Lumpur Lapindo sebagai dampak dari tragedi yang terjadi akibat kesalahan penyebaran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas INC pada tanggal 29 Mei 2006.
Berbagai rencana dan upaya telah dilakukan guna menghentikan tragedi ini, namun hingga saat ini, semburan Lumpur Lapindo belum dapat dihentikan. Dan masih terus
mengeluarkan semburan lumpur panas ber gas dan merendam luas pemukiman disekitarnya.
Lumpur Lapindo telah menimbulkan banyak kerugian bagi Indonesia.
Namun belakangan ini, banyak penelitian yang berupaya untuk mencari pemanfaatan lumpur lapindo.
Akankah tragedi lumpur lapindo yang merugikan dapat berubah menjadi keuntungan bagi Indonesia?
Lantas potensi apa saja yang dimiliki oleh lumpur lapindo sehingga dapat menjadi keuntungan bagi Negara ini?
Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan survey dan pemetaan potensi mineral (LTJ) atau Rare Earth Element (REE).
Dan hasilnya, Sidoarjo termasuk salah satu dari 22 tempat di Indonesia yang memiliki banyak potensi LTJ.
LTJ atau logam tanah jarang merupakan logam andalan dunia, LTJ mengandung 17 unsur kimia pada table periodik.
Di Indonesia, LTJ adalah hasil sampingan dari pertambangan, salah satunya yakni yang mengendap di lumpur lapindo.
LTJ telah banyak digunakan dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti lampu keamanan dipertambangan, perhiasan, cat, dan masih banyak lagi.
Selain itu, LTJ dapat memicu perkembangan material dan teknologi baru. LTJ dapat meningkatkan kualitas produk, contohnya, LTJ menghasilkan neomagnet yang memiliki kekuatan lebih dari magnet biasa yang berguna untuk membuat dinamo yang kuat sehingga dapat menunjang industri mobil bertenaga listrik.
Selain itu, salah satu perusahaan pertambangan di Indonesia yakni PT Agincount resources mengatakan bahwa LTJ sebagai penyempurnaan produk teknologi yang bertujuan untuk memperkuat suatu alat seperti lapisan layar gadget dan perlengkapan militer.
LTJ sulit didapatkan dan harganya pun sangat mahal, permintaan terhadap LTJ akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu, oleh karena itu LTJ dapat menjadi prospek bisnis yang menjanjikan.
Namun sayangnya, Indonesia belum dapat memanfaatkan LTJ secara maksimal, karena belum memperhitungkan kandungan LTJ.
Sedangkan China, sebagai Negara produsen LTJ terbesar didunia memanfaatkan LTJ sebagai perang dagangnya dengan Amerika, sehingga menjadi modal utama untuk menekan Amerika yang bergantung 80% LTJ dari China.
Namun, keberadaan LTJ pada lumpur lapindo masih terus dikaji dan diidentifikasi lebih lanjut.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono menyebut konsentrasi logam tanah jarang (LTJ) di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur tidak terlalu besar.
Untuk saat ini, Lumpur Lapindo dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti semen.
Pakar fisika zat mampat dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Prof Dr Darminto, Msc, menemukan lumpur hitam itu mengandung silika (SiO2) dalam kadar yang sangat tinggi.
Zat tersebut berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai campuran bahan pembuat semen.
Dan saat ini warga Sidoarjo telah mencoba memanfaatkan Lumpur Lapindo sebagai bahan untuk membuat batu bata, namun batu bata ini masih dalam pengecekan.