Kalibrasi Alat Radioterapi Menjadi Pengaruh Penting Kesembuhan Penyakit Kanker

Tidak dapat dipungkiri bahwa kanker adalah penyakit urutan keenam paling mematikan tingkat global tahun 2019 menurut World Health Organization (WHO). Kematian akibat kanker trakea, kanker bronkus, dan kanker paru-paru telah meningkat dari 1,2 juta jiwa menjadi 1,8 juta jiwa.

Pertama-tama, perlu dipertimbangkan efektivitas alat radioterapi (terapi radiasi dan kemoterapi) sebagai pengobatan pasien kanker setiap kali alat akan digunakan.

Tidak hanya menyembuhkan, tetapi alat radioterapi juga memiliki efek samping yang buruk jika kapasitas radiasi yang terpancarkan kepada pasien tidak tepat (precise). Jika pancaran radiasi mengenai tubuh pasien melebihi dosis serap manusia, akan membuat stamina pasien menurun.

Sehingga, efek samping pasca pengobatan radioterapi pasien juga akan semakin parah/meningkat yang dapat menyebabkan pasien terbaring lemah, dan bahkan berkemungkinan sampai meninggal.

Kedua, pengobatan radioterapi untuk pasien kanker terdapat berbagai macam, diantaranya adalah pemaparan sinar-x, kemoterapi, dan sebagainya. Beberapa jenis pengobatan tersebut biasanya dilakukan berkali-kali sesuai anjuran dokter masing-masing pasien.

Dengan penggunaan berulang dan selama periode waktu tertentu, tentu kualitas semua peralatan cenderung menurun dan hal tersebut mempengaruhi akurasi dan presisinya. Untuk itu, sebuah mesin alat radioterapi yang sebelumnya hanya dikalibrasi saat alat masih baru, harus dilakukan kalibrasi secara rutin, minimal 6 bulan sekali.

Sederhananya, kalibrasi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk meminimalkan ketidakpastian pengukuran dengan memastikan akurasi sebuah alat radioterapi. Dampak penyimpangan dalam pengukuran efektifitas alat dalam industri medis akan menjadi hal yang sangat membahayakan, terutama bagi pasien. Terlebih, kesehatan dan keselamatan pasien adalah prioritas yang utama dalam industri medis.

Ketiga, saya merasa bahwa keseriusan beberapa rumah sakit kanker di Indonesia masih kurang. Artinya, pihak rumah sakit terlihat lebih fokus pada obat-obatan yang dikonsumsi pasien dan pola hidup pasien, tetapi kurang fokus pada pemeliharaan alat-alat radioterapi.

Pemeliharaan dan kalibrasi perlu dilakukan secara rutin berkala sesuai petunjuk tertulis dari perusahaan pembuat alat radioterapi, jika ada kesalahan yang ditemukan, tindakan korektif harus diambil secara bertanggung jawab. Alat kalibrasi (kalibrator) yang digunakan pun harus dengan kualitas terbaik.

Meskipun populer dikatakan bahwa satu kali pengujian kalibrasi dapat bertahan hingga satu tahun interval, tidak dapat dipungkiri terjadinya kekeliruan atau kerusakan alat radioterapi secara mendadak.

Bagaimanapun, taruhan nyawa pasien kanker berada di tangan alat radioterapi, dengan besar dosis radiasi yang dipancarkan oleh alat kepada pasien, dan berapa besar nilai kestabilan sebuah alat radioterapi yang digunakan setiap kali pengobatan.

Pemeliharaan dan kalibrasi secara rutin dan berkala harus dilakukan dengan optimal. Dengan itu, menurut saya akan dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien penyakit kanker.

Exit mobile version