Pagi ini, seperti biasa setelah sholat Angi akan menyapu dan mengepel lantai teras depan rumah. Lalu menyapu halaman rumah dan bergegas untuk mandi. Kemudian biasanya Angi akan menyusun jadwal untuk memudahkan ia beraktivitas di hari weekend. Karena ia tak ingin bila waktu yang terbuang itu sia-sia. Sebelum beralih pada kegiatan produktifnya, ia mencari sang Ibu untuk menanyakan letak cangkir kopi kesayangannya.
Sebab ketika dicari cangkir kopi tersebut tidak ada pada tempatnya. Tapi sebelum ia bertemu Ibunya, ia menemukan cangkir kopi kesayangannya ada di tempat cuci piring. Ketika ingin mencucinya, ia dikagetkan dengan kedatangan Ibunya yang meminta dirinya untuk pergi membeli sayuran ke warung.
Sesampainya di warung, ternyata terdapat Agung disana. Agung adalah cinta pertama Angi.
“Assalamu’alaikum Angi, gimana kabar kamu?”, tanya Agung pada Angi.
“Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik, kalau kamu?”, jawab Angi.
“Alhamdulillah aku baik juga, udah lama kita ga ketemu ya?”, Agung kembali bertanya untuk memastikan.
“Iya, baru sekarang kita ketemu lagi…”, jawab Angi.
“Oh iya, sebentar lagi aku akan menikah. Kamu jangan lupa datang yaa.”, ucap Agung.
Sejenak Angi tertegun, dirinya masih mencintai orang yang kini ada di hadapannya. Lalu dengan sekejap ia kembali pada kesadaran.
“Kalau begitu semoga dimudahkan dan dilancarkan ya, insya Allah aku akan datang…”, Angi menjawab dengan terbata-bata.
“Aamiin, makasih ya Angi. Yasudah, aku duluan ya pasti Mamah udah nungguin bahan masakannya. Sampai ketemu nanti Angi…Wassalamu’alaikum”, ujar Agung.
“Waalaikumsalam..”, lirih Angi.
Bagaimanapun Agung adalah cinta pertama yang tidak pernah dimiliki oleh Angi. Angi hanya mencintai dalam diam. Karena Agung dan Angi bersahabat dari kecil, terlalu takut untuk Angi jika mengungkapkan perasaannya waktu itu. Mungkin memang inilah akhir dari kisah cinta pertamanya. Hanya mencintai tanpa memiliki.
Setelah selesai membeli apa yang diminta oleh Ibunya, Angi berjalan untuk pulang. Di perjalanan, pikirannya berkecamuk untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Maka dengan penuh kesadaran dan kelapangan hati, ia bertekad untuk melupakan cinta pertamanya. Itulah langkah terakhir Angi untuk cinta pertamanya.