Peningkatan konsumsi fashion, memunculkan istilah fast fashion, yakni industri fashion yang menghasilkan koleksi tren terbaru dalam waktu singkat. Dilansir dari laman unece.org, industri ini menyumbang emisi gas rumah kaca secara global sebesar 2-8%.
Emisi ini dihasilkan dari jejak karbon yang dipengaruhi oleh penggunaan energi dan jenis sumber energi yang digunakan. Efek gas rumah kaca mengancam kelangsungan hidup suatu spesies melalui pemanasan global dan perubahan iklim.
Akan tetapi, pernahkah terpikirkan olehmu apa yang akan terjadi bila mereka tidak dapat beradaptasi dengan perubahan? Yup, Kepunahan dan penurunan keanekaragaman hayati. Berdasarkan penelitian Wendy et al dalam jurnal PLoS ONE beberapa fitur biologis ini rentan terhadap perubahan iklim. Penasaran? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini ya…
Mikrohabitat

Area kecil dalam habitat ini mewakili kondisi tempat tinggal yang lebih disukai oleh spesies tertentu sehingga menjadi lebih unik dari habitat sekitarnya. Adanya mikrohabitat ini menandakan bahwasanya lingkungan hidup spesies tersebut terikat oleh kondisi dengan persyaratan tertentu serta lebih sensitif.
Oleh karena itu, ketika kondisi yang diinginkan tidak terpenuhi maka spesies menjadi lemah terhadap perubahan. Selain itu, sensitivitas di beberapa spesies akan meningkat sesuai dengan siklus hidupnya.
Toleransi lingkungan

Spesies dengan toleransi yang sempit memiliki fisiologis cenderung sensitif terhadap kondisi lingkungan tertentu. Seperti suhu, pH, kelembaban, dan kadar oksigen apalagi jika kondisi tersebut terpaut dengan perubahan iklim.
Akan tetapi, keadaan ini tidak menjadikan spesies dengan toleransi yang luas berada pada keadaan baik-baik saja karena, bisa saja toleransinya sudah mendekati ambang batas sehingga fungsi fisiologisnya cepat rusak.
Fenologi

Perubahan iklim dan musim akan berdampak pada pergeseran fenologi, yakni peristiwa biologis tahunan. Contohnya saja migrasi, hibernasi, reproduksi, dan mekarnya bunga pada banyak spesies.
Pergeseran fenologi terkait dengan waktu dan faktor lingkungan, seperti peningkatan suhu di musim semi menyebabkan periode migrasi burung menjadi lebih panjang sehingga memengaruhi musim kawin atau pendeknya periode hibernasi akibat musim dingin yang menghangat.
Interaksi biotik

Bentuk interaksi dalam ekosistem berupa jaring makanan, penyerbukan, dan interaksi kompleks simbiosis ataupun parasit-inang.
Pada rantai makanan, curah hujan, kadar karbondioksida, dan suhu memengaruhi struktur vegetasi yang berdampak terhadap keberkelanjutan reproduksi dan kelangsungan hidup herbivora serta predatornya. Terutama spesies yang sangat bergantung pada sumber makanan tertentu.
Populasi kecil

Populasi kecil sangat rentan terhadap 3 hal yakni bencana alam, kapasitas yang minim untuk pulih setelah kepunahan lokal, dan kecilnya laju pertumbuhan pada populasi dengan kepadatan rendah.
Ketiganya akan berdampak pada kelangkaan spesies, yang diperparah dengan perkawinan sedarah sehingga keturunannya lebih sensitif terhadap perubahan iklim.
Kemampuan penyebaran yang buruk

Adaptasi dan hambatan fisik merupakan parameter yang menentukan keberhasilan penyebaran suatu spesies. Rendahnya kapasitas adaptif sulit untuk menyesuaikan antara hadirnnya spesies dengan variabel bioklimat (suhu dan curah hujan) untuk menentukan relung iklim spesies di habitat baru.
Sedangkan hambatan fisik, terjadi saat spesies melakukan penyebaran atau kolonisasi jarak jauh maka akan menghadapi berbagai hambatan. Di antaranya hambatan alami seperti lautan, hambatan antropogenik misalnya bendungan, ketidaksesuaian faktor abiotik (arus laut dan suhu), dan iklim.
Nah, sekarang kamu sudah tau bukan bagaimana kontribusi kita baik secara sadar ataupun tidak mampu mengancam kepunahan serta penurunan keanekaragaman hayati.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keduanya pemangku kebijakan, industri, pengecer, dan konsumen perlu mengambil langkah positif sesuai perannya. Sebagai konsumen, maka bijaklah dengan menerapkan sustainable fashion sebagai bentuk pedulimu pada lingkungan.