Ruang gelap nan sunyi, tak ada satupun di sana. Dari kejauhan kaulihat dirimu meringkuk, lemah tak berdaya. Sepanjang hari, hanya ada kata makian kepada dunia, semua terasa salah hingga keadaan tak bisa berbuat banyak.
Kaulihat ruang Depresimu semakin luas, rasa sakit semakin nyata dan tak tertahankan. Kautermenung, air mata kering tak tersisa. Orang-orang meninggalkanmu, acuh dengan rasa sakit dan penderitaanmu.
Hanya ada 2 pilihan, membunuh dirimu sendiri dengan cepat dan tanpa rasa sakit yang teramat, atau pergi ke psikiater dan minta obat anti depresan beserta resepnya. Untuk berjaga-jaga, takut dia (Depresi) kembali lagi.
Di dunia ini, tak ada yang mau mengalami Depresi. Suatu keadaan di mana trauma berat dan kesedihan yang berkepanjangan, lalu menyebabkan kesepian. Kesepian itu akan berubah menjadi Depresi, jika tak ada orang di sekelilingmu yang peduli denganmu. Keadaanmu benar-benar sendiri, bahkan tak ada satupun yang melirik kearahmu.
Jiwamu begitu rapuh, ragamu berisi hampa yang tak berkesudahan. Depresi bisa terjadi karena banyak hal. Seperti persoalan hutang piutang, rumah tangga, masalah ekonomi, pengaruh obat-obatan, narkoba, bullying, dll. Tapi, kebanyakan alasan mereka “pernah” mengalami Depresi adalah tentang kehilangan.
Kehilangan pasangan, orang tua, tempat tinggal, dan masih banyak kehilangan yang lainnya. Kehilangan yang teramat berarti dapat menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan. Dari rasa sakit yang berkepanjangan itu, timbul perasaan “asing” di kehidupan sosial.
Karena dari mereka yang mengalami Depresi, mereka merasa “asing” dengan lingkungannya, dan pada akhirnya mereka mengasingkan diri, dari kehidupan sosial. Setelah mengasingkan diri, kemudian timbul rasa kesepian yang menyakitkan sekali. Hal itu bisa menjadi pemicu Depresi, jika tak ada orang yang “memyelamatkan” mereka dari jurang Depresi. Perasaan asing dan orang-orang di sekitar yang acuh, bisa menjadi pemicu yang kuat penyebab Depresi.
“Apa yang dirasakan saat Depresi?”
Yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah mengalami Depresi adalah sedih yang berkepanjangan, merasa tak berguna, putus asa, hilang harapan untuk hidup dan yang terakhir adalah perasaan yang kuat untuk bunuh diri. Mereka hanya bisa meringkuk, menangis dan melamun, tak melakukan apa-apa.
Seseorang dikatakan Depresi jika mengalami kesedihan yang berkepanjangan selama 2 minggu. Setiap hari, mereka putus asa dan tak berguna. Bagi mereka, hari-hari yang dilalui hanya abu-abu, tak berwarna dan tentunya tidak indah.
Depresi bisa jadi makin parah, jika tidak ditangani oleh psikiater. Biasanya, psikiater akan memberikan resep obat anti depresan untuk meringankan gejala Depresi. Depresi juga bisa semakin parah, jika sudah menyakiti orang lain. Tentunya, tidak mudah untuk sembuh dari Depresi.
Dibutuhkan orang-orang sekitar yang menguatkan, dan niat dari dalam diri yang kuat untuk sembuh dari Depresi. Mereka yang mengalami Depresi juga ingin bahagia seperti orang banyak. Namun, keadaan yang memaksa mereka untuk jadi seperti itu. Orang yang mengalami Depresi juga akan merasa jauh dari Tuhan. Seakan, Tuhan tak memperdulikan keadaannya. Memang pahit, tapi itulah kenyataannya.
Mereka hanya ingin melepaskan semuanya dan melakukan apapun caranya agar bisa merasa tenang. Karena tekanan batin yang sangat kuat, hingga tak tertahankan. Maka dari itu, banyak orang yang Depresi lebih memilih bunuh diri, daripada harus menanggung beban dan tekanan yang sangat kuat itu. Bunuh diri pun, tak mudah. Dan yang pasti sangatlah sakit.
Di antara cara bunuh diri yang lazim digunakan, gantung diri adalah metode yang dianggap paling ampuh dan paling “tidak sakit”, dan yang pasti murah karena hanya bermodalkan tali tambang. Gantung diri pun sebenarnya masih menyakitkan, karena harus menunggu sampai leher patah dan aliran oksigen pun terhambat dan akhirnya mati karena leher patah.
Metode lainnya adalah menyeburkan diri ke laut dan membakar diri ke api. Pasti sangatlah sakit dan membutuhkan waktu yang lama. Bayangkan betapa sakitnya paru-paru saat kemasukan air laut, atau bayangkan perihnya kulit saat membakar diri. Membayangkannya saja, sudah ngilu.
Terlepas dari itu semua, orang yang mengalami Depresi bukan ingin mati. Mereka hanya ingin tenang, dan lepas dari tekanan yang menyakitkan itu. Namun, mereka tak punya pilihan lain. Karena memang pilihannya hanya itu, membunuh diri sendiri dengan cepat dan tanpa rasa sakit yang teramat, atau pergi ke psikiater dan meminta obat anti depresan, beserta resep obatnya. Jaga-jaga jika nanti si Dia (Depresi) datang kembali.
Sebenarnya, tak ada cara lain agar sembuh dari depresi, selain pergi ke psikiater, dan sembuh dengan sendirinya. Dan sayangnya, pergi ke psikiater pun bukan sesuatu yang “murah”. Pergi ke psikiater membutuhkan biaya yang lumayan, untuk sekali terapi. Belum lagi untuk resep obatnya yang pastinya bukan sembarang obat yang mereka berikan. Dan pastinya, tak cukup dengan sekali berkunjung agar langsung merasakan perbedaanya. Butuh terapi yang panjang dan niat yang kuat untuk sembuh.
Tapi yang pasti, akan ada saatnya kamu lelah dengan depresi yang berkepanjangan. Dan akhirnya, kamu memutuskan bangkit dan sembuh dari depresi. Memang, prosesnya sangat panjang. Dan membutuhkan banyak air mata yang menguatkan kita. Butuh malam yang panjang untuk meyakinkan diri kita “everything gonna be allright”.
Seberat apapun masalahmu, badai pasti berlalu. Walau tak tau kapan berakhir. Jika tidak ada orang di sekitarmu, pergilah keluar. Pergi ke keramaian. Jika memungkinkan, mengobrol lah dengan orang yang kautemui saat di keramaian. Jika mereka berkenan, ceritakanlah semua masalahmu padanya. Dan jika ada orang yang di sekitarmu yang mengalami perubahan sifat yang drastis, coba tanya baik-baik padanya. Jadikan dirimu tempat senyaman mungkin baginya. Lalu, biarkanlah dia menceritakan semua masalahnya padamu.
Karena hidup adalah berharga, rasa sakit memang nyata. Walau bahagia terkadang ragu, dan terkadang Tuhan melupakanmu. Yang pasti, kau dilahirkan dengan alasan yang tidaklah semu. Tetap bahagia, walau dunia berpaling padamu. Semangat!