Guillotine dibuat sebagai metode eksekusi yang dianggap manusiawi dan tidak menyakitkan juga sebagai alternatif dari hukuman gantung yang dikenal tidak efisien dan menyakitkan. Jika lehernya tidak patah, mereka yang dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung kadang-kadang akan tetap sadar dan merasa kesakitan selama beberapa menit sampai pada akhirnya mereka mati lemas. Tapi, benarkah guillotine ini membuat mati lebih cepat dan tanpa rasa sakit?
Pada tahun 1793, pembunuh revolusioner Prancis bernama Charlotte Corday, akan dieksekusi dengan guillotine. Setelah itu, seorang algojo bernama Francois le Gros diduga mengangkat kepala Corday tinggi-tinggi sambil menampar kedua pipi-nya. Penonton yang melihat kejadian itu mengklaim bahwa mereka melihat wajah Corday menunjukkan ekspresi geram atau marah dan pipi-nya memerah.
Ada lagi kisah yang paling terkenal, dimana seorang dokter memanggil nama pembunuh 2 kali tepat setelah pemenggalan kepalanya. Kepala tersebut membuka matanya dan melihat ke arah dokter tersebut seolah-olah dia menanggapi panggilannya. Dan saat panggilan ketiga, tidak ada lagi respon dari kepala tersebut.
Atau yang lebih gila lagi, seorang dokter lainnya pada tahun 1880 memompa darah dari seekor anjing hidup ke kepala pembunuh.
Bibirnya bergetar, kelopak matanya bergerak-gerak, seperti hendak berbicara, meskipun pada akhirnya tidak ada kata yang keluar.
- Tapi, apakah semua cerita ini palsu atau adakah bukti ilmiah bahwa seseorang dapat tetap sadar setelah terpisah dari tubuhnya?
Tubuh kita membutuhkan suplai oksigen untuk berfungsi dan otak menggunakan 20% dari semua oksigen yang digunakan dalam tubuh. Setelah pembuluh darah di leher terputus, suplai oksigen terhenti. Otak hanya akan menggunakan oksigen yang tersisa dalam darah. Kesadaran otak akan terus berjalan sampai otak berhenti menerima darah beroksigen. Tapi untungnya, mereka yang mengalami ini tidak akan merasakan sakit karena rasa sakit seperti saat tercekik atau menahan napas berasal dari penumpukan karbon dioksida yang membuat darah menjadi lebih asam dari biasanya. Hal tersebut tidak mungkin terjadi karena tidak ada darah asam yang kembali bersirkulasi ke otak. Alih-alih merasakan sakit, orang yang kepalanya dipenggal dengan cepat tidak sadarkan diri, dan mati!
Dalam kasus ini, lama seseorang bisa tetap sadar sepenuhnya didasarkan pada suplai oksigen. Seorang ilmuwan Inggris dan ahli neurobiologi menyatakan bahwa dia tidak berpikir kesadaran dapat bertahan lebih dari 2 hingga 3 detik setelah pemenggalan. Guncangan guillotine seharusnya cukup untuk menyebabkan ketidaksadaran. Walaupun secara teknis otak mereka masih hidup, mereka tidak akan sadar.
Orang yang dipenggal dengan guillotine tidak akan merasakan sakit karena sumsum tulang belakang dengan cepat terpisah dari otak sehingga reseptor rasa sakit tidak akan lagi mengirim sinyal ke otak karena sarafnya sudah terputus. Bahkan mereka tidak akan merasakan dinginnya pisau menembus kulit mereka. Bagaimana tidak, pisau guillotine memiliki berat 10 pon ditambah dengan kecepatan jatuhnya yang mencapai 40 mph.
Meskipun begitu, ada sebuah kasus paling terkenal dari pemenggalan kepala, dimana ia masih hidup selama 18 bulan tanpa kepala, namanya Mike. Kamu pasti bertanya, bagaimana bisa dia hidup selama itu?
Mike selamat karena bagian otak yang mengontrol pernapasan, pencernaan, dan fungsi tubuhnya masih hidup. Itu menghentikannya dari pendarahan dan kematian.
Manusia tentunya tidak bisa seperti itu. Berbeda dengan kesadaran, aktivitas di otak masih akan tetap ada meskipun setelah kematian, tetapi itu bukan berarti seseorang masih hidup.
- Jika orang yang dipenggal tidak sadarkan diri, mengapa dari cerita diatas mereka bisa menggerakkan wajahnya?
Untuk menggerakkan mata atau mulut, diperlukan otot dan itu hanya mungkin terjadi pada jaringan yang masih melekat di kepala karena saraf yang memasok oksigen ke otot masih terhubung. Sebenarnya, gerakan-gerakan kecil seperti itu bisa saja terjadi bahkan 5 menit setelah kematian. Banyak orang yang meninggal secara alami di rumah sakit matanya akan bergerak-gerak, terjadi sentakan, kedutan dan bahkan buang air besar beberapa menit setelah kematian. Itu terjadi karena otak mati lemas, tapi bukan berarti mereka merasakan sakit saat itu karena begitu kita mati, kita tidak akan merasakan apapun, termasuk rasa sakit.