Saat di mana saya hendak mencari bahan untuk pemotretan hobi sendiri, saya melihat sekumpulan anak-anak di peloksok gang Kota Jakarta sedang bermain jingkat, mereka terlihat bahagia dengan permainan tersebut yang eksistensinya mulai meredup dari kalangan anak-anak milenial saat ini, maka tak ayal jika banyak anak-anak sekarang yang tidak mengenal permainan tersebut.
Permainan jingkat umumnya adalah permainan tradisional fisik anak yang dilakukan dengan menekukkan lutut salah satu kaki dalam keadaan berdiri seraya melompat-lompat pada kolom yang telah ditentukan untuk dihinggapi dan dilalui.
Permainan jingkat sendiri dikenal sebagai permainan tradisional sebelum maraknya virus online game masuk di era modern sekarang.
Di masing-masing daerah, permainan jingkat itu mempunyai kesepakatan pengaturan gundu tertentu, gundu sendiri adalah sebutan benda yang dijadikan alat penentuan untuk dilemparkan pada kolom atau kotak alur permainan yang dibenarkan, jelasnya gundu tersebut tidak boleh mengenai garis penepis atau batas bahkan jika keluar dari area kolom atau kotak yang ditentukan sebagai area permainan jingkat, biasanya gundu itu terbuat dari serpihan genteng yang dibentuk menjadi bulat atau kotak, batu dan juga karet gelang yang seperti umumnya.
Di tahun 2002 permainan jingkat masih kerap dilakukan oleh anak-anak di desa, termasuk saya sendiri sering mengadakan permainan jingkat bersama teman-teman sekolah, namun beranjaknya perkembangan modernisasi dengan mulai merambah masuknya handphone dan jaringan internet yang memfasilitasi banyak permainan online game, permainan tradisional anak seperti jingkat kian mulai meredup, bagi saya seorang anak desa yang mengalami bahagia dengan pernah bermain jingkat sangat rindu untuk mengulangi rasa yang sama seperti masa kanak-kanak dulu melihat anak-anak itu bermain jingkat, dimana sayapun masih merasakan suasana alam desa yang indah dan udara yang sejuk tidak padat pembangunan dan polusi yang sulit digambarkan dimasa sekarang.
Permainan jingkat sendiri mempunyai banyak istilah sebutan di masing-masing daerah, ada yang menyebutnya dengklek, jengkat, dengkal, anjlog dan termasuk jingkat.
Alur permainannya diakhiri dengan meraih bintang bagi permasing-masing pemainnya, adapun bintang tersebut biasanya didapat dengan melemparkan gundu secara mata tertutup atau terpejam seusai pemain melewati alur permainan samapai ke tahap finish, dengan catatan gundu yang dilemparkannya menempati kolom atau kotak yang ditentukan dalam area permainan jingkat, nantinya bintang tersebut menjadi wilayah kekuasaan yang mendapatkannya dan tidak boleh diinjak lawan mainnya, sehingga itu akan mempersulit gerak lawan main dalam mencapai finish, siapa yang mendapatkan banyak bintang maka dialah pemenangnya.
Terlepas dari tulisan di atas, jika kita bandingkan dengan keadaan sekarang, anak-anak lebih cenderung menikmati online game yang berlebihan, di samping itu tidak sedikit juga berita-berita miris dari dampak tersebut yang ditayangkan oleh pengguna media sosial dan siaran berita di televisi yang mengupas dampak dari seorang atau beberapa banyak anak yang terlampaui batas dalam kegiatan bermain online game.
Sebagai penulis, saya menilai berita seperti itu cukup mengadopsi wawasan dan pengalaman yang hendaknya bisa disimpulkan secara tepat terhadap peran penting orang tua dalam pengawasan kepada anak, oleh karena itu sebaiknya kita mulai sejak saat ini juga untuk memperkenalkan anak pada permainan yang tepat, tentunya tidak terlepas dari kontrol yang mendidik dan membuat mereka merasa senang dan nyaman.