Gelagah merupakan rumput berbuluh keluarga Poaceae. Rumput ini mudah tumbuh dan tahan terhadap perubahan iklim. Karena sifat adaptifnya, kita bisa menemukan rumput ini di setiap penjuru dunia kecuali antartika. Bahkan, penelitian terkini varietas tanaman tebu unggul famili Poaceae, diharapkan mampu meniru sifat adaptif gelagah.
Pada reklamasi lahan tambang, banyak perusahaan menggunakan gelagah spesies Phragmites Karka sebagai tanaman pionir. Gelagah mampu menahan erosi dan menyerap zat kimia di dalam tanah. Tekhnik ini menginspirasi Ilmuwan New York, Brandee Nelson untuk menggunakannya sebagai pengolah limbah manusia. Metodenya adalah menampung limbah cair dari kakus ke dalam kolam yang sebelumnya telah tumbuh rumpun Phragmites Karka. Daya serap rumput ini terhadap cairan dan zat logam sangat tinggi. Sehingga beberapa hari kemudian di dasar kolam hanya tersisa tanah kering yang bisa digunakan sebagai pupuk.
Bangsa Mesir, memanfaatkan tanaman gelagah sejak 4000 tahun sebelum Masehi. Rumah-rumah di tepian Sungai Nil menggunakan pelupuh gelagah sebagai dinding dan daunnya sebagai atap. Berbagai kerajinan seperti tikar dan keranjang berbahan gelagah dibuat untuk perkakas rumah tangga. Pada masa itu, mereka meraut batang gelagah membetuk segitiga tajam untuk membuat kalam sebagai alat tulis. Bahkan salah satu kultifar gelagah, Papyrus dilumat menjadi pulp pada masa awal Mesir mengenal kertas.
Tanaman gelagah yang tumbuh subur di tepian Sungai Tigris dan Eufrat terukir di dasar Bejana Warka. Selain itu, gelagah juga menjadi latar belakang gambar dewa-dewi bangsa Sumeria, penguasa wilayah ini. Bejana ini berasal antara tahun 3200 sampai dengan 3000 sebelum Masehi.
Tanaman gelagah merimbun di Nusantara sejak lampau. Sejarah mencatat perjalanan Raden Fatah tiba di hamparan vegetasi gelagah. Tumbuhan ini adalah ancer-ancer wejangan Sunan Ampel sebelum Sang Raden berkelana. Wilayah tumbuh gelagah berbau harum itu kemudian menjelma Ibukota Kerajaan Islam pertama di Jawa, masyhur bernama Demak Bintara.
Timur Nusantara, masyarakat Bugis masa lampau menggunakan batang gelagah untuk merakit anak sumpit. Kegemaran berburu lestari sampai kini. Bahan pembuat sumpit tak berubah. Sementara di Ternate dan Tidore batang gelagah menghiasi halaman rumah sebagai pagar. Mereka menjalin kulit batangnya untuk tirai atau kerai. Manfaat gelagah tak cukup sampai disitu, daunnya yang telah kering adalah bahan utama atap rumah pedesaan yang berlimpah. Terlebih, secara turun temurun pucuk daun, umbut dan bunga gelagah adalah sayuran khas Ternate.
Warisan kearifan lokal Nusantara amat berjebah. Pengobatan tradisional bangsa ini tak kalah dari Tiongkok. Ribuan resep dan metode pengobatan tersebar di setiap suku dari Sabang sampai Merauke. Moyang kita mengenal herbal gelagah untuk terapi infeksi saluran kencing. Seduh tumbukan pucuk daunnya bersama air untuk menyembuhkan iritasi mata. Akar gelagah berguna untuk merawat penderita stres, asma, tuberculosis, wasir, disentri, diabetes, menstruasi berlebih, bisul dan luka bakar. Leluhur bangsa kita bahkan meraciknya untuk rehabilitasi lemah syahwat!
Di Indonesia spesies gelagah amat beragam. Budidaya dan pemanfaatan yang umum dilakukan adalah pada spesies Themeda villosa atau Gelagah Arjuna. Hal ini karena bunga Gelagah Arjuna merupakan bahan mentah kerajinan bernilai ekonomis tinggi.
Nilai Ekonomis Gelagah Arjuna yang Manis
Tanah lapang di lereng bukit Cikadu, Kecamatan Watukumpul terlihat hijau. Tumpukan malai bunga Gelagah Arjuna dijemur menutupi tanah merah. Anak-anak memainkan sempritan dari pucuk gelagah, mereka berlarian melintasi jemuran. Pekebun gelagah tak menegur anak-anak itu. Justru, ketika bocah menginjaki malai gelagah, serbuk bijian rontok tersisa malai yang berguna.
Bulan Agustus selain hari merdeka, Warga Majalangu juga merayakan sebagai waktu panen. Bau manis rumput yang khas menguar dari jemuran malai-malai gelagah. Bulan Juli dan Agustus, sejauh 20 Kilometer dari Belik menuju Cikadu jalanan semarak oleh gelagah yang tengah proses pengeringan.
Malai gelagah kering akan dibuat menjadi sapu gelagah. Desa Majalangu adalah pelopor pengrajin sapu gelagah di Indonesia. Sentra sapu gelagah terbesar di Kabupaten Pemalang itu bermula tahun 1940an lalu berkembang besar pada tahun 1980an. Pada saat itu, pengusaha Majalangu menjajagi ekspor ke Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.
Saat ini ekspor sapu gelagah terus berkembang, pengrajin mengirim sapu produknya secara langsung maupun melalui eksportir perantara. Namun publikasi resmi intensitas pengiriman komoditas dengan kode ekspor HS 96031020 ini belum ada. Padahal tak banyak produk lain dari Kabupaten Pemalang yang mampu menembus pasar luar negeri.
Lahan budidaya Gelagah Arjuna di Pemalang tersebar di perbukitan Kecamatan Watukumpul dan Belik. Sebagian besar lahan adalah milik Perhutani. Penduduk sekitar menanam dengan sistem kelola bagi hasil 70:30. Dari data Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, sejak tahun 2012 sampai dengan 2016 luas lahan budidaya rata-rata tetap.
Pengelolaan lahan pada dua kecamatan tersebut adalah 289,15 hektar. Meski begitu, kuantitas panenan meningkat tiga kali lipat dari tahun 2012 ke tahun 2016. Semula, panen bunga gelagah tercatat 631,30 ton lalu melonjak pada tahun 2016 menjadi 1.639,05 ton. Mengingat komoditas ini bisa menjadi sumber devisa dan pendapatan daerah, budidaya secara intensif Gelagah Arjuna patut dikembangkan.
Yogyakarta 02/ 03/ 2021, Siang, Erni Salamah, sedang duduk di depan televisi layar datar. Kios perabotnya lumayan besar di kawasan Purwomartani, Yogyakarta. Sapu gelagah di kios Erni produksi pengusaha dari Banjarnegara dan Wonosobo. Ada tiga pemasok dengan merk dan ketebalan malai berbeda.
Pemasok menerapkan sistem titip jual di Kios Erni. Sapu-sapu dikirim setiap dua minggu. Erni mendapat harga dari agen 10.000,- untuk sapu malai tipis dan 13.000,- yang lebih tebal. Perempuan 29 tahun itu, kemudian membandrol 15.000,- dan 17.000,- tiap sapu. “Sedikitnya 10 batang sapu laku dalam dua minggu!” Sistem titip jual menguntungkannya, karena tidak ada resiko.
Lain halnya Mulyono, pengayuh becak itu mangkal sekaligus melapak sapu gelagah di trotoar Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia membandrol sapu dagangannya 18.000,- rupiah. Mulyono mengantongi keuntungan 2.000,- dari sebatang sapu.
Di Kasongan Yogyakarta, pedagang tembikar malah memanfaatkan malai Gelagah Arjuna sebagai bunga kering penghias pot apik!
Cara Mudah Budidaya Gelagah Arjuna
Gelagah telah lama diteliti sebagai tanaman pionir di lahan kritis. Karakteristiknya yang mampu menahan erosi dan mengikat humus bisa mengembalikan kesuburan tanah. Terlebih gelagah dapat mengikat zat-zat berbahaya di lahan tanam. Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung mengatakan luas lahan kritis di Indonesia pada tahun 2018 tercatat 14,01 juta hektar. Budidaya gelagah, bisa menjadi alternatif solusi masalah tersebut.
Metode budidaya Gelagah Arjuna secara konfensional berasal dari pengalaman empiris pembudidaya. Belum ada literatur budidaya gelagah secara intensif. Penelitian Annisa Noor Baeti dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor menunjukan perbedaan hasil panen jika menanam Gelagah Arjuna pada lahan terbuka atau sebagai tanaman sela. Pada lokasi terbuka, Gelagah Arjuna mampu menghasilkan kembang gelagah kering sekitar 6 kwintal pada luasan 1 hektar. Sedangkan malai Gelagah Arjuna yang dipanen dari tanaman sela hanya 3 kwintal perhektar.
Menurut penuturan petani Gelagah Arjuna di Desa Bongas, Kecamatan Watukumpul ada beberapa cara agar budidaya gelagah mendapatkan panen melimpah.
1. Menggunakan Bibit Varietas Unggul Gelagah Arjuna (Themeda villosa)
Sebelum penanaman gelagah, perlu melakukan seleksi bibit agar gelagah mampu tumbuh dengan subur. Pembibitan dapat menggunakan biji, stek batang maupun anakan. Berdasarkan pengalaman pembudidaya, bibit paling baik menggunakan anakan.
2. Waktu Tanam Sebaiknya pada Awal Musim Hujan
Meskipun Gelagah Arjuna mudah tumbuh, namun penanaman pada awal musim penghujan mengurangi resiko kematian tanaman. Selain itu, kebutuhan air akan tercukupi sampai gelagah menjelang dewasa.
3. Olah Lahan dengan Penggemburan dan Terasering
Lakukan olah lahan sebelum penanaman. Pengolahan lahan cukup dengan menggemburkan tanah dan menyiapkan lubang tanam sedalam 20cm. Bersihkan gulma di sekitar lahan. Jika lokasi penanaman berbukit, maka perlu membuat terasering agar tanaman terhindar dari longsoran akibat hujan.
4. Penanaman Gelagah Arjuna
Satu minggu sebelum tanam, pada lubang yang telah siap isi dengan pupuk kandang kira-kira satu ember timba air. Pada hari penanaman, ambil 6 atau 7 batang anakan dan tanam pada satu lubang. Taburkan dolomit secukupnya. Pada lahan terbuka, jarak tanam perbibit adalah 1 meter. Hal ini karena rumpun gelagah akan tumbuh meluas ke samping. Sedangkan jika menanamnya sebagai tanaman sela dapat menyesuaikan kondisi lahan.
5. Pemupukan dan Pemeliharaan
Pada minggu pertama setelah tanam, periksa dan lakukan penyulaman apabila ada tanaman yang mati. Rotasi pemupukan dapat dilakukan setelah satu bulan penanaman. Pupuk menggunakan NPK 16:16:16 dengan dosis 1kg untuk 20 rumpun tanaman.
Pemupukan secara berkala setiap 6 bulan menggunakan pupuk kandang pada saat pembumbunan rumpun gelagah. Meskipun tanaman gelagah tidak memiliki hama khusus, namun kita perlu melakukan pengecekan saat awal tumbuh. Lakukan perlakuan insektisida dan fungisida apabila terjadi serangan hama. Perawatan selanjutnya hanya penyiangan sampai dengan masa panen.
6. Panen Bunga Perdana Setelah 2 Tahun
Musim panen bunga Gelagah Arjuna tiba pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Panen pertama adalah setelah 2 tahun penanaman. Kemudian pada usia 3 tahun gelagah akan mengalami panen raya. Setelah pemanenan, lakukan pemupukan menggunakan NPK 16:16:16 seperti pada perlakuan pertama. Selanjutnya masa panen dilakukan satu tahun sekali. Pada tahun-tahun mendatang, setelah panen menyusut maka perlu mengambil langkah peremajaan tanaman.
Kembang Gelagah Arjuna dipanen menggunakan arit, setelah malai bunga benar-benar keluar dari kelopak daun. Sebaiknya gunakan kaos lengan panjang agar tidak tersayat ujung daun gelagah yang tajam.
Setelah pemanenan, proses selanjutnya menjemur bunga Gelagah Arjuna dengan terik matahari 5 sampai 10 hari. Bersihkan dari serbuk-serbuk bunga setelah kering. Setelah bersih kita dapat menjual bunga tersebut kepada pengepul atau pengrajin sapu. Bunga gelagah kering, dapat juga kita simpan dan menjual pada saat tidak musim panen. Karena tren harga akan meroket pada waktu itu.
Meskipun budidaya Gelagah Arjuna tidak semahal produksi hortikultura, namun dengan melakukan inovasi produk dan mengembangkan pemasaran dari hulu ke hilir bisa menjadi solusi ekonomi di wilayah tandus. Peluang ekspor kerajinan bunga gelagah masih terbuka lebar. Pengrajin sapu gelagah Desa Majalangu bahkan mengaku ekspor sapu gelagah keluar negeri masih kurang pasokan. Setidaknya dengan sedikit inovasi, bunga gelagah bisa menghiasi rumah mewah.