Sebagai salah satu penyuka anime yang enggan di golongkan sebagai wibu karena bukan wibu memang dan merasa jengah dengan gap-gap pengelompokan antara otaku, wibu dan thetek bengeknya.
Di sisi lain, juga merasa gedheg dengan menganggap anime adalah tontonan untuk anak kecil saja karena visual gambarnya yang animasi dengan tokoh anak kecil atau remaja lalu dianggap sebagai tontonan anak-anak.
Mungkin karena perbedaan generasi yang menyebabkan perbedaan pandangan tersebut.
Setelah menelisik lebih dalam tapi ga terlalu dalam tentang dunia per-animean banyak hal yang bisa ditemukan bahwa anime bukanlah sekedar tontonan untuk anak-anak saja.
Berikut adalah beberapa hal yang menjelaskan bahwa anime bukan sekedar tontonan untuk anak-anak..
Nilai Sejarah
Anime pun terdapat beberapa hal yang erat dengan nilai sejarah, dan beberapa hal di anime mengangkat cerita tentang sejarah meskipun tidak secara spesifik. Biasanya menggunakan penokohan dan cerita sejarah masa lampau.
Contoh anime yang mengandung nilai sejarah dan mengadaptasi dari cerita sejarah adalah “Sengoku Basara, Samurai X”. Meskipun anime tersebut adalah fiktif dengan karakter fiktif, tetapi cerita ini di adaptasi dari sejarah melalui nama tokoh.
Misalkan dalam cerita Sengoku Basara mengambil latar di era Sengoku menceritakan perang antar klan untuk menyatukan Jepang di bawah kekuasaan Nobunaga Oda, Hideyoshi Toyotomi dan Ieyasu Tokugawa nantinya akhir era ini akan melahirkan yang dikenal sebagai Zaman Edo.
Samurai X yang berlatar di peristiwa Restorasi Meiji yang mengakhiri Dinasti Tokugawa. Anime lain yang mengandung nilai sejarah adalah anime “Vinland Saga” salah satu anime yang di adaptasi dari sejarah bangsa viking sebagai tentara bayaran di antara perang Inggris dan Denmark.
Mitos
Beberapa cerita sendiri mengangkat tentang mitos-mitos berdasar cerita rakyat Jepang. Seperti mitos tentang dewa-dewa, atau yokai.
Anime yang mengangkat mitos di Jepang seperti anime “The Tale of The Princess Kaguya” yang merupakan garapan dari studio Ghibli yang mengangkat dari cerita rakyat Jepang pada abad ke-10.
Menceritakan tentang pasangan suami istri yang tak lagi muda yang menemukan bayi di sekitaran hutan ketika sedang mencari bambu dan menemukan bayi, yang ternyata anak tersebut adalah seorang puteri kahyangan.
Isu Sosial Politik
Anime juga mengandung unsur politik, sebagai orang yang pernah makan di kantin fakultas sospol saya mencoba meraba bagaimana anime bisa mengandung unsur sosial politik di dalamnya yang berada di alur ceritanya. Hal ini bisa secara tersirat ataupun tersirat dalam alur cerita.
Misalkan dalam anime “Shingeki No Kyoujin” yang menceritakan tentang manusia yang membangun hunian untuk melindungi diri dari predator manusia dengan membangun tembok berlapis.
Dan masing-masing tembok merupakan bentuk stratifikasi kelas sosial dimana tembok bagian terluar untuk rakyat jelata dan tembok bagian dalam adalah pusat kekuasaan.
Diimbangi dengan dogma-dogma agama yang memandang bahwa tembok yang dibangun merupakan bentuk kekuasaan tuhan.
Konten Dewasa
Hal lain yang menegaskan bahwa anime bukan hanya tontonan anak-anak adalah adanya konten dewasa ini pun bisa secara tersirat maupun tersurat.
Seperti anime “Crayon Shincan” yang karena tokoh utamanya adalah seorang anak usia taman kanak-kanak maka di Indonesia anime ini di tayangkan pada pagi hari.
Padahal di negaranya sendiri anime ini termasuk anime dewasa yang di putar menjelang dini hari. Alasannya karena tokoh utama Shincan anak usia 5 tahun yang memiliki pikiran seperti orang-orang dewasa.
Di sisi lain, anime ini sebuah bentuk kritik sosial di Jepang ketika itu. .
Adegan Kekerasan
Ada beberapa anime yang menayangkan adegan kekerasan dan bahkan seolah sadistic. Seperti anime “Tokyou Ghoul, Berseker, Akame Ga Kill” yang menggambarkan bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan dalam ceritanya.
Adegan kekerasan digambarkan perkelahian, bagian tubuh yang terpotong, eksekusi tahanan melalui d pancung, digantung dan bentuk kekerasan lainnya yang tak seharusnya dilihat anak-anak.
Karenanya ada beberapa anime yang mestinya memang tak tayang di televisi karena beberapa hal tersebut.
Hal-hal diatas sedikit menjelaskan kalau sebenarnya anime tidak benar-benar di tujukan untuk anak-anak hanya karena dilihat dari gambarnya yang animasi, jadi supaya tidak salah tangkap dan salah paham supaya tak ada yang merasa tersakiti seperti dirimu dan dia.