Hidup. Satu kata berjuta makna. Setiap manusia pasti memiliki perspektif masing-masing terkait apa itu hidup.
Ada yang mengatakan, hidup adalah perjuangan, ada pula yang mengatakan hidup adalah pengembaraan, bahkan ada pula yang mengatakan kalau hidup adalah masalah.
Tidak hanya maknanya saja yang beragam, tujuan dari kehidupan itu sendiri pun beragam.
Setiap manusia memiliki hak untuk berasumsi, setiap manusia memiliki hak untuk mengemukakan pendapat, dan setiap manusia berhak menyimpulkan perspektif.
Jadi, kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya karena berbeda pendapat. Sudah hakikat manusia yang tak selalu sama, bahkan sepasang suami istri yang terlihat romantis di depan umum, belum tentu sejalan, sekumpulan sahabat yang apa-apa selalu bersama pun belum tentu memiliki keseragaman dalam pendapat.
Kadang pendapat ini bisa menjadi sumber awal retaknya suatu hubungan. Manusia diciptakan Tuhan dengan otak, jadi wajar saja jika ada manusia yang berbeda pendapat, toh, mereka semua memiliki otak masing-masing. Tuhan saja tidak repot menghakimi, lalu apa hak kita untuk melakukan itu?
Kembali lagi ke topik awal, yakni hidup.
Jika ada yang bertanya, apa hidup menurut saya. Saya akan menjawab bahwa saya setuju dengan pandangan bahwa hidup adalah masalah, hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengembaraan.
Makna hidup di sini subjektif, saya yakin masing-masing kalian pun memiliki perspektifnya masing-masing terkait apa itu hidup.
Awalnya, setiap kali ada yang bertanya kepada saya, apa itu hidup, saya akan terdiam, karena saat itu saya belum merasakan kehidupan yang benar-benar kehidupan.
Saya masih dimanjakan dengan kemudahan karena apa-apa yang saya dapati, yang rasakan, yang saya miliki, ditanggung oleh orangtua saya sendiri.
Namun, setelah saya merasakan bagaimana rasanya hidup dengan versi berbeda, yang berbanding terbalik dengan kehidupan saya dahulu, akhirnya saya dapat memaknai apa itu hidup dalam pandangan lain, yakni pandangan saya setelah merasakan kecut pahit kehidupan versi itu sendiri.
Mengapa hidup itu perjuangan? Karena tanpa perjuangan, kita tidak akan hidup.
Awal mula kita lahir di dunia ini pun hasil dari usaha orangtua kita, bahkan bayi yang masih baru lahir di dunia ini pun sudah berjuang, berjuang untuk apa? Ya untuk hidup.
Contoh kecilnya, ketika kita ingin makan, maka kita akan mengambil nasi, lauk, alat makannya, lalu mulai makan, tapi tanpa perjuangan, kita berniat mau makan, tapi tidak bergerak. Ya cuma niat saja, mana kenyang?
Lalu apa maksudnya hidup adalah pengembaraan? Kita memang mengembara di dunia ini, dari awal tak tahu apa-apa, tak kenal siapa-siapa, sampai akhirnya, berkat pengembaraan kita, kita menganal orang, tahu suatu hal, dan sebagainya.
Di dunia ini kita mengembara, dengan tujuan kita masing-masing.
Entah itu mati lalu masuk neraka atau mati lalu masuk surga. Tidak ada yang tahu, atau mungkin ada juga tujuan lain.
Selanjutnya apa itu hidup adalah masalah? Hidup itu memang banyak masalah. Masalah itu seperti teman, padahal kita tidak mau berteman dengan masalah.
Sudah tidak asing lagi bukan, dengan masalah? Sekejam apa pun masalah menyiksa kita, jangan sepenuhnya benci dengan masalah.
Percaya atau tidak, masalah itu bisa mendewasakan kita, masalah itu bisa membuka pola pikir kita, dan tentunya masalah juga bisa membuat kita lebih baik, sebab kita tahu masalah itu tidak enak, jadi setelah selesai dengan masalah itu, kita langsung bertekad untuk menjadi lebih baik agar tidak merasakan masalah itu lagi.
Sebenarnya bukan hanya tiga ini saja makna kehidupan. Masih banyak makna lain yang hadir dari pola pikir masing-masing insan.
Namun, saya hanya ingin membahas tiga itu saja.
Terima kasih sudah membaca tulisan yang lahir dari berisiknya kepala karena tidak dapat diutarakan.
Tulisan memang teman terbaik untuk berbagi, jika hidup kalian sedang tidak baik-baik saja dan tidak bisa mengutarakan lantaran tak menemukan seseorang yang pas, menulislah, berteman dengan diri sendiri, buat dunia sendiri, bahagialah menjadi diri sendiri.