China baru-baru ini mengalami masalah serius terkait dengan satelit yang telah diluncurkan pada bulan Maret kemarin. Satelit milik China itu tiba-tiba gagal orbit dan jatuh berserakan dan menjadi beberapa bagian puing-puing. Menurut informasi satelit tersebut berencana akan diorbitkan namun diduga bertabrakan dengan roket Rusia.
Ini merupakan tabrakan Orbital besar yang pertama kali terjadi dalam kurun waktu dekade ini. Sensor Space Force mendeteksi adanya pecahan-pecahan akibat jatuhnya satelit China tersebut. Yunhai 1-02 itu diluncurkan pada tahun 2019, satelit tersebut pecah dan jatuh diangkasa, belum ada konfirmasi mengenai jatuhnya satelit tersebut, mengingat satelit itu sebenarnya dalam keadaan yang baik-baik saja.
McDowell menyaksikan data terbaru tersebut dan mengumumkan kannya melalui akun Twitter. Telah ditemukan pecahan roket Rusia, dan satwlit Yunhai 1-02 melewati jarak 0,6 mil (sekitar 1 kilometer). Dan potongan roket diperkirakan jatuh dihari yang sama depan satelit itu jatuh.
Sebuah Angkatan Luar Angkasa secara gerilya mengayarkan gambar-gambar luar angkasa dengan metode anyar, dengan Object 48078, namun dibagian roket Rusia Zenit-2, yang diterbangkan sekitar tahun 1996, namun saat ini tercatat dengan daftar janggal: “berbenturan dengan satelit.”.
Menurut catatan bahwa satelit itu diluncurkan dengan kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan sebuah peluru yang dilesatkan dari sebuah senapan. Akibatnya jika ada sesuatu obyek yang ada didekatnya, kemudian akan terjadi suatu benturan keras dan hebat mengakibatkan terjadinya ledakan yang berakibat pecahnya satelit menjadi beberapa bagian atau puing-puing.
Menurut MC Dowell pecahan tabrkan itu terpecah menjadi beberapa bagian puing-puing sesuai dengan catatan di gambar katalog.
McDowell mengatakan jika itu kesalahan murni peluncuran, karena dipastikan China sudah mengira-ngira sejak bulan Maret, dan sebenarnya China sudah dapat mengontrolnya. Satelit tersebut sudah diperkirakan jarak keselarasan di orbit.
Sebenarnya ada obyek besar yang berada disekelilingnya bumi dan saling berhadapan pada tahun 2009, ketika satelit milik Rusia meluncur diatas Siberia. Kecelakaan itu hampir sama dengan tabrakan yang terjadi bersma sebelumya pada tahun 2007, sehjgga mengakibatkan banyak pecahan dalam bentuk besar di jarak terendah di atas bumi.
Tabrakan antara Satelit dengan Roket itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berisiko besar. Apalagi kecepatannya sepuluh kali lebih cepat dari kecepatan peluru senapan. Dan akan mengakibatkan pecahan-pecahan menjadi ratusan bagian. Pecahan-pecahan tersebut bisa menjadi kerusakan hebat pada situasi para astronot di pesawat luar angkasa.
Pada saat obyek-obyek yang berada di orbit bumi saling berbenturan, maka yang akan terjadi asalah situasi ledakan hebat, yang menunjukkan bongkahan besar, serta potongan-potongan yang dapat melesat dengan kecepatan sangat cepat. Hak yang terjadi adalah satelit milik China yang pecah rusak akibat tabrakan dengan roket milik Rusia, banyak pecahan puing-puing yang berserakan di orbit bumi.
Situasi seperti itu tentunya sangat disayangkan dan membuat cemas. Benda-benda besar dipindahkan dalam orbit bumi. Para teknisi memperkirakan akibat yang terjadi tabrakan hebat seperti ini, jika tidak ada yang berusaha memindahkan satelit mati diorbit bumi maupun benda-benda sampah itu dari luar angkasa, termasuk puing-puing yang merupakan hasil tabrakan tersebut. Maka bahayanya lebih besar dari pada tabrakan antara Satelit dengan Roket.