Setiap orang tua pasti menginginkan apa yang terbaik bagi putra putrinya. Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mendidik. Entah disadari atau tidak, banyak anak yang kurang nyaman dengan didikan orang tua di rumah. Mereka cenderung bosan dengan segala aturan yang harus dipatuhi dan ada juga anak yang merasa sangat di bebaskan oleh orang tuanya.
Dewasa kini, perkembangan teknologi yang kian masif membuat para orang tua risau atas pengaruh tersebut bagi anaknya. Orang tua ini takut anaknya terjerumus pada kejahatan yang bisa saja dia lakukan sengaja ataupun tidak. Misalnya seperti perundungan lewat media sosial, pergaulan bebas atau lebih jauh mengenai dampak pacaran hingga terjerumus untuk mengonsumsi narkoba. Semakin beranjak dewasa, kebanyakan orang tua akan semakin khawatir mengenai perkembangan anak mereka. Di tambah lagi, lingkungan sekitar kita banyak sekali di temukan fenomena sosial yang kurang mengenakkan hati seperti hamil di luar nikah dan sebagainya.
Situasi atau gaya pengasuhan orang tua di atas tergolong pada sebutan strict parents. Sebutan tersebut dipakai karena orang tua memosisikan anak pada strata paling tinggi, memiliki aturan tuntutan baku yang harus dipatuhi dan anak harus selalu melakukan apa yang orang tua mau. Secara tidak langsung, cara mendidik anak yang seperti ini cenderung membuat anak terkena tekanan mental.
Ada tipe orang tua yang sangat protektif mengatur anak mereka dari atas kepala sampai kaki, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Ada tipe orang tua yang berwibawa yakni memberikan kesempatan bagi anaknya untuk eksplorasi, mengenal dunia luar, merasakan masa remaja hingga peralihan dewasa dengan pengawasan seperlunya.
Seorang anak yang dididik oleh orang tuanya secara ketat kebanyakan akan merasa dirinya kurang seberuntung yang lain. Jangankan untuk pacaran, bermain dengan teman-temannya saja kadang tidak diizinkan. Kondisi ini memicu anak untuk tidak jujur pada orang tua, bahkan jujur saja kadang masih dianggap salah, ada rasa takut ketika anak mau menceritakan apa saja yang telah dia lalui. Akibatnya anak akan terbatas memperoleh pengalaman, kesempatan dan peluang yang bisa saja dia coba. Namun, orang tua tidak mengizinkan anaknya dengan serentetan alasan yang terus saja diulang. Anak strict parents tidak bisa mengekspresikan diri sesuai usianya, mengenali jati dirinya pun sebenarnya masih ragu.
Seorang anak yang di didik oleh orang tua yang memberikan kebebasan dengan jangkauan, akan bisa lebih mengerti dunianya. Sang anak telah dewasa dan bisa mengarahkan pola pikir yang dia temukan dari pembelajaran melalui pengalaman, peluang yang dia dapatkan atau kegagalan yang dimotivasi.
Ketika seorang anak mengatakan dia mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Sang anak menceritakan nilainya kepada orang tua mereka dan orang tua menjawab “Kok bisa kamu dapat nilai lebih buruk dari sebelumnya, makanya jangan main gadget terus tapi belajar yang giat biar posisi kamu tidak tergeser sama yang lain.” Jawaban yang sangat lengkap, artinya tidak perlu ditegaskan ulang. Strict parents menganggap anak adalah robot yang bisa diperintahkan sesuka hati, tanpa mereka sadari sang anak memiliki cerita yang patut di dengarkan. Anak akan memilih diam jika memiliki orang tua seperti ini, ketika ia harus berjuang mati-matian demi nama baik keluarga, pengakuan tertentu dan perintah yang harus dilaksanakan. Semuanya tanpa bantahan, hanya berisi kekurangan yang tidak ada habisnya.
Anak memang memerlukan kasih sayang namun tidak berlebihan, dalam artian perlu adanya kelonggaran. Anak perlu mengembangkan diri dengan mencapai banyak pengalaman. Mimpi, siapa saja pasti memiliki mimpi untuk terus berupaya bertekad mencapainya. Sama seperti seorang anak, anak juga memiliki tujuan hidup yang akan ia jadikan pacuan semangat dalam mencapainya, hanya saja para orang tua tidak memberikan kebebasan. Banyak sekali ditemukan orang tua yang dengan terang-terangan meminta anak mereka harus jadi apa.
Bukankah hidup adalah sebuah pilihan, kita akan menjalani sepenuh hati tanpa paksaan dari pihak mana pun. Over protektif boleh saja, perlu di ingat anak juga memiliki privasi yang enggan dia ungkapkan pada orang tuanya. Seharusnya, para orang tua juga mengerti akan hal tersebut karena dulu mereka sewaktu muda pasti merasakannya. Anak memerlukan kesempatan dalam mengekspresikan dirinya dengan catatan tidak dikekang secara optimal. Berikan kepercayaan kepada anak untuk menentukan hidupnya, ingat bersikap strict tidak akan membuat anak menjadi nyaman.
Orang tua yang baik akan mengarahkan sang anak dalam berperilaku yang baik pula, memberikan cara didik yang tidak berlebihan, mendengar keluh kesah anak, mendukung kegiatan yang dilakukan anak apabila positif. Tidak menuntut anak harus begini ataupun begitu karena akan berimbas pada mental anak.
Sebenarnya orang tua memiliki hak pula dalam mengendalikan anaknya apabila salah jalan sehingga mereka membatasi anaknya agar tidak terpengaruh akan hal-hal negatif. Tetapi di sisi lain, orang tua tidak boleh memaksakan kehendak tanpa menghargai pendapat anak. Komunikasi juga sangat penting dalam lingkungan keluarga agar menghindari perselisihan.
Mau bagaimanapun, terlepas dari segala cara didikan. Orang tua adalah sosok paling berjasa bagi diri kita, kita harus tetap menyayangi mereka. Yakin bahwa setiap didikan orang tua akan memberikan pengaruh yang besar di masa depan.