Bergosip merupakan peninggalan masa lalu evolusioner manusia dan hal ini sudah diterima secara umum di kalangan ilmuwan sosial yang menerima teori evolusi.
Untuk bertahan hidup dan mewariskan gen mereka, manusia selalu butuh mengetahui kehidupan orang-orang di sekitar.
Bahkan Frank T. McAndrew, Ph.D., Profesor Psikologi Cornelia H. Dudley di Knox College di Galesburg, Illinois menyatakan bahwa sebagai manusia berbagi informasi tentang satu sama lain adalah hal yang sangat wajar dan naluriah.

Mayoritas orang cenderung menganggap gosip sebagai perilaku negatif, padahal sebenarnya tidak.
Menurut definisi, gosip adalah pembicaraan tentang seseorang yang tidak ada di lokasi pembicaraan.
Biasanya pembicaraan bisa memicu penilaian moral tentang orang yang dibicarakan, dan itu dianggap mengasyikkan.
Ini pada dasarnya tidak buruk dan justru memainkan peran penting dalam menjaga masyarakat agar tetap terhubung.
Tergantung pada konteks
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun 2019 di jurnal Social Psychological and Personality Science, para peneliti mendengarkan file rekaman suara dari totalitas percakapan ratusan orang yang dijadikan sampel.
Data menunjukkan bahwa 467 orang dalam penelitian ini dalam kehidupan sehari-hari bergosip dan hanya 34 orang yang tidak bergosip sama sekali.
Mayoritas gosip yang tercatat dalam penelitian ini, 75 persen netral.
Wanita terlibat dalam gosip yang lebih netral daripada pria, tetapi jumlah gosip negatif dan positif yang dibagikan di antara pria dan wanita cukup konsisten.
Penelitian juga membuktikan bahwa secara keseluruhan orang yang lebih ekstrovert cenderung lebih banyak bergosip daripada mereka yang introvert.

Megan Robbins, Asisten Profesor Psikologi di University of California, Riverside menyatakan bahwa pembicaraan-pembicaraan tersebut hanya informasi sosial dan manusia sebenarnya belajar banyak tentang dunia sosial di sekitar mereka saat bergosip.
Apa yang membuat gosip menjadi baik, buruk, atau netral bukanlah isi pembicaraan, melainkan bagaimana seorang individu menggunakan informasi yang ia dapat dari pembicaraan.
Psikolog menyatakan bahwa bergosip merupakan salah satu keterampilan sosial dimana pelaku bisa dipercaya dengan informasi dan menggunakan informasi itu dengan cara yang bertanggung jawab.
Misalnya, ketika seseorang mengetahui bahwa seorang pria merupakan tukang selingkuh dan ia memberitahukannya pada teman wanitanya sebagai peringatan untuk tidak menjalin hubungan dengan pria itu, maka itu bukanlah bergosip secara negatif.
Kuncinya adalah bagaimana berbagi informasi dengan cara yang tepat untuk tujuan positif.
Di sisi lain, tukang gosip yang buruk akan berbagi informasi tentang orang lain untuk menguntungkan diri sendiri dengan merugikan orang lain atau sekedar iseng membuka aib orang.
Prosocial Gossip
Ilmuwan juga menilai bahwa gosip bisa membantu menjaga ketertiban sosial.
Robb Willer, Profesor Sosiologi dan Direktur Laboratorium Polarisasi dan Perubahan Sosial di Universitas Stanford menyatakan penelitian menunjukkan bahwa banyak gosip yang memiliki efek positif dan motivasi moral berkaitan dengan kekuatan sosial yang menyatukan manusia.
Orang yang dermawan dan bermoral kemungkinan besar akan menyebarkan desas-desus tentang orang yang tidak dapat dipercaya, dan mereka melaporkan melakukannya karena mereka peduli untuk membantu orang lain.
Mereka menyebutnya sebagai prosocial gossip karena bertujuan untuk memperingatkan atau membawa kebaikan bagi orang lain.
Banyak gosip dipicu oleh kepedulian terhadap orang lain dan memiliki efek sosial yang positif.
Bergosip juga sebenarnya dapat meredam beberapa frustrasi dan emosi negatif lainnya yang dirasakan ketika mengetahui adanya perilaku negatif atau menyimpang di sekelilingnya.
Ya, semua orang bisa bergosip asalkan bertanggung jawab dan memperhatikan hal-hal ini:
1. Berpikir dua kali
Apakah kalian bisa bertanggung jawab atas kebenaran informasi atau cara kalian menyampaikan informasi?
Itu semua tergantung kapan dan dengan siapa kalian bergosip. Apa kalian berniat merusak reputasi orang yang tidak bersalah, atau kalian justru punya niat baik?
2. Jangan merugikan orang lain
Jika bergosip hanya untuk mengambil keuntungan dari menyebar berita bohong tentang orang lain, lebih baik jangan.
3. Hindari mendistorsi informasi
Orang sering membesar-besarkan apa yang mereka sampaikan untuk membuat cerita makin seru atau untuk mencari pembenaran atas kebenciannya terhadap seseorang yang ia bicarakan.
Itu bukan cara yang bertanggung jawab untuk berbagi informasi. Gosip kalian hanya akan jadi petaka di kemudian hari.
Gosip disebut juga sebagai salah satu kekuatan yang mendorong kerjasama antar kelompok sebab gosip membantu orang waspada dalam memilih mengetahui siapa yang harus dihindari dan siapa yang tidak boleh dipercaya.
Tapi ingat, jangan sampai kalian merugi karena berlebihan dalam menyebar informasi.