihat adikku.

“Masya Allah, adik kok main disini. Mana tubuhnya kotor sekali..!” Kemudian digendonglah dia. Sambil menggendong anak bungsunya tersebut, sang Bunda berteriak rendah, “Kin, Pulang!!”

“Baik, Bu!” seraya menoleh ke arah ibuku yang menggendong adikku itu. “Ah, itu adik.” benakku. Seraya bersyukur.

Di tengah jalan ibuku tak henti-henti menasehatiku. “Likin, harus rajin mengaji, rajin ke sekolah, rajin belajar. Biar jadi orang sukses. Jangan lupa doakan almarhum ayah, doakan ibu juga. Jangan lupa sholat….” Dan banyak lagi.

IKLAN

Hari semakin larut. Matahari semakin cepat berlalu, pergi ke tempat yang jauh. Sementara di tangan kananku, ikan-ikan tergolek tak berdaya di balik rajhut (tempat ikan yang terbuat dari potongan jala). Kali ini mungkin uang sakuku bertambah. Seraya menahan lelah dengan nada berat, aku menimpali nasehat ibuku, “Iya, bu, siapa tahu aku jadi menteri!”

Dan, seraya mengelus keningku yang polos, sang Bunda tertawa datar.

Tag: anakibulaut
IKLAN

Baca Juga

Menimbang Usia Ideal Perkawinan Anak untuk Hubungan yang Berkualitas

Menimbang Usia Ideal Perkawinan Anak untuk Hubungan yang Berkualitas

oleh Jesika
6 Agustus 2022

...

Peran Keluarga dalam Menumbuhkan Budaya Literasi

oleh Luna Septalisa
6 Agustus 2022

...

Inilah 4 Cara Menghasilkan Uang dari Bermain Game Online

Inilah 4 Cara Menghasilkan Uang dari Bermain Game Online

oleh Info Kecil
5 Agustus 2022

...

Sering Memarahi anak? ini bahaya yang akan terjadi

Sering Memarahi anak? ini bahaya yang akan terjadi

oleh GG
5 Agustus 2022

...

Hati-Hati Pada Pola Asuh Toxic Parenting, Karena Dapat Berpengaruh Bagi Kesehatan Mental Anak

Hati-Hati Pada Pola Asuh Toxic Parenting, Karena Dapat Berpengaruh Bagi Kesehatan Mental Anak

oleh Singka
4 Agustus 2022

...

Mengapa Satwa Laut Selalu Memakan Plastik?

Mengapa Satwa Laut Selalu Memakan Plastik?

oleh sulung
4 Agustus 2022

...

3 Cara Mengatasi Mood Ibu Menyusui yang Sedang Labil

3 Cara Mengatasi Mood Ibu Menyusui yang Sedang Labil

oleh Devi Sri Vitasari
3 Agustus 2022

...

5 Tips Tenangkan Anak Saat Menangis Hingga Menjerit

5 Tips Tenangkan Anak Saat Menangis Hingga Menjerit

oleh Asih Kurniaty
3 Agustus 2022

...

5 Tips Agar Tidak Stress Saat Mengurus Rumah Sambil Mengasuh Anak, Bagi Ibu Muda

5 Tips Agar Tidak Stress Saat Mengurus Rumah Sambil Mengasuh Anak, Bagi Ibu Muda

oleh Asih Kurniaty
3 Agustus 2022

...

6 Tips Agar Kulitmu Tetap Terjaga Saat Berlibur Ke Pantai

6 Tips Agar Kulitmu Tetap Terjaga Saat Berlibur Ke Pantai

oleh Asih Kurniaty
3 Agustus 2022

...

Lainnya

Terbaru

Overwatch 2 Kiriko Amaterasu

Overwatch 2 Konfirmasi Skin Season 3 Untuk Kiriko ‘Amaterasu’

2 Februari 2023
Kyy Sunat

Kyy dari Bigetron Alpha Sunat Terlebih Dahulu Sebelum Mulai MPL Indonesia Season 11

2 Februari 2023
Veibae

Vtuber Veibae Batal Stream Karena Masalah Teknis Pada Saat Main Forspoken

2 Februari 2023
World of Warcraft

Saking Sedihnya Ditutup, Seorang Pemain World of Warcraft Menangis Semalaman

2 Februari 2023
Samsung Galaxy S23 Ultra

Samsung Galaxy S23 Ultra Hadir Dengan Kamera 200MP dan Snapdragon 8 Gen 2 Khusus

2 Februari 2023
IKLAN
  • ABOUT
  • CONTACT US
  • PRIVACY POLICY
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • BERITA GAME
© 2022 Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
  • Alam
  • Beauty
  • Biografi
  • Bisnis
  • Budaya
  • Buku
  • Edukasi
  • Entertainment
  • Fashion
  • Film & Serial
  • Finansial
  • Food
  • Gadget
  • Gaming
  • Hewan
  • Horor
  • Hukum
  • Humor
  • Karir
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Lifestyle
  • Marketing
  • Misteri
  • Olahraga
  • Otaku
  • Otomotif
  • Parenting
  • Psikologi
  • Relationship
  • Sains
  • Seni
  • Sejarah
  • Sosial
  • Teknologi
  • Traveling

© 2022 Digstraksi