Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online atau daring (dalam jaringan), “motto” adalah kata yang termasuk kata benda atau nomina, yang mempunyai arti: (1) kalimat, frase, atau kata yang digunakan sebagai semboyan, pedoman, atau prinsip seperti “berani karena benar”; (2) kalimat (frase, kata) yang tertera di atas sebuah karangan yang secara singkat menunjukkan pendirian atau tujuan pengarang.
Sesuai pengertian di atas, “motto hidup” dapat diartikan sebagai: kata-kata, frase, atau kalimat yang dimiliki seseorang yang merupakan semboyan yang menjadi cerminan dari prinsip, tekad, pedoman, dan landasan pribadi dalam menjalani kehidupan. Motto hidup dapat dipakai oleh seseorang sebagai motivasi untuk mencapai cita-cita pribadinya sehingga menjadi manusia yang lebih baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menampilkan motto hidup kita misalnya pada buku perpisahan angkatan sekolah, skripsi, curriculum vitae, profil web pribadi atau profil media sosial, dan sebagainya. Dari hal-hal itu kita juga bisa membaca motto hidup orang lain. Motto hidup tiap orang, tentu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan pandangan dan juga pengalaman hidup yang telah dialami masing-masing orang.
Membahas tentang motto hidup, tahukah pembaca tentang motto hidup dari seorang matematikawan, ilmuwan, dan filsuf ternama yang mempunyai pengaruh besar bernama René Descartes?
Biografi Singkat dan Beberapa Pemikiran Rene Descartes
Seperti yang telah disebut, René Descartes adalah seorang matematikawan, ilmuwan, dan filsuf yang ternama. Ia lahir pada 31 Maret 1596 di Prancis, dan meninggal ketika ia berusia 53 tahun pada 11 Februari 1650 di Swedia. Descartes adalah salah seorang pemikir yang memiliki pengaruh besar, dan kerap disebut sebagai salah satu perintis filsafat modern.
Pada bidang filsafat, salah satu pemikiran Descartes yang terkenal adalah ungkapan dalam bahasa Latin “Cogito ergo sum”. Artinya adalah: “Aku berpikir maka aku ada”. Dengan pemikiran ini, Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua hal. Ia meragukan inderanya, meragukan keberadaan benda-benda di sekelilingnya, bahkan meragukan keberadaan dirinya sendiri. Namun, fakta bahwa ia bisa berpikir akan semua hal itu, mmbuktikan eksistensinya. Dengan demikian, Descartes mengambil kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada.
Sementara sebagai matematikawan, ia kerap disebut sebagai “Bapak Geometri Analisis”, karena berjasa pada bidang yang menjadi jembatan antara aljabar dan geometri tersebut. Pembahasan aljabar dan geometri sebagai satu subyek tersebut tertuang dalam karya Descartes yang berjudul La Géométrie, yang terbit pada tahun 1637. Istilah “koordinat Kartesius” dalam matematika, diambil dari nama Latin René Descartes: Renatus Cartesius.
Motto Hidup René Descartes dari Pengalaman Kehidupannya di Tengah Konflik Eropa
Descartes membuat pencapaian-pencapaian yang luar biasa itu, sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan lika-liku. Semasa hidup, Descartes pernah terjun menjadi tentara dan turut mengalami Perang 30 Tahun Eropa. Perang tersebut merupakan konflik antara kelompok agama dan negara di benua biru yang terjadi antara tahun 1618 hingga 1648. Salah satu pertempuran yang diikuti Descartes, adalah Pertempuran Gunung Putih yang terjadi di Republik Ceko pada tahun 1620.
*Seperti apa itu Pertempuran Gunung Putih, dapat dilihat di reka ulang/reenactment di video berikut ini:
Dikutip dari situs Columbia University, ketika konflik kelompok antar religius yang mengklaim mewakili bahwa kelompknya membawa kebenaran ilahi dan hak untuk membunuh untuk mempertahankan kebenaran tersebut, Descartes mengadopsi moto hidup dari frasa bahasa Latin. Moto tersebut berbunyi: Bene qui latuit, bene vixit. Motto tersebut dapat diartikan: “Kehidupan yang tidak mencolok adalah kehidupan yang baik” atau “kehidupan yang tidak berlebihan adalah kehidupan yang baik”.
Descartes bertekad untuk “memakai topeng” dan menampilkan kehidupannya “seolah seperti dalam dongeng”. Descartes menujukkan kekecewaan terhadap berbagai pemikiran dan anggapan-anggapan manusia tradisional, bahkan menolak kesaksian dari inderanya sendiri. Karena hal itulah ia membuat ruang diri modern yang minimal, yang pada awalnya hanya mengakui secara pasti eksistensinya sendiri.
Descartes memilih motto hidupnya tersebut untuk ditulis di makamnya. Selain itu, motto itu tercetak pada sebuah buku biografi Descartes yang ditulis oleh akademisi dan biografer Prancis bernama Adrien Baillet (13 Juni 1649 – 21 Januari 1706). Buku tersebut berjudul La vie de monsieur Descartes atau yang berarti “Kehidupan Tuan Descartes”. Biografi itu terbit pada tahun 1691 atau sekitar 40 tahun setelah meninggalnya Descartes.
Moto Hidup René Descartes yang Berasal dari Karya Berbahasa Latin Karangan Penyair Romawi
Selain filsafat, sains, dan matematika, Descartes juga tertarik dengan karya-karya sastra kuno. Karena itu, tidak mengherankan apabila frasa bahasa Latin yang menjadi motto hidupnya, diambil René Descartes dari karya seorang penyair Romawi bernama Ovidius. Ovidius yang mempunyai nama lengkap Publius Ovidius Naso, hidup dari tahun 43 Sebelum Masehi hingga tahun 17. Ia telah menghasilkan karya-karya terkenal seperti Metamorphoses, Amores, Ars Amatoria, Fasti, Tristia, dan lain-lain.
Frasa Bene vixit, bene qui latuit tertulis dalam karya yang berjudul Tristia dalam bahasa Latin, yang berarti “Kesedihan” atau “Ratapan”. Tristia adalah buku sastra puisi elegi yang terdiri dari lima buku. Kutipan yang menjadi motto René Descartes berasal dari buku ketiga Tristia, pada bagian IV yang terdiri dari 46 larik. Kalimat lengkap yang menjadi motto Descartes berbunyi:
Crede mihi, bene qui latuit bene vixit, et intra fortunam debet quisque manere suam.
Kalimat tersebut dapat diartikan menjadi: “Percayalah padaku, kehidupan yang tidak mencolok adalah kehidupan yang baik, dan setiap orang harus bahagia dengan nasib masing-masing.”
Sumber-Sumber Referensi
- Euler’s Gem: The Polyhedron Formula and the Birth of Topology, karya David S. Richeson.
- Rene Descartes: Colossus of Binaries – Real or Perceived? karya Sandeep Alex. Department of Psychiatry, Government Medical College, Kottayam, Kerala, India.
- Halaman Facebook Lambeth Palace Library. Lambeth Palace Library adalah salah satu Perpustakaan Publik tertua di Inggris yang didirikan pada tahun 1610.
- Historical Context for Discourse on Method and Meditations on First Philosophy by Descartes, tulisan Daniel Leonard, dari situs Columbia College, New York.
- Think Again What did Descartes really know?, tulisan dari Anthony Gottlieb, dari situs newyorker.com.
- Tristia dalam bahasa Latin karya Ovidius, dari situs thelatinlibrary.com
- Terjemahan Tristia karya Ovidius dalam bahasa Inggris, dari situs poetryintranslation.com.
- Wikimedia.org
- Wikipedia bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
EPILOG
> Baca juga artikel dan karya RK Awan lainnya di sini
> Lebih lanjut tentang Perang 30 Tahun Eropa dan biografi kehidupan René Descartes dari lahir hingga meninggal, termasuk keterlibatannya dalam Perang 30 Tahun Eropa, bisa dibaca di artikel di link yang ada di kolom komentar di bawah ini.