Siapa nih yang punya hobi mengoleksi photocard bias idola kesayangan kamu? Aktivitas mengumpulkan photocard merupakan salah satu hal yang paling banyak ditemui dan disukai oleh penggemar K-Pop.
Ketika idola mereka comeback mengeluarkan lagu terbaru, banyak penggemar yang rela untuk membeli banyak album demi mengumpulkan photocard dengan versi yang berbeda-beda. Justru banyak ditemukan photocard yang lebih mahal daripada albumnya.
Apalagi kalau sudah ada event promo besar-besaran seperti 11.11 dari aplikasi belanja online shopee atau tokopedia.
Rasa impulsive buying untuk membeli photocard idola sangat kuat. Sebenarnya bagaimana sih daya tarik photocard bagi para penggemar K-Pop sehingga menimbulkan impulsive buying?
Photocard atau PC merupakan salah satu merchandise foto idola K-Pop yang berupa kertas berbentuk persegi panjan. Ukuran photocard bermacam-macam, normalnya memiliki 55 x 85 mm dengan bahan art paper tebal. Biasanya photocard didapatkan ketika penggemar membeli satu set album artis tersebut secara random.
Selain membeli album, sudah banyak penggemar yang melakukan transaksi jual beli atau sistem trade photocard official artis melalui platform media sosial.
Hal yang membuat penggemar melakukan pembelian implusif karena terkadang kita tidak bisa memilih photocard yang sesuai dengan bias kita. Selain itu, album K-Pop menawarkan berbagai macam versi. Misalnya comeback boygrup THE BOYZ terbaru mengeluarkan single album ketiga mereka yang berjudul Maverick.
Mereka memiliki tiga versi album, yaitu Doom ver., Mood ver., dan Storybook ver. Dari ketiga album ini, mereka menyediakan berbagai macam pose selfie maupun pose photoshoot.
Menurut pengakuan seorang K-Popers bernama Aurell, ia membeli album dan photocard karena membeli album dapat membawa kesenangan tersendiri baginya.
“Seneng aja aku beli album tuh kaya stress relieved. Buka album tuh rasanya deg-degan liat isinya dapat photocard apa,”
Selain itu, pengakuan seorang K-Popers bernama Caca, tujuannya membeli album boygroup WANNA ONE karena ingin membeli album grup kesukaannya. Ia ingin merasakan euforia punya album yang dicari, gimana rasanya unboxing album bias kesayangan. Meskipun begitu, ia merasakan euforia yang singkat setelah membuka album.
“Untuk beli album tuh, karena emang lagi pengen dan itu pun bakalan jadi pengalaman pertama dan terakhir sih. Soalnya setelah beli, euforianya hilang dan albumnya sekarang tersimpan rapi dilemari,”
Caca pun juga menambahkan bahwa dirinya bukanlah tipikal penggemar yang rajin beli album setiap grup bias comeback dan langsung ikut pre-order (PO). Ia memberikan tips sebelum yakin untuk membeli album K-Pop.
“Sebelum aku beli album, aku biasanya cek dulu gimana konsep foto, diskografi lagu di albumnya, dan printilan yang bakal didapet pas beli. Biasanya kan Knetz udah share duluan,”
Caca menuturkan bahwa ketika membeli album WANNA ONE, ia mendapatkan photocard Ong Seongwoo set. Sayangnya karena grup tersebut sudah bubar (disband), harga album dan photocard menjadi turun drastis.
“Karena udah disband, harganya anjlok. Jadi kalo mau investasi juga maju mundur. Jadinya aku keep albumnya aja di lemari. Aku juga punya photocard Juyeon THE BOYZ era The Stealer dan Lenti card era,”
Bagi orang awam, photocard hanya kertas yang berisikan foto selfie saja. Namun jangan salah, photocard official sulit untuk dipalsukan karena memiliki pattern bahan yang eksklusif.
Sehingga, photocard dapat bernilai eksklusif karena hanya ada photocard beberapa set di dunia maupun hanya bisa didapatkan saat fansign atau kolaborasi grup tersebut dengan brand.
Selain itu, mengoleksi photocard idola kesukaan menjadi salah satu fenomena yang dapat menimbulkan pembelian impulsif pada penggemar K-Pop.
Apalagi ketika kita mengoleksi photocard yang bernilai rare, hal itu bisa menjadi bahan investasi kedepannya untuk dijual kembali. Terkadang penggemar hanya membeli karena sekadar ingin ikut-ikutan atau ingin diakui keberadaannya sebagai salah satu penggemar dari fandom grup K-Pop.
Mengoleksi album maupun photocard bagi penggemar K-Pop sebagai bentuk dedikasi mereka sebagai bagian dari fandom. Agenda membeli album, mengumpulkan merchandise pun dapat menjadi gaya hidup.
Adanya legitimasi identitas fandom yang membuat mereka loyal sebagai penggemar ditandai dengan kepemilikan album. Realitanya, penggunaan media sosial yang masif menjadi salah satu gerbang maraknya tren pembelian album ataupun photocard.
Selain itu, tren upload video pull album di media sosial seperti di TikTok pun menjadi salah satu perilaku pembelian secara impulsif (impulsive buying). Misalnya, video tentang pamer setelah beli album lalu pull photocard yang didapatnya.
Hal ini juga memberikan godaan bagi penggemar lain saat melihat konten yang serupa. Selain itu, tren Do It Yourself (DIY) menghias photocard maupun photobook untuk dijadikan pajangan di kamar maupun digunakan sebagai aksesoris handphone.
Jatuhnya, faktor pada motif pembelian album pun berasal dari motif eksternal. Tidak sepenuhnya keinginan sendiri.
Bagi penulis, mengoleksi photocard itu dapat disamakan dengan koleksi kertas binder pada zaman dahulu. Masih ingat ketika jenis binder merek harvest yang memiliki kualitas tebal diberi harga yang mahal? Itu bisa dijadikan contoh mudahnya
. Hal yang perlu diperhatikan adalah pembelian photocard saja tidak dapat meningkatkan penjualan album fisik dari grup idolanya. Beli photocard boleh saja, namun sesuaikan dengan budget kalian ya <3