Game eFootball 2022 menjadi game No.1 dengan rating terburuk SEPANJANG SEJARAH pada platform Steam PC. Saat saya buat artikel ini, skornya 1.01/10 dari 15.560 votes. Ini merupakan skor yang sangat rendah, di bandingkan dengan game-game indie yang kebanyakan berada pada list top 100 game terburuk ini.
Teman-teman juga bisa cek di website ini : INI
Konami memang sudah absen dari dunia video games beberapa tahun ini, namun saya benar-benar penasaran, kok bisa hal ini terjadi, kok bisa game AAA dengan kualitas seperti ini lolos dari quality control? Konami merupakan game developer terbesar ke 2 yang sudah memproduksi game sepak bola (Winning Eleven) sejak tahun 1995, total pengalaman 26 tahun coy.
Bug-bug yang terjadi ini bisa langsung kita nikmati bahkan di pertandingan awal. Bukan bug yang di temui setelah 20-30 jam yang bisa kita toleransi. Bug kebanyakan berasal dari animasi pemain pada gameplay yang terlihat tidak natural dan sesekali malam terlihat menyeramkan.
Game eFootball 2022 mulai tahun ini mengusung tema free-to-play, di mana game tersebut akan di gratiskan dengan batasan hanya 6 team yang tersedia. Sedangkan versi premium atau full team-nya di banderol dengan harga Rp. 579.000,- di PSN Store Indonesia.
Kok bisa ya? Kok bisa final game release hasilnya seperti ini?
Setelah saya analisa ternyata eFootball 2022 menggunakan Unreal Engine 4, sebenarnya engine lama, apa karena mereka belum pengalaman menggunakan engine ini? saya coba mundur ke eFootball 2020, dan ternyata benar eFootball 2020 menggunakan Fox Engine, mundur lagi ke eFootball 2019 sama Fox Engine sampai ke Pro Evolution Soccer 2014. Jadi memang “ada” kemungkinan mereka belum optimal menggunakan Unreal Engine 4 untuk develop game di console.
Menurut Saya, Konami sengaja memulai menggunakan Unreal Engine 4 karena, Unreal Engine 4 merupakan sebuah engine video game yang sifatnya terbuka, dan bisa di kuasai oleh banyak orang secara publik, sehingga untuk pengembangan game eFootball ke depannya akan lebih mudah. Dibandingkan dengan Fox Engine yang merupakan sebuah engine tertutup yang hanya di kuasai oleh karyawan dari Konami.
Di kejar “Deadline” menurut saya juga menjadi salah satu faktor utama kenapa pihak Konami terpaksa me-release eFootball 2022 dengan kondisi seperti ini. Tentunya mereka tidak mau ketinggalan momentum, dengan release-nya FIFA 2022 dan memang merupakan jadwal tahunan mereka kalau release game berdekatan dengan kompetitornya.
Saya sangat sedih dengan ironi ini, jujur saya tidak main game bola, cuma kebiasaan developer me-release game yang belum jadi seperti ini sudah terjadi beberapa kali. Takutnya menjadi sebuah kebiasaan, dan player-nya hanya bisa memaklumi. Keputusan Konami untuk mengubah engine sebenarnya merupakan keputusan agar game mereka bisa jalan di semua platform seperti PC, Console dan Mobile.
Bagai mana menurut teman-teman? kenapa hal ini bisa terjadi?