Sampai saat sekarang ini, sudah sering terdengar adanya satwa laut yang terkecoh memakan plastik. Fakta-fakta bila sedang melihat isi perut satwa laut, seperti penyu, sering ada kantong plastik disana. Bahkan di perut seekor hiu, pernah ada manekin dan bebek plastik didalamnya.
Tak hanya penyu dan hiu, ternyata setidaknya ada 180 spesies hewan laut telah didokumentasikan mengkonsumsi plastik, dari plankton kecil hingga paus raksasa. Plastik telah ditemukan di dalam perut sepertiga ikan yang ditangkap di Inggris, seperti dilansir Science Direct. Kebiasaan mengkonsumsi plastik Itu juga telah ditemukan pada makanan laut favorit manusia lainnya seperti kerang dan lobster. Singkatnya, satwa laut dari segala bentuk dan ukuran memakan plastik. Mereka memakan sampah plastik yang kini berjumlah sekitar 12,7 juta ton sampah memasuki lautan setiap tahun.
Kalau seperti itu kondisinya, jadi timbul pertanyaan, mengapa satwa laut mengkonsumsi sampah plastik. Apakah mereka tidak memiliki sistem panca indra yang mampu membedakan jenis makanan sehat dan berbahaya bagi tubuh mereka?
Moira Galbraith, ahli ekologi plankton di Institute of Ocean Sciences, Kanada menyatakan satwa laut seperti teripang tampaknya tidak terlalu rewel tentang apa yang mereka makan, saat mereka merangkak di sekitar dasar laut. Teripang makan dengan cara menyendok sedimen ke dalam mulut untuk mengekstrak bahan yang dapat dimakan. Namun, salah satu analisis yang diterbitkan oleh Science Direct menunjukkan bahwa penghuni dasar laut ini dapat mengkonsumsi plastik hingga 138 kali lebih banyak dari yang diperkirakan, mengingat banyaknya distribusi plastik didalam sedimen.
“Hewan memiliki kemampuan sensorik dan persepsi yang sangat berbeda dengan kita. Dalam beberapa kasus mereka lebih baik dan dalam beberapa kasus mereka lebih buruk, tetapi dalam semua kasus mereka berbeda, ” kata Matthew Savoca di NOAA Southwest Fisheries Science Center di Monterey, California.

Salah satu penjelasannya adalah bahwa hewan hanya salah mengira plastik untuk makanan yang sudah dikenal seperti pelet plastik, misalnya. Jenis plastik tersebut dianggap menyerupai telur ikan yang lezat. Tapi sebagai manusia kita bisa membedakan dengan menggunakan panca indra.
Sekarang menjadi jelas, salah satu sebab satwa memakan plastik adalah ketika mencari makan, banyak hewan laut, termasuk elang laut, terutama mengandalkan indera penciumannya. Savoca dan rekan-rekannya telah melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa beberapa spesies burung laut dan ikan tertarik pada plastik karena baunya. Secara khusus, mereka menseleksi dimetil sulfida (DMS) yang terdapat dalam plastik sebagai makanan. Secara umum banyak satwa sering tertipu mengenai keberadaan plastik pada makanan mereka. Seperti pada kasus ganggang yang tumbuh di atas plastik terapung. Ketika ganggang itu dimakan oleh krill, ia melepaskan DMS, membuat burung dan ikan yang kemudian mengunyah plastik, bukan krill yang mereka cari.
Masalah lain satwa laut adalah pada daya penglihatan. Tidak seperti manusia yang bisa langsung menolak plastik sebagai makanan setelah melihatnya. Pada satwa laut seperti penyu memiliki kapasitas melihat benda yang berbeda. Penyu dianggap memiliki kapasitas untuk melihat sinar UV, namun kapasitas tersebut berbeda dari manusia, sehingga penyu memiliki visi yang berbeda bila melihat benda dibanding manusia.
Qamar Schuyler di The University of Queensland, Australia, telah memahami kepala kura-kura dengan memodelkan kemampuan visual mereka, seperti yang terlihat dalam laporan yang diterbitkan di BMC Ecology ini, dan kemudian mengukur karakteristik visual plastik saat kura-kura melihatnya. Dia juga telah memeriksa isi perut penyu yang mati untuk mengetahui jenis plastik yang mereka sukai. Kesimpulannya adalah bahwa sementara kura-kura muda relatif tidak pandang bulu, kura-kura yang lebih tua lebih suka menargetkan plastik yang lembut dan tembus cahaya. Schuyler berpikir hasilnya mengkonfirmasi gagasan lama bahwa kura-kura mengira kantong plastik sebagai ubur-ubur yang lezat.

Warna juga dianggap menjadi faktor penyebab konsumsi plastik pada satwa laut. Selain salah lihat, diketahui penyu muda lebih menyukai plastik putih, sementara Schuyler dan rekan-rekannya menemukan bahwa burung laut yang disebut shearwaters memilih plastik merah.
Selain penglihatan dan penciuman, ada indera lain yang digunakan hewan untuk mencari makanan. Banyak hewan laut berburu dengan ekolokasi, terutama paus bergigi dan lumba-lumba. Ekolokasi dikenal sangat sensitif, namun puluhan paus sperma dan paus bergigi lainnya telah ditemukan mati dengan perut penuh kantong plastik, suku cadang mobil, dan sisa-sisa manusia lainnya, seperti yang dilaporkan oleh BBC pada 2017. Savoca mengatakan kemungkinan ekolokasi mereka, karena salah mengidentifikasi benda-benda ini sebagai makanan.
Dari berbagai paparan diatas jelas, mengapa satwa laut kini kerap mengkonsumsi plastik. Itu dikarenakan plastik memiliki semua yang dinilai satwa sebagai makanan. Mulai dari bentuk, bau, warna dan bahkan rasa sekalipun. Jadi pantas kalau plastik kemudian dianggap makanan juga oleh para satwa laut.