Tak dirasa kita telah berada di gerbang awal bulan yang paling dinanti nanti oleh semua kalangan, tak hanya orang muslim, bahkan orang non muslim pun ikut serta bergembira, meskipun motifnya beragam, ada yang bergembira karena diskon yang bertebaran, jajanan yang melimpah ruah serta hal hal yang menarik lainnya.
Bagi kalangan muslim, bulan ramadhan adalah momentum yang tidak tergantikan dalam bingkai keberagamaan.
spirit spirit ramadhan biasanya diaktualisasikan dengan aneka ragam ibadah seperti puasa, tarwih, i’tikaf,zikir, serta ibadah yang lainnya.
bulan ramadhan di desain sebagai bulan yang dapat mendidik sarjanawan yang memiliki gelar muttaqin, perlu kita ketahui muttaqin adalah sebuah gelar yang bukan hanya berorientasi keilahian, tapi gelar muttaqin juga sangat erat dengan dimensi kemanusiaan, pada era covid sekarang ini sarjanawan ramadhan dengan skill muttaqin sangat dibutuhkan untuk meredakan kegelisahan, keresahan yang sama sama kita alami, oleh karena itu ramadhan sebagai ajang evaluasi diri untuk merancang strategi meraih gelar muttaqin, seperti halnya pelajar di bangku akademik yang memiliki beragam metode atau cara untuk merengkuh gelar sarjana.
Dalam Al quran sendiri gelar muttaqin mendapat tempat yang khusus disisi Allah, dalam surah ali imran ayat 133, surga yang tak terkira terkira luasnya sangat terbuka lebar bagi para sarjanawan muttaqin ini, namun ada beberapa kriteria yang jika kita renungi bersama ternyata sangat berdimensi kemanusiaan, jika kita bawa ke konteks kekinian, kriteria seperti ini sangat relevan dengan fenomena hari ini, setidaknya ada tiga karakter atau skill yang disebutkan dalam Al quran surah ali imran ayat 134.
1. orang orang yang senantiasa konsisten berinfak, dalam segala kondisi, baik kondisi lapang maupun sulit, bahagia maupun sedih, bahkan dalam waktu hidup maupun matinya, artinya adalah berinfak ini sudah menjadi karakter yang sangat melekat pada dirinya, perlu kita garis bawahi berinfak bukan hanya pada sesuatu yang sifatnya materil, bahkan secara umum infak adalah memberi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, bahkan senyuman pun jika hal itu memberi kebahagiaan bagi orang lain itupun termasuk dalam kategori memberi manfaat kepada orang lain, orang yang berilmu lalu mengajarkan ilmunya kepada orang lain itupun disebut infak, menyumbangkan tenaga, ide, gagasan yang sifatnya membangun itupun juga termasuk infak, dalam ayat ini infak disebut pertama kali karena itulah bentuk ketaatan yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi keilahian dan dimensi kemanusiaan.
2. skill yang kedua adalah orang yang mampu menahan emosinya, al quran menggunakan kata (kadzama) yang secara linguistik memiliki makna menahan sesuatu yang meluap.
sama halnya dengan ember yang full air lalu ditutupi agar tidak meluap kemana mana, orang orang yang memiliki karakter seperti ini mampu menahan emosionalnya sehingga tidak muncul kata kata yang berpotensi menyakiti hati orang lain.
3. skill yang ketiga adalah orang yang senantiasa mampu menghapus kesalahan orang lain pada dirinya, hal ini diisyaratkan dengan penggunaan kata (al ‘afn) yang memiliki makna menghapus, ibarat luka yang dihapus sehingga tidak lagi memiliki bekas yang tersisa.
sehingga ia sudah tidak lagi memiliki dendam kepada orang lain.
lalu ayat ini ditutup dengan ungkapan Al quran, bahwa Allah mencintai orang orang yang senantiasa berbuat kebaikan, jika kita telah menggapai cinta dari sang maha cinta, maka segala aktivitas kita pun akan menimbulkan cinta dan kasih sayang yang tentunya mengundang juga cinta dari orang lain.
oleh karena itu, mari kita fokuskan ramadhan kita untuk meraih gelar muttaqin yang memiliki dua dimensi, dimensi keilahian serta dimensi kemanusiaan, selamat beramadhan, selamat menyusun strategi, siapkan proposal yang terbaik untuk menerima gelar tertinggi dari Allah swt.