Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
TULIS ARTIKEL
  • Beauty
  • Otaku
  • Film & Serial
  • Teknologi
  • Food
  • Traveling
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Hewan
  • Lifestyle
  • Relationship
  • Entertainment
Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
Home Sejarah

Mengenang Peristiwa “Geger Pecinan” Kejadian Pembantaian Etnis Tionghoa oleh VOC (1740-1743)

oleh Revo Linggar.v
25/07/2022

Peristiwa geger pecinan adalah sebuah peristiwa genosida yang dilakukan VOC terhadap etnis Tionghoa di Batavia tahun 1740.

Peristiwa ini diperkirakan membunuh sekitar 10 ribu orang beretnis tionghoa dan menghancurkan 500 rumah di Batavia.

BacaJuga

Sejarah Indonesia: Kolonisasi Pemerintah Belanda

Sejarah Indonesia: Kolonialisasi VOC

Peristiwa keji yang terjadi di Batavia tersebut diperintahkan langsung oleh gubernur jenderal saat itu Adrian Valckenier yang disebabkan runtuhnya bisnis gula di Batavia dan Banten.

Peristiwa ini menimbulkan goncangan politik jawa yang berlangsung panjang. Peristiwa ini juga memiliki pengaruh pada kehidupan kita di masa kini, sebagai contoh beberapa nama daerah di jakarta berasal dari kejadian geger pecinan ini, sebagai contoh daerah “Muara Angke” yang menurut sejarawan Betawi Alwi Shahab kata “Angke” berasal dari 2 kata dari bahasa Hokkien yaitu “Ang” yang berarti merah dan “ke” yang berarti sungai.

Latar Belakang Peristiwa Geger Pecinan

Masuknya etnis Tionghoa di Batavia berawal dari pemikiran Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen yang merasa bahwa orang orang Tionghoa mampu bekerja sama dengan VOC dalam bidang Industri dan perdagangan.

Dari pemikiran tersebut maka di tahun 1617-1627 J.P Coen memberikan tempat bagi etnis Tionghoa di Batavia untuk berdagang.

Pengaruh etnis Tionghoa bagi perekonomian pun semakin berkembang di tahun 1740.

Pengaruh etnis Tionghoa ini terjadi karena orang orang Tionghoa menguasai industri gula yang notabene merupakan salah satu komoditas yang sangat penting pada saat itu selain rempah rempah, Bahkan menurut pengamat warisan budaya kolonial Lille Suratminto, di Banten dan Batavia dari 130 pabrik gula lebih dari separuhnya adalah kepunyaan orang Tionghoa, hal itupun membuat etnis Tionghoa sangat penting bagi pergerakan ekonomi VOC

Baca juga  Sejarah Indonesia: Kolonialisasi VOC

Namun sayangnya kejayaan bisnis gula tersebut harus runtuh karena jatuhnya harga gula yang berhasil memukul telak industri industri gula yang berada di Batavia dan Banten.

Hal itu membuat membuat banyaknya pengangguran dan kekacauan di Batavia pada saat itu.

Merespon hal tersebut gubernur jenderal Adrian Valckenier dan dewan Hindia memutuskan untuk membuat kebijakan yang diberi nama resolusi 25 Juli 1740.

Resolusi ini berisi bahwa setiap warga etnis Tionghoa yang tidak memiliki pekerjaan atau tidak memiliki ” permissie brief” maka akan dideportasi untuk bekerja sebagai buruh perkebunan di Ceylon Srilangka dan Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Pada Juli 1740 VOC mulai melakukan razia terhadap para penganggur Tionghoa yang menganggur karena bangkrut nya pabrik gula di Batavia.

VOC pun mengancam  para buruh tersebut untuk dideportasi ke Ceylon atau Tanjung Harapan

IKLAN

Karena geram dengan kebijakan belanda akhirnya para buruh Tionghoa tersebut berkumpul di pabrik gula Gandaria yang dipimpin oleh Kapitan Sepanjang untuk melakukan perlawanan terhadap pos pos belanda.

Pada 7 Oktober 1740 pun para buruh Tionghoa pun berhasil menghancurkan pos pos belanda dan berhasil membunuh beberapa serdadu VOC.

Jalanya Pembantaian “Geger Pecinan”

Situasi di batavia pun semakin panas terutama setelah Kapitan Sepanjang melakukan perlawanan.

IKLAN

Situasi pun juga semakin mencekam ketika beredar rumor di kalangan Tionghoa yang mengatakan bahwa “mereka yang dibawa ke Srilangka atau Afrika Selatan akan diceburkan ke tengah laut dalam perjalanan”.

Baca juga  Perayaan Imlek yang Identik dengan Hujan

Rumor tersebut membuat warga Tionghoa semakin geram yang menghasilkan situasi panas serta krisis keamanan di Batavia

Demi merespon hal tersebut gubernur jenderal Adrian Valckenier memerintahkan serdadu nya untuk menggeledah paksa rumah rumah warga Tionghoa untuk mencari senjata serta menjarah harta benda mereka dan prajurit VOC juga diperintahkan untuk membunuh semua warga Tionghoa tanpa pandang bulu.

Puncaknya adalah ketika Adrian Valckenier memerintahkan eksekusi mati ribuan warga etnis Tionghoa di lapangan gedung Fatahillah pada 10 Oktober 1740. Lewat pembantaian tersebut diperkirakan 10 ribu warga etnis Tionghoa tewas dan jasad nya dibuang di sungai.

Karena tidak terima dengan apa yang terjadi di Batavia warga Tionghoa yang berada di luar Batavia menyerang beberapa pos pertahanan VOC seperti di Tanggerang dan Jatinegara.

Beberapa dari mereka pun juga melarikan diri ke Jawa Tengah dan bergabung dengan Kerajaan Mataram untuk bekerja sama melawan kekuasaan VOC di Batavia.

Para pejuang Tionghoa yang melarikan diripun disambut baik oleh priyayi setempat dan bekerja sama untuk berperang melawan kekuasaan VOC di Batavia.

IKLAN

Dampak Peristiwa “Geger Pecinan”

Peristiwa telah menimbulkan dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek. Peristiwa ini berdampak bagi kondisi stabilitas politik di pulau Jawa pada saat itu.

Baca juga  20 Fakta Pembantaian Boston yang Selalu Dikenang Setiap Tahun

Peristiwa ini menimbulkan perang baru antara Kerajaan Mataram disertai para pejuang Tionghoa melawan Belanda yang akan menimbulkan perang dan menciptaka suatu suasana politik yang tidak stabil

Peristiwa ini juga berdampak bagi perekonomian VOC yang semakin jatuh karena komoditas gula semakin langka hal ini disebabkan pemilik dan buruh pabrik gula yang notabene mayoritas beretnis Tionghoa menjadi korban dalam peristiwa kelam ini

Adrian Valckenier pun juga akhirnya turun dari jabatan gubernur jenderal setelah dilaporkan oleh Gustaav Willem Baron Van Imhoff sebagai penyebab kekacauan yang terjadi di Batavia.

Gustaav Willem Baron Van Imhoff memang dikenal tidak memiliki hubungan yang baik dengan Adrian Valckenier hal ini karena perebutan kekuasaan sebagai gubernur jenderal antara Van imhoff dan Adrian Valckenier

Peristiwa ini juga mempengaruhi kebijakan VOC yang memisahkan tempat tinggal masyarakat Tionghoa dengan masyarakat lain yang akan melahirkan pecinan seperti yang ada di Glodok Jakarta Barat

Peristiwa ini adalah bagian dari peristiwa kelam negeri ini yang harus kita ingat dan pelajari sembari mengambil pesan moral.

Peristiwa ini juga disebut sebagai akar kekerasan massal etnis Tionghoa yang hingga kini menjadi salah satu isu sensitif.

Sebagai anak bangsa tentu kita berharap agar pemerintah mampu mengakomodasi keamaanan masyarakat dari berbagai kalangan etnis, hal tersebut juga sudah diamanatkan dalam konstitusi kita.

Sebagai anak bangsa tentu kita berharap agar setiap etnis yang ada di republik ini dapat merasa aman dan terlindungi.

Tag: adrian valckenierbataviaetnisgegerpecinanpembantaiantionghoavoc
IKLAN

Baca Juga

Tidak ada artikel tersedia
Lainnya

Terbaru

Cara Melacak HP Hilang dengan WhatsApp

Ternyata Mudah! Cara Melacak HP Hilang dengan WhatsApp

3 Februari 2023
Cara mengunci WhatsApp

Valid & Aman! Begini Cara Mengunci WhatsApp

3 Februari 2023
Cardcaptor Sakura dan Granblue Fantasy

Kolaborasi Granblue Fantasy dan Cardcaptor Sakura Dimulai

3 Februari 2023
Auto Ubah Senjata Free Fire

Cara Aktifkan Fitur Auto Ubah Senjata di Garena Free Fire

3 Februari 2023
Penjualan PS5

Sony Umumkan Penjualan PS5 Tembus 32,1 Juta Unit

3 Februari 2023
IKLAN
  • ABOUT
  • CONTACT US
  • PRIVACY POLICY
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • BERITA GAME
© 2022 Digstraksi
Tidak ada hasil
View All Result
  • Alam
  • Beauty
  • Biografi
  • Bisnis
  • Budaya
  • Buku
  • Edukasi
  • Entertainment
  • Fashion
  • Film & Serial
  • Finansial
  • Food
  • Gadget
  • Gaming
  • Hewan
  • Horor
  • Hukum
  • Humor
  • Karir
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Lifestyle
  • Marketing
  • Misteri
  • Olahraga
  • Otaku
  • Otomotif
  • Parenting
  • Psikologi
  • Relationship
  • Sains
  • Seni
  • Sejarah
  • Sosial
  • Teknologi
  • Traveling

© 2022 Digstraksi