Menjadi keresahan beberapa penulis cerita. Beberapa atau bahkan banyak cerita yang secara ceritanya saja tidak menarik, kaidah kebahasaannya saja asal-asalan, tapi bisa laku keras. Ini menjadi penyebab keresahan beberapa penulis karena tentunya mereka sudah sangat lama mempelajari kaidah kebahasaan dan cara membuat cerita yang menarik.
Saya juga mencoba melakukan pengamatan kecil di beberapa sarana menulis novel digital seperti Wattpad dan Storial. Sayangnya memang benar, ada banyak novel atau cerita yang secara cerita tidak menarik dan kaidah kebahasaannya berantakan tapi laku keras bahkan memiliki jutaan pembaca. Ini tentu meninggalkan kesan buruk bagi penulis. Ngapain susah-susah belajar bahasa kalo gitu.
Namun jika saya riset kembali ke sarana lain, seperti Buruan.co, Basabasi.co, tentu berbeda jauh. Saya menemukan cerita yang begitu rapi dan tertata, tentu dengan isi cerita yang tidak biasa-biasa saja. Jika boleh saya bandingkan, kualitas cerita yang dipilih mungkin bisa mepet-mepet kualitas cerita yang dimuat di koran atau majalah.
Setelah itu, saya pun mencoba meneliti algoritma atau mekanisme penerbitan tulisan yang ada di masing-masing sarana tadi. Lalu saya pun terpikir beberapa hal yang mungkin bisa jadi penyebab.
Perbedaan pasar
Perbedaan pasar adalah salah satu hal yang mempengaruhi kepopuleran sebuah cerita. Cerita-cerita dengan kebahasaan dan isi cerita yang rapi dan tertata memiliki pasar yang berbeda, yaitu pembaca yang memang sudah sering baca atau istilahnya ‘bukan pemula’. Jika ditilik lagi minat baca di Indonesia relatif rendah. Maka, tak heran jika cerita-cerita ‘kelas atas’ seperti ini sepi pembaca karena memang membutuhkan pemahaman lebih yang hanya dimiliki oleh pembaca ‘kelas atas’ pula.
Berbeda dengan cerita-cerita yang dibuat oleh pemula. Pasarnya bukan pembaca ulung, melainkan rata-rata orang yang memang tidak sering baca juga. Bahasanya memang berantakan secara kaidah kebahasaan, tapi mendekati dengan cara mereka berbicara. Sehingga, membaca cerita tersebut sama saja seperti mendengarkan teman yang bercerita. Sedangkan isi cerita yang begitu-begitu saja lebih mudah dipahami oleh orang yang bukan kutu buku.
Sensasi yang didapat
Mirip seperti film televisi yang laku keras padahal isinya hanya bucin-bucinan gak jelas. Ini memang karena sasaran pasarnya memang menyukai cerita tentang percintaan atau drama.
Ini mirip seperti cerita yang dibuat di Wattpad dan Storial tadi yang secara kaidah kebahasaan dan isi cerita berantakan. Tapi sensasi yang didapat, itu sangat penting. Sensasi yang kuat dan bisa terasa oleh pembaca akan meninggalkan impresi atau kesan yang membekas. Ini cenderung membuat pembaca membagikan cerita tersebut pada teman-temannya, membuat cerita tersebut semakin populer.
Sementara jika dibandingkan dengan cerita-cerita yang dibuat di Buruan.co dan Basabasi.co bisa dikatakan lebih sulit. Untuk mengerti ceritanya saja membutuhkan pemahaman yang tinggi, apalagi merasakan sensasinya. Meskipun maknanya sangat dalam, tapi tetap saja pasarnya bukan pembaca pemula melainkan pembaca ulung.
Perbedaan mekanisme penerbitan
Ini juga sangat terpenting bahkan menjadi yang terpenting dalam populernya cerita atau novel yang diterbitkan oleh media-media tadi. Di Storial dan Wattpad, memang penulis bebas menulis apapun dan bisa terbit. Hanya saja, mereka harus mencari audiens sendiri. Ini mirip seperti mekanisme kebanyakan media sosial. Jadi, kepopuleran cerita-cerita seperti ini juga dipengaruhi oleh status sosial si penulis. Jika si penulis sudah terkenal dari sono-nya, wajar-wajar saja jika ceritanya laku keras.
Jika dibandingkan dengan Buruan.co dan Basabasi.co, mekanismenya mirip seperti di koran dan majalah. Dimana penulis mengirimkan tulisannya pada redaksi untuk dimoderasi. Jika ceritanya memang bagus dan sesuai, cerita akan dimuat dan biasanya mendapatkan honorarium yang besar. Pasar untuk kedua media ini juga tentu berbeda. Bukan pembaca pemula melainkan pembaca yang memang sudah sering baca cerita atau buku. Disini, para penulis juga akan tertempa oleh penolakan-penolakan sehingga membuat mereka terus memperbaiki sampai ceritanya bagus.
Kesimpulan
Dari pembahasan saya diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa memang banyak yang memengaruhi kepopuleran sebuah cerita. Bisa dari pasarnya, sensasinya, dan juga mekanismenya.
Saya tidak menyalahkan para penulis pemula yang hanya bisa menulis dengan kaidah kebahasaan asal-asalan dan isi cerita yang begitu-begitu saja asal banyak sesnasi bucin-nya. Saya tetap memandang itu sebagai proses untuk menjadi penulis yang benar-benar baik asalkan sedikit demi sedikit mereka belajar. Hanya saja sangat disayangkan karena popularitas bisa membuat mereka nyaman sehingga bisa jadi mereka tidak mau bergerak dari zonanya untuk ‘naik kelas’.