Jacques Callot (pengejaan bahasa Prancis: [ʒak kalo]) adalah seorang seniman dan pelukis era barok yang hidup dari tahun 1592 hingga 1635. Ia berasal dari Duchy of Lorraine atau Kadipaten Lorraine, yang pada waktu itu merupakan sebuah negara merdeka yang terletak di perbatasan timur laut Prancis dan perbatasan barat daya Jerman. Ia lahir di Nancy, yang merupakan ibukota Kadipaten Lorraine.

Jacques Callot adalah seorang tokoh penting dalam pengembangan karya cetak maestro lama. Ia telah membuat lebih dari 1.400 lukisan yang menggambarkan potret kehidupan di masanya: menampilkan tentara, badut, pemabuk, kaum Gipsi, pengemis, serta kehidupan istana. Callot juga menciptakan banyak ilutrasi bertema religius dan militer, dan juga membuat banyak cetakan yang menampilkan lanskap luas sebagai latar belakangnya.
Keluarga, Masa Menetap di Italia, dan Kembali ke Kampung Halaman
Jacques Callot berasal dari keluarga yang punya kedudukan tinggi. Ayahnya yang bernama Jean Callot adalah seorang herald-at-arms di istana Duke. Pada karya-karyanya di kemudian hari, Callot sering menggambarkan dirinya memiliki status bangsawan dalam prasasti pada cetakannya. Ayahnya berharap Callot menjadi seorang pendeta atau berkarir di bidang militer, namun Callot lebih tertarik dengan dunia seni.
Selain lebih berminat dengan seni, rupanya Callot juga mempunyai bakat di bidang tersebut, sehingga keinginan ayahnya agar Callot menjadi agamawan atau tentara tidak terkabul. Sejak masa muda, karya-karya Callot telah menggambarkan berbagai macam kehidupan manusia, khususnya dari kalangan kelas bawah. Sebelum berusia dua belas tahun, ia telah mempelajari dan menguasai teknik lukis. Callot telah menyerap pengajaran dari Henriet Israel dan Dumange Crocq. Israel adalah putra pelukis istana Lorraine sementara Crocq merupakan seorang pengukir kerajaan.
Pada usia lima belas tahun Callot bekerja magang pada seorang tukang emas, tetapi tidak lama kemudian pergi ke kota Roma di Italia. Di sana Callot belajar memahat dari seorang, Philippe Thomassin, seorang seniman kelahiran Prancis yang waktu itu tinggal di Italia. Di Italia, Callot belajar dari seniman Remigio Gallina, dan diperkirakan ia juga belajar teknik etsa dengan Antonio Tempesta di Florence. Ayah Jacques Callot sendiri pada awalnya tidak setuju dengan keputusan Callot yang pindah ke Italia, namun pada akhirnya ia memberikan restu kepada putranya tersebut.
Callot tinggal di Florence dari tahun 1612 hingga 1621. Di sana Callot menjadi seniman independen dan kerap menerima pekerjaan dari keluarga Medici. Setelah kematian Cosimo II de ‘Medici pada tahun 1621, Callot kembali ke Nancy dan tinggal di situ hingga ia meninggal. Nama Callot di bidang seni sendiri telah masyhur ketika ia kembali ke kampung halamannya. Pada masa tersebut, Callot pernah mengunjungi Paris dan Belanda.
Karya-karya Callot telah menyebar luas ke seluruh Eropa. Callot menerima pesanan karya seni dari pelanggan dari Lorraine, Prancis dan Spanyol, dan oleh perusahaan-perusahaan seni yang kebanyakan berasal dari di Paris. Beberapa pelanggannya misalnya Infanta Isabella (1566-1633) dari Brussels, yang memesan Callot untuk membuat karya yang terdiri dari enam pelat etsa tentang Pengepungan Breda tahun 1925-1925. Raja Louis XIII (1601-1643) juga pernah mempercayakan kemampuan Callot untuk melukiskan kemenangan militer dalam Pengepungan Citadel Saint Martin di Pulau Ré atau Île de Ré dan Pengepungan La Rochelle. Rembrandt Harmenszoon van Rijn (1606 – 1669), salah satu pelukis terkenal dari Belanda merupakan salah seorang kolektor karya Callot lainnya.
Teknik Lukis Jacques Callot
Selain memiliki bakat dan kemampuan melukis yang luar biasa, Callot juga mampu mengembangkan teknik lukis. Ia menciptakan échoppe, sejenis jarum etsa dengan bagian oval miring di ujungnya. Dengan menggunakan échoppe ini, pengetsa bisa membuat garis bengkak seperti halnya yang dapat dilakukan pengukir.
Callot juga berkontribusi untuk teknik lukis etsa yang menggunakan pernis pembuat kecapi, dibandingkan dengan teknik lukis etsa sebelumnya yang menggunakan lilin. Dengan ini, para pelukis etsa dapat membuat karya yang lebih detail, sesuatu yang sebelumnya hanya dapat dilakukan para pengukir. Ia juga mempraktekkan penggunaan stoppings-out yang lebih ekstensif dan lebih baik daripada para seniman dengan teknik etsa sebelumnya.
Teknik etsa sendiri adalah sebuah teknik penciptaan dengan menggunakan asam kuat atau bahan kimia mordant untuk mengikis bagian permukaan logam yang tak terlindungi sehingga dapat terbentuk desain pada logam. Metode ini memungkinkan gradasi dengan banyaknya garis, dengan bagian yang jauh dari pandangan biasanya dibuat lebih tipis. Teknik ini telah digunakan sejak lama, setidaknya sejak Abad Pertengahan para pandai emas dan pengrajin logam lainnya di Eropa menggunakannya untuk menghias benda logam seperti senjata, baju besi, cangkir, dan pelat. Teknik etsa diterapkan untuk seni grafis oleh seniman Jerman dari Augsburg bernama Daniel Hopfer (1470–1536).
Kanal Youtube Museum RISD (Rhode Island School of Design), pernah membuat video tentang teknik etsa dan Jacques Callot ini:
Salah satu penggemar karya-karya Callot adalah seniman Prancis bernama Abraham Bosse (1604 – 1676), yang bertemu dengan Callot di Paris pada sekitar tahun 1630. Bosse menyebarkan inovasi Callot ke seluruh Eropa dengan penerbitan buku berjudul Traité des manières de graver en taille-douce. Buku tentang panduan teknik etsa pertama kali tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Italia, Belanda, Jerman, dan Inggris.
Karya-Karya Jacques Callot
Selama hidup hingga meninggal pada tanggal 14 Maret 1635 di kota kelahirannya Nancy, Callot telah menghasilkan begitu banyak karya. Beberapa di antaranya adalah:
1. Les Petites Misères, sebuah seri lukisan yang tak sempat diselesaikan Callot.
2. Les Grandes Misères de la guerre, sebuah seri lukisan yang terdiri dari 18 ilustrasi yang dipublikasikan pada tahun 1633. Seri lukisan ini menggambarkan masa-masa Perang 30 Tahun Eropa, konflik agama dan negara-negara Eropa yang berlangsung dari tahun 1618 hingga 1648. Dari seri ilustrasi ini, yang paling terkenal adalah lukisan ke-11 yang berjudul La pendaison atau The Hanging.

3. Seri Grotesque Dwarfs atau Kurcaci-Kurcaci yang Aneh.

4. Seri 16 ilustrasi Balli di Sfessania, tentang Commedia dell’arte.
5. Seri tentang Kehidupan Kristus dan Bunda Maria.
6. Seri tentang Anak yang Hilang atau The Prodigal Son.
7. The Giant Tifeo beneath Mount Ischia (1617).
8. The Fair at Impruneta.
9. The Fair at Gondreville.
10. The Temptation of St Anthony.
11. Ilustrasi Sultan Utsmaniyah/Ottoman Suleiman I yang dikenal juga dengan Suleiman the Magnificent. Ilustrasi tersebut adalah ilustrasi untuk halaman judul drama tragedi tahun 1619 yang berjudul Il Solimano karya Prospero della Rovere Bonarelli.
Epilog
> Saat ini, Kadipaten Lorraine menjadi bagian dari wilayah negara-negara Belgia, Prancis, Jerman, dan Luksemburg.
> Abraham Bosse, teman Callot, juga telah menghasilkan banyak karya-karya etsa dan ilustrasi. Salah satunya adalah ilustrasi frontispiece untuk buku Leviathan karya filsuf Inggris Thomas Hobbes (1588 – 1679).
> Sultan Suleiman I, selain dilukis oleh Jacques Callot, juga pernah dilukis oleh beberapa seniman Eropa lainnya, misalnya oleh Théodore de Bry dan Gentile Bellini.
> Karya seni Les Grandes Misères de la guerre telah menginspirasi beberapa seniman lainnya, termasuk seorang seniman Inggris yang juga seorang Freemason abad 18. Siapakah seniman yang dimaksud tersebut? Dapat dibaca di artikel yang ada di komentar yang di-pin di bawah artikel ini ini. Pada artikel tersebut, ada juga informasi tentang matematikawan Prancis yang namanya merupakan asal dari istilah “koordinat Kartesius” yang terlibat dalam Perang Tiga Puluh Tahun Eropa.
Sumber-Sumber Referensi:
- MUSIC AND THE EXOTIC FROM THE RENAISSANCE TO MOZART karya Ralph P. Locke, terbitan Cambridge University Press tahun 2015.
- artlorrain.com
- artnet.com
- Situs Fine Arts Museum of San Fransisco
- Situs The Fitzwilliam Museum, University of Cambridge
- lambiek.net
- metmuseum.org
- newadvent.org
- Situs dan Kanal Youtube Museum Rhode Island School of Design
- Wikipedia bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman
- Wikimedia
*Baca juga artikel dan karya RK Awan lainnya di sini*