Kota Makassar adalah ibu kota dari Sulawesi Selatan, kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur. Jika hendak berkunjung ke kota Makassar, maka sebelum kamu menginjakkan kaki di kota tersebut, bayangan tentang ikonnya akan menghampiri ingatan kamu terlebih dahulu.
Jika Jakarta punya monas sebagai ikonnya, maka Makassar punya ikon apa? Yuk langsung check it out!
1. Pantai Losari
Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Keunikan Pantai losari ini adalah memilki spot sunset dan sunrise yang begitu menakjubkan. Kamu bisa menikmati jogging di pantai ini pada pagi hari sambil melihat sunrise, serta menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir pantai pada sore hari sambil menikmati sunset. Tak hanya itu, karena disekitar pantai ini ada begitu banyak warung yang menyediakan makanan khas kota makssar yang sangat lezat.
Saat ke pantai losari, kamu juga akan disuguhkan dengan pemandangan masjid yang memiliki 99 kubah, hal inilah yang menjadikan masjid tersebut dinamakan dengan masjid 99 kubah. Jadi sangat disayangkan saat kamu ke Makassar, namun belum mengunjungi pantai losari ini.
2. Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar
Jika kalian berkunjung ke Makassar, maka kalian akan disuguhkan dengan menara pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM) yang berdiri dengan sangat kokoh, yang memilki sumber inspirasi utama pembangunannya adalah kapal pinisi.
Pinisi sendiri adalah nama sebuah kapal milik Raja Tallo yang bernama I Manyingrang Dg Makkilo. Pembuatan kapal pinisi pertama kali dilakukan oleh seorang putra mahkota bernama Sawerigading yang berasal dari Kerajaan Luwu pada abad ke 14 masehi sekitar tahun 1500, hal ini tercatat dalam sejarah yang tertulis di naskah lontar La Galigo. Pemberian nama pinisi diambil dari dua kata, yaitu; Picuru yang berarti contoh baik dan Binisi yang berarti ikan kecil yang lincah dan tangguh.
Kapal pinisi juga memilki makna filosofi yang diyakini bahwa tujuh buah layarnya diartikan sebagai jumlah ayat dari surat Al- Fatihah. Sedangkan, layar sekunar dengan dua tiang utama dan tujuh layar diartikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.
Kapal pinisi dibuat menggunakan kayu. Dengan masa pengerjaan sekitar delapan bulan sampai satu tahun, termasuk dalam waktu pengumpulan kayu. Dalam proses pembuatannya, para pembuat kapal pinisi hanya menggunakan cara tradisional orang terdahulu, dengan membuatnya tanpa menggunakan paku.
Jadi tak heran, jika perancang menara pinisi UNM terinspirasi dari kapal pinisi.
3. Benteng Fort Rotterdam
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang terletak di Bulo Gading, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa risi kallona.
Awalnya, benteng Fort Rotterdam bernama Benteng Ujung Pandang. Namun setelah jatuh ke tangan Belanda, Cornelis Speelman mulai membangun kembali Benteng Ujung Pandang dengan sangat kokoh, karena awalnya hanya di bangun dengan tanah liat dan putih telur. Setelah pembangunan kembali, Cornelis Speelman lalu mengganti namanya dengan Benteng Fort Rotterdam, dengan tujuan agar ia bisa mengenang daerah kelahirannya di Belanda yang bernama Fort Rotterdam.
Benteng ini awalnya dipergunakan oleh nenek moyang zaman dulu saat masa penjajahan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah. Namun saat belanda merampasnya, benteng ini dipergunakan sebagai kantor pusat perdagangan, kediaman pejabat tinggi, pusat pemerintahan, dan markas komando pertahanan. Adapun fungsinya di zaman sekarang adalah sebagai tempat penyimpanan koleksi barang antik peninggalan kerajaan dulu.
Benteng ini memiliki keunikan bentuk yang menyerupai penyu yang merayap ke laut saat dilihat dari ketinggian. Terdapat makna filosofis dari bentuk penyu itu, karena menurut masyarakat gowa penyu adalah salah satu makhluk hidup yang bisa hidup di darat dan di laut, maka masyarakat gowa juga berharap bisa berjaya di darat dan di laut.
Benteng Fort Rotterdam dibuka setiap hari pada pukul 08.00 – 18.00 WIT, tanpa dipungut biaya saat masuk. Sedangkan Museum La Galigo yang berada dalam kompleks Benteng Fort Rotterdam dibuka pada hari Selasa – Minggu pukul 08.00 – 12.00 WIT, dengan biaya masuk Rp8.000.
Kalian tidak akan rugi saat berkunjung ke Benteng Fort Rotterdam, karena selain belajar sejarah, kalian juga akan melihat barang antik peninggalan kerajaan zaman dulu yang begitu indah nan unik, serta terdapat satu ruangan yang dijadikan sebagai tempat pengasingan pangeran Diponegoro di zaman dulu.
Nah, Itulah sebagian kecil ikon kota Makassar yang membuatnya mudah untuk dikenali. Jadi jangan lupa untuk mengunjungi ikon kota Makassar ini yah, saat kamu mampir di kota tersebut.