Erupsi Merapi, Munculnya Ratu Adil & Satrio Piningit?

Sri Wintala Achmad

Erupsi Merapi, Munculnya Ratu Adil & Satrio Piningit?

Dalam sejarah raja-raja di tanah Jawa dicatat bahwa meletusnya Gunung Berapi pada tahun 928 Masehi menyebabkan hancurnya istana Medang I Bhumi Mataram dan hilangnya sang raja Dyah Wawa. Akibat letusan dahsyat Gunung pada tahun tersebut, banyak candi – termasuk bangunan Jinalaya (candi Borobudur) terbenam lahar dingin Merapi.

Meletusnya Gunung Merapi pada abad ke-10 tersebut menandai berakhirnya kerajaan Medang periode Jawa Tengah dan lahirnya kerajaan Medang periode Jawa Timur di bawah pemerintahan Mpu Sindok sang warangkadalem Dyah Wawa. Dari sini bisa disimpulkan bahwa meletusnya Gunung Merapi pada waktu itu menjadi titik transisi perpindahan wahyu keprabon dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Tepatnya di daerah Tamlang dan berakhir di Watugaluh.

Bisa jadi dari peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada abad ke-10 itu menjadi dasar asumsi dari masyarakat bahwa meletusnya gunung berapi memiliki hubungan erat dengan sejarah raja-raja di tanah Jawa. Pendapat ini dikuatkan dengan fakta sejarah bahwa lahirnya Hayam Wuruk sang raja besar Wilwatikta atau Majapahit bersamaan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu pada tahun 1334 Masehi. Kelahiran Hayam Wuruk tersebut juga bersamaan pengikraran Sumpah Palapa oleh Mahapatih Amangkubumi Gajah Mada di hadapan Rani Tribhuwana Wijayatunggadewi dan para punggawa Wilwatikta.

Beberapa naskah Kuno semisal Uga Wangsit Siliwangi, Serat Musarar Jayabaya, Serat Kalatidha Piningit, Serat Darmagandhul, Serat Sabdopalon menyebutkan meletusnya gunung berapi di pulau Jawa dimaknai sebagai tanda akan munculnya , , Budak Angon, dan Sabdo Palon. Tokoh-tokoh di mana menurut banyak sejarawan masih fiktif tersebut diyakini oleh sebagian masyarakat akan muncul dengan membawa perubahan baru yang mengarah padas kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat.

Sesudah menyimak uraian di muka muncul suatu pertanyaan “Apakah meletusnya khususnya Gunung Merapi dan Gunung Kelud sebagai tanda bakal munculnya Ratu Adil, Satrio Piningit, Budak Angon, dan Sabdo Palon? Supaya dapat menjawab pertanyaan ini, maka diperlukan suatu kajian yang kritis.

Di dalam memulai kajian, kita perlu menilik kembali pada fakta sejarah bahwa meletusnya Gunung Merapi pada tahun 928 menyebabkan runtuhnya kerajaan Medang I Bhumi Mataram. Dengan demikian, Gunung Merapi justru menjadi kutukan bagi kerajaan tersebut. Pendapat ini sejalan dengan dugaan dari beberapa sejarawan yang menyatakan bahwa Merapi menjadi kutukan kerajaan Medang karena sesudah masa pemerintahan Rakai Pikatan Mpu Manuku hingga Dyah Wawa hanya diwarnai dengan makar dan perebutan kekuasaan.

Namun meletusnya Merapi yang menjadi kutukan Kerajaan Medang periode Jawa Tengah tersebut menjadi berkah bagi Medang periode Jawa Timur. Dikatakan demikian, Mpu Sindok yang menjabat sebagai raja pertama dapat membuktikan diri sebagai pemimpin negeri adil para marta. Pendapat ini berdasarkan beberapa prasasti semisal prasasti Turyan, Linggasutan, Gulunggulung, Cunggrang, Jrujru, Waharu, Sumbut, Wulig, dan Anjukla yang mengukuhkan pemerintahan adil dan bijaksana dari sang raja.

Sebagaimana Merapi, meletusnya Gunung Kelud dapat dimaknai sebagai berkah dan sekaligus kutukan. Ketika Gunung Kelud meletus, Hayam Wuruk yang merupakan raja terbesar Wilwatika itu bisa mengantarkan negerinya pada puncak kejayaan. Sungguhpun Hayam Wuruk mendapat dukungan penuh dari Mahapatih Amangkubumi Gajah Mada yang konon mampu memperluas wilayah atau pengaruh Wilwatika ke seluruh nusantara dan beberapa negara di mana sekarang  menjadi wilayah Asia Tenggara.

Tetapi meletusnya Gunung Kelud juga bisa dimaknai sebagai tanda bakal datangnya kutukan bagi Majapahit. Menngingat sewaktu pemerintahan Hayam Wuruk, terjadi peristiwa Perang Bubat antara Majapahit versus Sunda. Tetapi peristiwa perang tersebut diragukan kebenarannya oleh beberapa sejarawan. Mereka menyebutkan bahwa perang tersebut merupakan kabar bohong dari kaum imperialis VOC atau orang-orang Belanda pada saat itu.

Selain perang Bubat, terjadi perang Paregreg pasca lengsernya Gajah mada sebagai Mahapatih Amangkubumi dan kemangkatan Hayam Wuruk. Perang yang memperebutkan kekuasaan tersebut antara Bhre Wirabhumi sang putra kandung Hayam Wuruk dari Majapahit Timur versus Wikramawardana putra menantu Hayam Wuruk dari Majapahit Barat. Kisah perang yang dimenangkan oleh Wikramawardhana inilah kemudian menginspirasi lahirnya cerita Damarwulan.

Dari fakta sejarah yang telah diuraikan di muka bisa ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Kelud tidak bisa mutlak dimaknai sebagai timbulnya Ratu Adil, namun bisa ditangkap sebagai peringatan Tuhan kepada manusia yang telah banyak menanggung dosa demi memperebutkan kekuasaan. Sehingga Ratu Adil di sini bisa dimaknai sebagai Tuhan itu sendiri yang memberikan keadilan bagi umatnya. Akhirnya ditegaskan bahwa meletusnya Gunung Merapi dapat ditangkap sebagai kutukan dan sebagai berkah yang diidentikkan dengan tokoh-tokoh semisal Ratu Adil, Satrio Piningit, Budak Angon, dan Nayagenggong. Tinggal dari dimensi mana kita memandangnya.

Follow Digstraksi di Google News

Baca Juga

Rekomendasi