Tahun 2020 lalu, pecinta drama Korea sedang menggandrungi salah satu drama yang diperankan oleh Kim So Hyun dan Seo Yea Ji. Mungkin saja, beberapa pecinta Drakor (Drama Korea) masih belum move on dari drama yang mengangkat tentang luka dan psikologis. Begitupun dengan saya.
Hallo, manteman. Tithi hadir dengan review drama Korea terbaru yang sudah mengudara di salah satu chanel TV Korea Selatan. Drama yang membuat saya tertarik untuk memberikan review saya setelah mengikuti episode demi episodenya. Sekedar informasi! Saat saya menuliskan review ini, drama ini masih tayang di negeri gingseng dan saya baru menyaksikan episode terbarunya yaitu episode 12.
Sebelumnya, saya ingin mengutarakan keterkejutan saya ketika pertama kali menonton episode perdana drama yang diperankan oleh Kim Dong Wook dan Seo Hyun Jin ini. Dramanya tak sesuai trailer yang sering bermunculan di instagram yang bernuansa ceria tapi justru sebaliknya.
Dibuka dengan cerita masa lalu keluarga Kang Da Jeong yang diperankan oleh Seo Hyun Jin di mana Ayahnya sering melakukan kekerasan oleh sang Ibu dan membuat sang Ibu memilih kabur bersama dua anaknya. Ada ketakutan dalam diri saya jika sang Ibu nekad menghabisi nyawa suaminya. Lalu rasa penasaran saya berlanjut dengan Choi Jeong Min yang diperankan oleh Yoon Park. Pria misterius yang naksir Kang Da Jeong dan berakhir mengenaskan pada akhir episode dua dan kemudian Yoon Park kembali muncul dengan memerankan tokoh yang berbeda yaitu Ian Case, seorang dokter dari Amerika. Terlepas dari itu, saya memilih membahas beberapa hal yang akan saya sampaikan berikut :
Pertama adalah, Kang Da Jeong dan keluarganya yang akhirnya bisa hidup tennag setelah meninggalkan kepala keluarga mereka yang selalu bertindak kasar kepada Ibu Kang Da Jeong. Saya sempat bertanya bagaimana mereka bertiga bisa sembuh dari luka dan melupakan masa lalu yang sangat menyakitkan itu. Mereka bahkan hidup baik-baik saja seakan tidak ada luka dalam diri mereka.
Dan pada episode 9, akhirnya saya tahu bahwa selama ini Kang Da Jeong masih membawa luka itu dan belum melupakan masa lalunya. Belum lagi scene pada episode 11, ketika sang adik mengatakan bahwa dia mengingat masa lalu tentang sang Ayah. Saat dia mengatakan takutnya ketika melihat Ayah mereka datang ke sekolah mereka. Kang Da Jeong yang berpikir bahwa adiknya tidak akan tahu tentang perilaku Ayah mereka karena selalu menyembunyikan adiknya di dalam lemari ternyata salah. Dari sini saya menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki luka yang mereka pendam dan kita tidak pernah bisa menyembunyikan fakta menyakitkan agar orang yang kita cintai tidak terluka.
Kedua, adegan di mana Park Eun Ha, sahabat Kang Da Jeong yang menangis usai bertemu dengan teman mantan kekasihnya yang menyalahkannya karena meninggalkan sang mantan saat berada di posisi terbawahnya. Tapi, keputusan yang Park Eun Ha ambil sudah tepat untuknya sehingga dia hanya ingin mendengar ada seseorang yang memberitahunya bahwa dia memang sudah membuat keputusan tepat dan tidak perlu menyesalinya.
Sikap Park Eun Ha saat itu adalah sikap yang wajar. Saya dan mungkin manteman juga sering merasa bahwa keputusan yang kita ambil sudah benar disaat orang lain di sekeliling kita merasa itu salah. Saat itu pasti kita hanya ingin mendengarkan satu orang. Cukup satu orang sependapat dengan kita.
Ketiga, sikap saudara kembar Park Eun Ha yang merelakan waktunya datang jauh-jauh ke kampung halaman Kang Da Jeong hanya untuk datang menjemput Park Eun Ha yang sedang menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa saudara kembarnya itu sedang tidak ingin mengatakan apapun atau bahkan ribut dengannya sehingga dia hanya berada di dekat Park Eun Ha selama perjalanan. Hal itu membuat saya sadar bahwa terkadang, disaat kita sedang sedih. Kita hanya butuh seseorang disamping kita agar kita merasa bahwa kita sedang tidak sendirian.
Kekaguman saya juga terjadi pada hubungan si kembar. Di mana laki-laki yang rela menjemput kembarannya dan tanpa melakukan apapun. Dia tahu bahwa yang Park Eun Ha butuhkan adalah kehadirannya yang tanpa melakukan apapun. Tanpa mengajak ngobrol atau pun berkelahi. Mungkin begitulah ikatan saudara kembar.
Kemudian, mantan istri Jo Young Do yang merupakan artis dengan sikap ceria dan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi pernah ingin mengakhiri hidupnya. Jika tidak bertemu dengan Jo Young Do mungkin dia memang akan benar-benar mengakhiri hidupnya. Dan ketika Kang Da Jeong menanyakan pertanyaan pamungkas untuk seseorang yang selama ini selalu bersikap baik-baik saja dihadapan banyak orang, air mata Ahn Ga Yeong pun pecah.
Dan cerita masa kecil Jo Young Do, di mana ketika dia harus mengorbankan satu ginjalnya untuk menyelamatkan Kakaknya yang sakit atas permintaan Ibunya sendiri. Dia bahkan menyalahkan dirinya ketika sang Kakak meninggal akibat tidak mendapatkan donor ginjal dan membuat sang Ibu sedih. Hanya tebakan saya saja, mungkin faktor itulah yang membuat dia memilih untuk selalu mementingkan orang lain. Dia bahkan menikahi Ahn Ga Yeong karena ingin menyelamatkannya. Lalu membantu salah seorang Dektektif menangkap pelaku pembunuh rekannya yang tidak lain adalah pendonor jantungnya.
Satu lagi yang tidak boleh tertinggal untuk dibahas yaitu pernah Ibu Kang Da Jeong. Mun Miran bisa memposisikan sebagai sahabat kepada anak dan bahkan anak temannya sehingga Kang Da Joeng, Park Eun Ha bahkan Jo Young Do yang baru pertama kali bertemu merasa nyaman dengannya. Dan layaknya Ibu pada umumnya, dia tidak pernah menunjukkan rasa sakit dan sedihnya dihadapan kedua anaknya.
Menurut pendapat saya, drama You Are My Spring memang drama yang patut untuk ditonton dikala pandemi ini. Alasannya? Beberapa cerita atau kejadian yang menimpa para pemeran drama ini adalah kejadian yang relate dengan kehidupan kita sehingga kita bisa mengambil pelajaran dalam drama yang berjumlah 16 episode ini.
Sayangnya, kali ini saya tidak ingin membagi pendapat saya tentang cerita atau karakter dalam drama tersebut. Saya justru tertarik untuk membagi pendapat saya tentang makna dalam judul drama tersebut. Kalimat yang membuat saya jatuh cinta pada kalimat tersebut bahkan sampai saya jadikan sebagai wallpaper di ponsel saya.
It’s okay to not be okay yang artinya tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja.
Kalimat simpel yang mengandung makna mendalam untuk kita yang selalu membunyikan perasaannya atau untuk kita yang tak bisa menerima bahwa kita sedang dalam perasaan tidak baik-baik saja. Yaps, menyembunyikan atau menolak saat sedang tidak baik-baik saja adalah hal yang wajar. Entah karena kita takut akan pendapat orang lain atau diri kita sendiri yang sulit menerima kondisi itu.
Hanya saja, ketahuilah! Perasaan kita yang sedang tidak baik-baik saja bukanlah sebuah perasaan salah yang harus diabaikan. Kita adalah manusia yang memiliki emosi baik marah, sedih, kecewa, kesal, lelah dan bahagia. Perasaan kita yang sedang tidak baik-baik saja adalah hal yang wajar.
Saya percaya bahwa setiap orang pernah atau sedang dalam kondisi di mana dia sedang tidak baik-baik saja.
Jika itu terjadi, tentunya tak perlu menyembunyikannya baik kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain. Jutsru yang harus dilakukan adalah menerima perasaan kita yang memang sedang tak baik-baik saja dan memberitahukan ke orang terdekat atau justru menjadi pendengar untuk mereka yang sedang tidak baik-baik saja.
Menolak dan memendam perasaan itu bukanlah cara untuk menyembuhkannya sebaliknya akan membuat luka dalam dirimu. Perasaan itu juga tidak akan sembuh tanpa mengobatinya. Sehingga cara yang tepat adalah dengan menerima bahwa sedang tidak baik-baik saja dan ceritakan sehingga perasaan itu akan hilang dan tak akan melukaimu.