Jembatan Ampera yang berada diatas sungai Musi di Palembang menyimpan beberapa fakta menarik, merupakan salah jembatan terpanjang di Indonesia dengan keindahan serta lalu lintas perdagangan di Sumatera Selatan.
Pada masanya jembatan Ampera pernah dinobatkan sebagai jembatan terpanjang di Asia Tenggara pada sejak awla diresmikan tahun 1965 an. Jembatan ini memiliki panjang hampir satu kilometer atau 1100 meter, dan pada bagian tengah jembatan dapat diturunkan dan dinaikkan saat ada kapal besar akan melintas.
Namun fasilitas ini kini tidak dapat dirasakan, pasalnya penggunaan bandul naik turun justru menganggu aktivitas kepadatan lalu lintas di jembatan ampera.

Berat keseluruhan bandul ada sekitar 500 ton, dan memerlukan waktu setengah jam untuk mengangkatnya, dan dirasakan sudah tidak efektif waktu lagi.
Biaya pembangunan jembatan ini dulunya hanya memakan biaya gak sampai 1 milyar lho, kalau ditotal hanya butuh biaya 900 juta saja untuk membangun jembatan megah ini, dan dulunya memang Jepang menggelontorkan dana untuk pembangunan jembatan ini.

Gak seperti sekarang ini, biaya pembangunan saja sudah sampai milyaran hingga trilyun, tapi jangan kaget karena dulu kurs rupiah baru 200 rupiah per dolar.
Sangat menarik melihat jembatan Ampera saat malam hari, suasana lampu gemerlap dan lalu lintas jalan disepanjang jembatan dengan gemercik air di sungai Musi yang menyejukkan hati dan mata.
Jembatan ini menjadi simbol perdagangan di Palembang, dan pusat ekonomi masyarakat disekitar Jembatan Ampera yang terkenal dengan Pempek Palembang yang khas.
Arti kata Ampera dan awal mula nama jembatan
Awal mula jembatan ini dulunya bukan bernama ampera, namun dulunya bernmaa jembatan Bung Karno, namun karena gejolak politik, nama bung karno akhirnya dirubah menjadi jembatan ampera yang berarti amanat penderitaan rakyat.