Mba..ada paket…. suara dari depan pintu ruang kerjaku terdengar. Satpam kantor sudah tegap berdiri sambil memegang kotak yang terbungkus plastik rapi.
ohya terima kasih pak.. taro saja di meja itu jawabku menunjuk meja kecil diujung dekat kursi tamu …
baik mba ..permisi… Mas satpam pamit setelah meletakkan paket itu dimeja yang kumaksud.
Aku belum tertarik membuka paketku karena setumpuk pekerjaan yang harus selesai siang ini dan pekerjaan lain yang masih menanti untuk dilkoreksi.
Tidak berapa lama, Santi, staf di bagian pemasaran datang dan menyapa.. Mba lagi apa? serius banget? tanya nya
Aku mengalihkan pandanganku dari layar laptopku dan memandangnya..
lagi selesaikan draft laporan ..siang ini harus selesai …jawabku singkat sambil tetap duduk nyaman
ooo jawabnya singkat tapi matanya langsung tertuju ke atas meja tempat paketku tadi .
Apa ini mbak? paket ya? tanyanya dengan wajah penasaran dan membolak balikkan paketku ditangannya
iya jawabku.. beli masker minggu lalu.. stok dirumah sudah hampirr habis. Jelasku
ah…. mba kenapa gak bilang , aku kan sekalian ikutan pesan juga.. katanya dengan nada sedikit kecewa.
Kusadari memang pemakaian maskerku akhir2 ini cukup banyak… untuk masker yang sekali pakai.dalam sebulan saja bisa habis 2 kotak. Kondisi pandemik covid saat ini untuk seorang pekerja kantoran sepertiku jadi penyebabnya ditambah lagi himbauan pemerintah untuk selalu mengikuti protokol kesehatan dengan memakai masker.
mba beli merk apa? tanya nya penasaran
Apa ya..mba lupa.. jawabku……
Mba beli aja di website itu karena lihat banyak pesan disana… jawabku sambil kupandang wajahnya dengan bingung..
Kenapa nanya merk tanyaku dalam hati. selama ini aku selalu beli tanpa melihat merk, karena bagiku yang penting masker kain atau masker bedah 3 lapis sudah cukup.. toh sekali buang juga pikirku.
Santi terus saja bercerita.. kemaren teman nya membeli masker bermerk A sekali pakai yang harga satuannya seharga jatah transportnya sehari. Lalu menceritakan ibu pimpinannya yang memakai masker sekali pakai yang harganya cukup untuk jatah makannya seminggu.
Berapa coba yang mereka habiskan dalam sebulan ya mba untuk masker? mereka pasti banyak duitnya ya mba… celotehnya dengan raut muka yang takjub.
Aku terhenti dari kegiatan menulis laporanku. Ikut berpikir sejenak mencerna perkataannya. Dalam hati ikut membenarkan dan muncul pertanyaan baru. Entah mereka benar-benar berniat menjaga kesehatan dengan membeli masker yang mahal atau hanya sekedar pamer kalo mereka mampu untuk membeli masker dengan harga segitu.
Apa sekarang masker menjadi simbol kemakmuran dan derajat sosial orang yang memakainya?
Ku hela nafas .dan melanjutkan mengetik laporanku. Kubiarkan Santi masih tetap berceloteh didepanku dengan penuh semangat.