Mendalami Makna Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Nurul Hidayah

Mendalami Makna Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Biasanya, setiap bulan Syawwal dan bulan Dzulhijjah / bulan Haji adalah bulan terbanyak orang-orang melaksanakan akad nikah karena bulan tersebut memang disunnahkan untuk dijadikan waktu untuk akad. Sebagai tamu undangan, pasti banyak sekali memberikan do’a-do’a baik untuk pengantin baru dalam mengarungi kehidupan yang baru. Do’a paling populer yang sering diberikan oleh pengantin baru adalah do’a agar keluarganya kelak menjadi keluarga yang , , dan .

Dari do’a-do’a yang kita lantunkan tersebut apakah sejauh ini kita mengetahui maknanya? Apa itu makna sakinah? Apa itu makna mawaddah? Dan apa itu makna rahmah? Apakah maknanya sesimpel kata-katanya yang tidak sampai satu baris kalau dituliskan?

Berikut ini akan dijelaskan makna mendalam mengenai do’a yang sudah disebutkan di awal, do’a agar menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

1. Sakinah

Makna pertama dari sakinah menurut Imam Ath-Thabrani adalah supaya kalian mampu menjaga kesucian diri kalian dengan kehadiran suami dan istri dalam kehidupan. Adanya istri adalah benteng terkokoh bagi suaminya; agar mampu merubah haluan dari yang keji menuju suci, dari dosa menuju pahala, dari nista menuju mulia, serta dari neraka menuju surga. Demikian pula adanya suami bagi istrinya adalah perisai yang akan melindungi dari segala kegundahan hati, ucapan, dan perbuatan yang tidak Allah sukai.

Makna kedua dari sakinah menurut Imam Ath-Thabrani adalah supaya kalian mampu membangun ikatan batin yang dalam. Karena boleh jadi akan ada yang menggoda  suami, tapi kerumahlah suami menjadikan tempat pulang untuk segala permasalahan. Dan boleh jadi diluar sana ada banyak perempuan yang lebih jelita dari istri, tetapi dalam hati suami hanya ada istri karena telah terikat dengan akad yang suci.

Makna ketiga dari sakinah menurut Imam Ath-Thabrani adalah supaya kalian senantiasa memiliki kecenderungan dalam hati dan akal. Agar keduanya merasa dan berpikir mengenai apa yang dirasa dan dipikir oleh pasangannya. Agar keduanya terus belajar menyatukan cara pandang, bersikap, bicara, dan bertindak; hingga keduanya mampu untuk saling mengerti meski tanpa bicara dan saling memahami meski tanpa kata.

Makna keempat dari sakinah menurut Imam Ath-Thabrani adalah supaya keduanya merasa tentram dengan satu sama lain. Yaitu tentram ketika berdekatan ataupun berjauhan. Tentram ketika bersama karena dalam rahmat Allah, menikmati setiap detik penuh kemesraan. Tentram ketika bersama karena saling mendukung dan menguatkan. Serta tentram ketika berpisah karena hanya kepada-Nya saling menitip penjagaan, berkegiatan dalam kesibukan dengan isi hati yang tidak berhenti untuk saling mendo’akan.

2. Mawaddah

Makna membangun mawaddah bagi seorang suami adalah kesiapan untuk mendengar, mengerti, dan memahami istri. Suami harus belajar untuk tidak memegang majalah, gawai, atau apapun ketika sang istri sedang berbicara. Suami harus belajar untuk menatap mata istri ketika saling bercakap. Suami harus belajar untuk tidak memotong ucapan istri meskipun cerita yang disampaikan berulang-ulang. Suami harus belajar untuk tidak cepat-cepat memberikan solusi atas keluhan istri sebab keluhan istri amat berharga dalam setiap hurufnya.

Sedangkan makna membangun mawaddah bagi seorang istri adalah kesiapan untuk mentaati, menghormati, dan memberikan dukungan bagi suami. Istri harus belajar untuk memahami bahwa suami tidak bisa mengerjakan sesuatu sekaligus, karena suami adalah makhluk single focus tidak seperti istri yang bisa mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu (multi focus). Istri harus belajar mengerti bahwa suami berpikir simpel dan selalu menyederhanakan permasalahan supaya cepat terselesaikan, berbeda dengan istri yang berpikir banyak sekali kemungkinan dan berbicara untuk meredakan ketegangan. Istri juga harus belajar untuk memberi ruang untuk menyendiri bagi suami ketika sedang dirundung tekanan, seperti Bunda Khadijah yang tidak bertanya banyak hal ketika di depan pintu Rasulullah Muhammad menggigil berkeringat dingin serta pucat pasi sebab diturunkannya wahyu pertama. Istri juga harus belajar bicara menggunakan kalimat yang mudah difahami suami. Seperti “tolong jemput anak-anak sekarang” bukan dengan kalimat “anak-anak belum dijemput tuh”. Istri juga harus belajar memberi waktu untuk suami menjalankan hobinya agar ketika pulang kerumah keran kebahagian akan mengucur lebih deras untuk keluarganya.

3. Rahmah  

Inilah puncak yang ingin dihadirkan dalam keluarga, hingga masing-masing anggota keluarga memberikan kasih sayang yang hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.

Rahmah adalah gambaran bahwa dirumah tidak penting merinci siapa yang salah, sebab satu sama lain sudah saling memaafkan. Gambaran bahwa penerimaan didahulukan daripada tuntutan, pengertian didahulukan daripada kecaman, dukungan didahulukan daripada keraguan, penghargaan didahulukan daripada kekecewaan, dan tindakan berkasih sayang didahulukan daripada sebab maupun syarat.

Rahmah adalah gambaran untuk membimbing masing-masing anggota keluarga agar senantiasa menjadi yang paling indah dihadapan pasangan dan keluarganya.

Itulah penjelasan yang mendalam mengenai sakinah, mawaddah dan rahmah yang dikutip dari buku Lapis-lapis Keberkahan yang ditulis oleh Ust. Salim A. Fillah dan diterbitkan oleh Pro-U Media. Semoga dengan penjelasan di atas bisa kita jadikan pedoman untuk kemudian di aplikasikan pada pernikahan kita kelak, ataupun pernikahan kita saat ini.  

Follow Digstraksi di Google News

Baca Juga

Rekomendasi