Banyaknya penggunaan senjata api di film-film action yang sudah dilebih-lebihkan menimbulkan banyak mitos-mitos mengenai senjata api yang dipercaya oleh banyak orang khususnya orang-orang dengan pengetahuan tentang senjata api yang minim.
Mitos-mitos ini awalnya muncul demi menambahkan nilai keren dari film itu sendiri. Namun, karena mitos-mitos ini sangat populer dan sangat sering muncul diberbagai film action dari berbagai masa, akhirnya banyak orang yang mempercayai mitos-mitos ini.
Apa saja mitos-mitos tersebut?
Sekali tembak di area manapun bakal langsung mati
Hal ini seringkali muncul di film-film dimana tokoh figuran langsung mati ketika tertembak meski tidak pada area vital seperti otak dan jantung.
Faktanya, manusia bisa bertahan dari tembakan selama tembakan tersebut bukan di area vital dan selama tembakan tersebut langsung ditangani dengan baik. Seringkali kematian akibat tembakan terjadi bukan karena tertembak di area vital, tapi karena kehabisan darah.
Memakai dua senjata secara bersamaan (dual wielding)
Mitos kedua ini salah satu mitos yang sering muncul demi menambahkan nilai keren pada suatu film. Namun, karena sekarang hal tersebut sangat klise, alhasil kebanyakan penonton malah membencinya.
Dual wielding ini bisa dilakukan namun sangat tidak praktikal dikarenakan recoil (daya hentak) dari senjata saat ditembakan membuat senjata sangat tidak terkendali dan juga dual wielding membuat akurasi tembakan menjadi kacau. Banyangkan saja jika menembak dengan tangan yang bukan dominan saja sudah susah untuk akurat apalagi menembak dengan dua tangan sekaligus.
Senjata langsung 100% senyap ketika dipasang supressor
Penggunaan supressor (biasa juga disebut silencer) sendiri memang bisa menurunkan kebisingan yang muncul saat senjata ditembakkan. Namun, tidak sampai benar-benar bisu seperti yang sering kita lihat di film-film Hollywood.
Jika senjata sudah dipasangi supressor, maka kebisingan yang timbul hanya akan berkurang sekitar sepuluh db saja dan hanya membuatnya sekedar bisa lebih ditoleransi oleh telinga manusia agar si penembak tidak perlu menggunakan penutup telinga ketika menembakkan senjata tersebut. Jika ingin lebih senyap lagi maka supressor bisa dikombinasikan dengan peluru subsonic agar bisa meredam suara dari sonic crack yang muncul saat peluru ditembakkan.
Kebal saat memakai rompi anti peluru
Seringkali pada film-film action seseorang ketika sudah memakai rompi anti peluru akan tidak terdampak apa-apa ketika tertembak, bahkan bergeming sedikitpun juga tidak. Tentu saja hal ini sangat berlawanan dengan fakta-fakta mengenai rompi anti peluru.
Rompi anti peluru sendiri hanya melindungi organ-organ vital yang ada di tubuh, dan juga semakin besar kaliber pelurunya maka dibutuhkan semakin rompi peluru yang semakin kuat pula. Sedangkan semakin kuat rompi peluru akan semakin berat bobotnya diakibatkan material yang dipakai.
Saat tertembak peluru, meski memakai rompi anti peluru tetap saja gaya dari peluru yang ditembakkan masih ada seutuhnya dan hanya menyebar ke seluruh rompi anti peluru yang menyebabkan tubuh terasa seperti dipukul dan semakin besar kaliber yang ditahan maka akan semakin keras pula gaya yang diterima, bahkan bisa menyebabkan kerusakan internal organ. Hal inilah yang menyebabkan rompi anti peluru untuk peluru kaliber besar tidak efektif selain karena faktor beratnya rompi peluru tersebut.
Terpental ketika tertembak Shotgun
Shotgun seringkali digambarkan sebagai senjata mengerikan yang mampu membuat seseorang terpental saat tertembak olehnya. Namun, sayangnya terpental ketika tertembak Shotgun sendiri berlawanan dengan hukum Newton aksi-reaksi.
Berdasarkan hukum tersebut, seseorang yang terpental ketika tertembak Shotgun maka si penembak seharusnya ikut terpental sebagaimana orang yang tertembak tersebut. Akan tetapi di film-film, si penembak hanya merasakan recoil sebagaimana umumnya recoil Shotgun.
[zombify_post]