Tidak dapat dipungkiri, bahwa My Hero Academia merupakan salah satu manga yang populer pada saat ini. Ini dibuktikan dengan diadaptasinya manga dari Kohei Horikoshi ini ke anime kemudian tidak lama berselang diangkat ke layar lebar, bahkan tidak hanya satu tapi sekarang sudah ada tiga film dari My Hero Academia.
Tidak hanya itu saja, tetapi penjualan manga dari seri ini juga telah mencapai lebih dari 50 juta kopi pada April 2021, dan telah memenangkan beberapa penghargaan.
Namun banyak orang yang beranggapan bahwa serial ini overrated. Overrated sendiri memiliki arti dilebih-lebihkan, merupakan sebutan yang sering dikatakan orang mengenai anime atau manga yang kepopulerannya tidak sejalan dengan kualitasnya.
Dalam manga atau anime, overrated disebabkan oleh fans yang terlalu melebih-lebihkan, padahal dari segi cerita maupun karakter kurang menarik. Berikut ini beberapa penyebab mengapa My Hero Academia disebut overrated :
1. Karakter Utama yang Membosankan
Sebagai karakter utama, Izuku Midoriya atau yang biasa dipanggil sebagai Deku tidak terlihat mengesankan. Ini dikarenakan sifat Deku yang naif, terlalu optimis dan sering menangis di banyak kesempatan, yang membuatnya terkesan cengeng.
Selain itu walaupun sering dibully oleh Bakugo bahkan sejak kecil, Deku tidak pernah melawan dan bahkan masih menganggap Bakugo teman yang baik, ini membuat jalan ceritanya menjadi kurang masuk akal karena Deku menjadi semacam karakter polos yang terlalu baik.
Dari segi kekuatan , sebenarnya di awal cerita kekuatan Deku cukup menarik karena dia dapat meningkatkan kekuatan fisiknya namun memiliki efek samping yang membuat tubuhnya kesakitan, sehingga setiap dia menggunakan kekuatannya harus ada yang dikorbankan.
Namun seiring berjalannya waktu, efek samping dari kekuatan ini hilang, sehingga kemampuannya terlihat hanya sekedar peningkatan kemampuan fisik saja yang sebenarnya sudah umum digunakan oleh karakter utama dalam anime atau manga.
2. Kurangnya Adanya Pengembangan Karakter yang Mendalam
Pada awal cerita Deku diperkenalkan bersama dengan teman-temannya dari kelas 1-A yang berjumlah 20 orang. Tidak lama kemudian muncul murid-murid dari kelas 1-B dengan jumlah yang tidak kalah.
Karakter yang banyak memang dapat menambah daya tarik sebuah cerita, namun itu jika setiap karakter memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Tetapi dari banyaknya karakter yang dalam anime ini hanya sedikit sekali yang memiliki dampak besar pada cerita. Yuga Aoyama, Koji Koda , Rikido Sato, Toru Hagakure dan masih banyak lagi nama dari karakter yang tidak terkenal, yang dimana jika mereka mati pun tidak akan berdampak apapun pada cerita karena mereka tidak berguna.
Selain itu banyak dari Pro Hero yang sebenarnya memiliki design dan kekuatan yang keren, namun hanya muncul sebentar saja dan setelah itu akan mudah terlupakan.
Terlalu banyaknya karakter yang bermunculan dalam anime ini justru merupakan masalah terbesar tersendiri yang membuat ceritanya menjadi kurang mendalam.
3. Villain yang Biasa-Biasa Saja
Villain atau karakter antagonis merupakan salah satu elemen penting terutama dalam anime bergenre battle shonen yang tidak hanya dapat menjadi daya tarik tetapi membuat animenya semakin populer.
Banyak anime yang sukses meraih kepopuleran didukung pula oleh villain yang menarik juga. Naruto memiliki Madara Uchiha, Bleach memiliki Aizen, Hunter x Hunter memiliki Chrollo Lucilfer.
Karakter antagonis dari anime di atas bahkan seringkali yang membuat fans lebih tertarik dan penasaran untuk terus mengikuti ceritanya, karena selain memiliki kekuatan yang mengerikan , karakter-karakter antagonis tersebut juga memiliki kesan kharismatik tersendiri.
Berbeda dengan yang terjadi di My Hero Academia, dimana hampir tidak ada satupun antagonisnya yang menarik. Shigaraki terlihat seperti orang penyakitan yang kekanak-kanakan dengan motif jahat yang tidak jelas.
All For One sebagai dalang dibalik semua masalah yang ada dalam cerita juga sama saja, dia terlihat hanyalah seseorang yang ingin melakukan kejahatan karena dia jahat, tetapi tidak ada motif atau tujuan yang jelas dibalik itu semua.
Sedangkan karakter antagonis lainnya lebih cocok disebut sebagai pelengkap cerita saja dengan kekuatan dan karakter yang biasa saja.
4. Konflik yang Hanya Berputar Soal One For All vs All For One
Dalam My Hero Academia, One For All (OFA) vs All For One (AFO) merupakan pertarungan antara kekuatan baik melawan kekuatan jahat.
Namun sayangnya seiring berjalannya cerita, konfliknya hanya berkutat seputar ini saja, dari para pengguna kekuatan sebelumnya, All Might dan AFO hingga para penerus terbarunya, Deku dan Shigaraki. Hal ini membuat karakter lain dari anime ini serasa ditinggalkan tanpa adanya pengambangan karakter.
Sementara itu Deku yang awalnya anak sekolah biasa dengan kekuatan yang tidak terlalu spesial, tiba-tiba saja mendapatkan perhatian lebih hanya karena dia mulai mengerti kekuatan dari OFA.
Tidak berbeda dengan Shigaraki dimana villain lainnya mau menyerahkan apa saja supaya Shigaraki dapat bertahan demi menjadi penerus kekuatan AFO.
Karakter villain seperti Dabi, Stain atau Re Destro yang sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan, tenggelam begitu saja karena ceritanya yang terlalu mengagungkan Shigaraki sebagai antagonis utama.
Sebenarnya My Hero Academia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang menjadi jauh lebih baik lagi. Namun ini dapat terjadi jika karakter-karakter lainnya mendapat porsinya untuk berkembang.
Sementara itu dari segi cerita, dapat lebih menarik lagi jika terdapat misteri yang diselipkan sehingga membuat fans semakin penasaran untuk terus mengikutinya.
Tetapi sepertinya hal ini hampir tidak mungkin untuk dilakukan, karena Horikoshi pernah mengatakan bahwa manga dari My Hero Academia sudah mencapai akhir dari kisahnya.