Menurutmu perempuan cantik itu seperti apa? Berambut panjang, berkulit putih dan bertubuh tinggi langsing? Perempuan yang cerdas dan baik hati? Atau gabungan dari semuanya?
Panggung pagelaran fesyen, sinetron, film, iklan produk kecantikan dan perawatan tubuh, sampul serta halaman-halaman majalah mode selama ini selalu diisi dengan perempuan-perempuan dengan tampilan seragam : berkulit putih, berambut panjang dan bertubuh tinggi langsing.
Karena hal seperti ini sudah lazim terjadi di mana-mana, akhirnya pikiran bawah sadar kita terdoktrin bahwa seperti itulah standar kecantikan seorang perempuan.
Mungkin ada yang selama ini bertanya-tanya bagaimana mereka bisa punya kulit muka yang mulus tanpa jerawat, noda hitam, komedo dan seolah seperti tidak punya pori-pori.
Ada pula yang barangkali kepo bagaimana mereka bisa punya tubuh proporsional bak jam pasir.
Sementara kita—perempuan pada umumnya—yang walaupun sudah rajin pakai skincare, makan makanan sehat, rutin olahraga dan menjaga diri dari stres, tetap saja tidak bisa punya wajah dan tubuh seperti itu.
Jadi, jangan heran jika banyak perempuan merasa tidak percaya diri bahkan membenci tubuhnya sendiri karena tidak bisa memenuhi standar kecantikan.
Banyak pula yang beranggapan bahwa standar kecantikan yang selama ini digaungkan oleh media (lewat industri fesyen, hiburan dan kecantikan) dan diamini oleh masyarakat itu tidak realistis.
Oleh karena itu, sekarang mulai muncul tren kecantikan baru yang lebih manusiawi, seperti skinimalisme.
Seperti namanya, skinimalisme merupakan tren kecantikan dan perawatan wajah versi minimalis yang tidak memerlukan terlalu banyak produk dan tahapan perawatan.
Menurut dokter kuit bersertifikat di New York City, Sejal Shah, MD, FAAD, tren skinimalisme disebut telah melawan gagasan tentang ‘kulit sempurna’ yang kerap dihadirkan dengan penggunaan riasan tebal dan filter pada aplikasi foto yang menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis.
Penggunaan produk kosmetik dan perawatan wajah yang lebih sedikit dinilai lebih baik bagi kulit karena memungkinkan kulit untuk bernafas di bawah lapisannya sehingga kulit dapat bersinar secara natural.
Setidaknya ada tiga kelebihan dari skinimalisme ini.
Pertama, skinimalisme mendorong perempuan untuk lebih menghargai dan percaya diri dengan wajah naturalnya

Ketika kamu menerapkan skinimalisme, kamu tidak perlu membeli banyak produk kecantikan. Kamu pun tidak perlu menjalani “10 steps Korean skincare routine” untuk mendapatkan kulit wajah mulus ala seleb Korea.
Kamu hanya butuh tiga produk dasar, yaitu pembersih wajah (face cleanser), pelembab (moisturizer) dan sunscreen.
Sebagai tambahan, kamu bisa melengkapinya dengan produk lain, misalnya serum anti aging, gel anti jerawat dan produk lain yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kulitmu.
Riasan wajah pun diaplikasikan tipis-tipis namun tetap memberi efek rona cerah.
Dengan munculnya tren ini diharapkan perempuan akan lebih percaya diri dengan tampilan wajah yang lebih apa adanya dan berani merangkul ketidaksempurnaannya.
Tren ini mengandung pesan bahwa untuk menjadi cantik tidak harus punya kulit muka yang putih mulus seperti porselen atau harus berpipi tirus dengan tulang pipi yang tinggi bak seleb atau model-model yang selama ini kita lihat di layar kaca, majalah dan media sosial.
Kedua, skinimalisme itu lebih hemat waktu, tenaga dan biaya
Tidak semua perempuan beruntung punya uang berlebih sehingga bisa beli beragam produk skincare yang mahal.
Nah, buat kamu yang menerapkan skinimalisme tentu tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak biaya untuk membeli berbagai produk skincare.
Selain itu, kamu juga lebih hemat waktu dan tenaga karena tidak perlu menjalankan rutinitas perawatan kecantikan yang tahapannya banyak dan ribet.
Karena saya yakin tidak semua perempuan cukup sabar dan telaten menjalani perawatan kecantikan yang ber-step-step itu.
Jadi, skinimalisme ini cocok diterapkan untuk kamu yang malas atau tidak terlalu suka dandan.
Ketiga, skinimalisme itu lebih ramah lingkungan
Laporan dari BBC menyebutkan industri kosmetik turut berkontribusi pada pencemaran lingkungan, terutama mikroplastik.
Beragam jenis limbah industri kosmetik yang berupa botol, mangkuk, palet kerap digunakan sebagai wadah kosmetik. Sebagian besar wadah kosmetik ini terbuat dari plastik sekali pakai.
Contoh lain dari limbah industri kosmetik adalah bulir halus yang biasa ditemukan pada pasta gigi, sabun cuci muka dan lulur.
Bulir halus ini juga penyumbang mikroplastik yang tidak dapat terurai di tanah dan perairan, termasuk di saluran pembuangan.
Dengan menerapkan skinimalisme, kita tidak mengonsumsi banyak produk kecantikan sehingga membantu mengurangi sampah mikroplastik, baik dari wadah atau kandungan dalam kosmetik tersebut.
Skinimalisme adalah harapan baru dalam industri kosmetik karena mampu menghadirkan tren kecantikan yang lebih realistis, beragam dan manusiawi.
Alih-alih selalu berusaha menutupi ketidaksempurnaan, skinimalisme justru mendorong kita untuk memberikan perawatan yang lebih sederhana namun bermanfaat bagi kulit sehingga kulit lebih sehat dan tetap terlihat cantik.