Suatu saat ketika saya sedang marathon nonton video yutub, mencari video – video motivasi , tibalah pada satu video salah satu mantan news anchor yang kini main film juga. dalam video itu membahas mengenai mindfulness.
Mindfulness , rasanya tidak asing , tapi apa itu ? kemudian saya coba mencari berbagai referensi mengenai mindfulness, sepertinya ini adalah jawaban atau obat yang harus saya coba untuk kecemasan yang saya rasakan saat itu.
Minfullness menjadi sebuah kata yang poppuler dan trending di dunia untuk kesehatan mental. Mindfulness adalah salah satu jenis meditasi untuk melatih kesadaran dan perhatian untuk fokus terhadap apa yang terjadi dalam diri kita dan di sekitar kita. Kita sadar sepenuh-penuhnya dimana kita berada dan apa yang sedang kita lakukan.
Saya mulai berlatih dengan informasi yang didapatkan dari artikel di internet dan video youtube, memang membantu mengurangi kecemasan yang saya sedang alami. Tetapi ada fakta yang baru saja saya dapatkan bahwa terdapat sebuah survei yang dilakukan oleh para peneliti di Kanada dan diterbitkan dalam Clinical Psychology Review pada awal November menunjukkan bahwa orang tidak sepenuhnya memahami prinsip di balik mindfulness. Lalu saya mulai berfikir apakah mindfullness yang saya lakukan selama ini benar atau berbeda dari pemahaman yang saya yakini selama ini?.
Dalam releasenya , Igor Grossmann, PhD, penulis studi dan profesor psikologi sosial di University of Waterloo di Ontario, Kanada, mengatakan bahwa “Mindfulness mencakup dua dimensi utama: kesadaran dan penerimaan.” Namun, Grossmann dan rekan menemukan bahwa kebanyakan orang tidak memahami sepenuhnya.
Orang – orang cenderung memahami bagian kesadaran atau awareness saja , dengan menyetel emosi dan sensasi pada hidup saat ini yang dapat menghilangkan stres. Ini adalah bagian penerimaan yang membingungkan banyak orang dengan kepasifan dan penghindaran.
Selain mendorong kita untuk tetap berada di masa sekarang, Ellen Choi, PhD, salah satu penulis psikologi studi dan psikolog organisasi, dan profesor di Ryerson University di Toronto, mengatakan bahwa kesadaran atau mindfulness memiliki bagian kedua yaitu penerimaan, yang dapat dipahami sebagai tidak menghakimi, keterbukaan, atau rasa ingin tahu. Ini adalah bagian yang dapat mendorong untk bertindak.
Menurut choi ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melatih mindfulness yaiutu : kesadaran, penerimaan, dan tindakan.
kesadaran memungkinkan kita untuk “melihat apa adanya tanpa bias, persepsi kabur, atau ego, untuk melihat semuanya dengan jelas.
Selanjutnya, ada bagian penerimaan, kita harus menerima reaksi naluriah terhadap apa yang dialami dan kemudian mengambil tindakan. Apa yang harus dilakukan tentang masalah itu.
Dalam mindfullness kita berlatih berada di saat ini untuk memahami persepsi yang terjadi. Kemudian, kita menerimanya, bukannya mengabaikan atau menekannya. Hanya dengan begitu kita bisa dengan jujur bertanya pada diri sendiri mengapa itu ada dan apa yang harus dilakukan—untuk menghindari kaburnya penilaian kita di masa depan.
