Muhammad Hatta atau Bung Hatta adalah bapak bangsa yang dikenal telah memperjuangkan Indonesia dari zaman penjajahan Belanda hingga Jepang, dan merupakan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia yang mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Peran Bung Hatta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangatlah penting. Mari ambil kesempatan ini untuk belajar tentang Muhammad Hatta.
Bung Hatta sang Proklamator kemerdekaan Indonesia, dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 12 Agustus tahun 1902. Bung Hatta memiliki nama lengkap yakni Dr. Mohammad Hatta. Nama Mohammad Hatta sendiri berasal dari Muhammad Athar yang diambil dari nama lengkap seorang tokoh Muslim pengarang kitab Al-Hikmah, yaitu (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibn Abd Al-Karim Ibn) Ata-Ilah Al-Sakandari.
Bung Hatta memiliki Ayah bernama H. Muhammad Djami dan Ibu bernama Siti Saleha. Ketika Hatta masih berusia delapan bulan sang ayah dari meninggal dunia pada usia muda yakni tiga puluh tahun. Bung Hatta memiliki kakak bernama Rafiah.
Siti Saleha ibu Bung Hatta menikah untuk kedua kalinya dengan Mas Agus Haji Ning seorang pedagang dari Palembang. Dari pernikahan tersebut Mas Agus Haji Ning dan Siti Saleha memiliki empat anak yang semua perempuan. Bung Hatta menikah dengan Rahmi Hatta pada November 1945 di Bogor dan menetap di Yogyakarta.
Dari pernikahan Bung Hatta dengan Rahmi Hatta dikaruniai tiga anak perempuan yakni Meutia Hatta lahir pada 21 maret 1947, Gemala Rab’ah Hatta lahir pada 2 Maret 1952, dan Halida Nuriah Hatta lahir pada 12 Januari 1956.
Bunga Hatta pada masa kecil memiliki sikap disiplin waktu dan keuangan hal yang menjadi karakter utama Bung Hatta selama hidupnya. Ketika remaja Bung Hatta mendapatkan pendidikan agama dalam kerangka pemikiran modern oleh Syeikh Muhammad Djamil Djambek (1860-1947) di Bukittinggi dan Dr. Abdullah Ahmad (1878-1933) di Padang.
Kedua ulama ini merupakan sosok pembaharu Islam di Minangkabau dan memiliki pemahaman tentang Islam secara progresif. Bung Hatta menyelesaikan dari sekolah Europeese Lagere School (ELS) pada tahun 1916. Selanjutnya tahun 1919 Bung Hatta menyelesaikan sekolah dari Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) di Padang.
Sekolah berikutnya adalah Prins Hendrik School, dan selesai dari sekolah tersebut tahun 1921. Bung Hatta mengikuti kuliah di Handels Hoogere School (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam Belanda, pada jurusan ekonomi perdagangan, kemudian beralih jurusan ekonomi negara. Bung Hatta menyelesaikan kuliahnya dengan gelar sarjana ekonomi pada tahun 1932,
Nama Bung Hatta semakin dikenal oleh para mahasiswa Indonesia di Belanda, yaitu perkumpulan Indische Vereniging yang didirikan pada tahun 1908, yang kemudian berganti nama menjadi Indonesische Vereniging dan kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Pada tahun 1923 Bung Hatta dipilih untuk bertugas sebagai bendahara, karena cerdas cemerlang, pada tahun 1926 beliau dipilih sebagai ketua PI sampai dengan tahun 1931. Pada tahun 1927-1931 Bung Hatta menjadi anggota puncak pimpinan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, yang berkedudukan di Berlin, Bung Hatta mewakili Indonesia.
Selain itu, Bung Hatta juga menghadiri Kongres Democratique International di Beirville (Paris) pada tahun 1936. Setelah mengundurkan diri dari PI dan kembali ke Indonesia pada tahun 1933-1934 Bung Hatta menjadi ketua Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), yang menerbitkan majalah Daulat Ra’jat.
Bung Hatta dipenjarakan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1934-1935, dan dibuang ke Boven Digul Irian Jaya pada tahun 1935-1936. Pada tahun 1936-1942 Bung Hatta dipindah ke daerah Bandaneira, kemudian tahun 1942 dipindah lagi ke daerah Sukabumi, dan dibebaskan pada 9 Maret 1942.
Pada bulan April 1942, beliau menjadi kepala kantor penasehat pada kantor pemerintah Balatentara Dai Nippon. Bung Hatta menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada Mei 1945, kemudian menjadi wakil ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 7 Agustus 1945, dan dituntaskan sebagai Proklamator Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Bung Hatta menjadi wakil Presiden RI pertama pada 18 Agustus 1945, tetapi pada Januari 1948 — Desember 1949 menjabat Wapres sekaligus merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan. B
ung Hatta menjadi ketua delegasi Indonesia pada konferensi meja bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana pada 1949. Jabatan berikutnya adalah Wapres merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet RIS pada Desember 1949-Agustus 1950, kemudian mengundurkan diri dari jabatan wapres pada 1 Desember 1956.
Bung Hatta menjadi penasehat Presiden dan Penasehat Komisi IV tentang masalah korupsi pada 1969 dan menjadi Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila pada 1975. Tepat 14 Maret 1980, Bung Hatta meninggal dunia. Bung Hatta menghabiskan seluruh hidupnya bagi bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka
- Maryono BUNG HATTA, PROKLAMATOR, ILMUWAN, PENULIS DAN KARMA-KARYANYA: SEBUAH ANALISIS BIO-BIBLIOMETRIK Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi – Volume XI Nomor 2, 2015
- Muhammad Iqbal MOHAMMAD HATTA DAN PARTAI DEMOKRASI ISLAM INDONESIA: DINAMIKA PEMIKIRAN HUBUNGAN AGAMA DAN POLITIK MADANIA Vol. XVIII, No. 2, Desember 2014
- http://ikpni.or.id/pahlawan/mohammad-hatta
- https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/vice_president