Saat ini era sudah berkembang pesat segala informasi dapat dengan mudah didapatkan dari yang namanya teknologi.
Katanya, menjadi mahasiswa zaman sekarang itu enak apa-apa sudah ada dan tidak perlu bersusah payah seperti dahulu. Hanya buka smartphone mencari apapun langsung ketemu.
Eits, jangan salah sebenarnya kemudahan akses ini bukan hanya mempermudah, tapi di satu sisi bisa menjadi menyulitkan.
Saya ambil contoh dengan berbagai kemudahan justru membuat sebagian mahasiswa menjadi bermalas-malasan dan ingin serba cepat, tapi tidak ada usaha untuk mengerjakannya sendiri.
Semester Tua vs Penelitian
Bagi mahasiswa yang sudah berada pada semester agak atas, biasanya ada beberapa tugas penelitian dikarenakan situasi masih pandemi maka formulir penelitian itu dibuatlah dalam bentuk google formulir yang dapat disebar dan diakses dengan mudah oleh berbagai kalangan.
Sayangnya, hal ini juga masih banyak yang menggunakan jasa berbayar untuk mengisi formulir-formulir tersebut dengan berbagai aturan semisal berada di kampus daerah mana, lalu rentang usia, kemudian prodi dan fakultas yang telah diatur sedemikian rupa.
Pertanyaan saya, apakah tidak ada yang ingin membantu para Kakak atau Mba, Mas sekalian untuk mengisi formulir penelitian tersebut sehingga untuk hal ini masih membutuhkan bantuan jasa berbayar yang secara tidak langsung pembohongan publik?
Masihkah Ada Nilai Kejujuran pada Dirimu?
Memang, cara ini salah satu tips yang paling cepat dan mudah serta tidak memikirkan mencari kalangan tertentu untuk responden, tetapi bukankah ada baiknya jika dilakukan secara alami dengan memberikan formulir tersebut ke orang yang tepat, sesuai dan cocok dengan kriteria pastinya jujur.
Jika alasan yang akan muncul tidak akan ada yang mengisi, ada baiknya singkirkan dulu pemikiran soal itu.
Mulai mencoba mencari lalu menghubungi adik atau kakak tingkat untuk membantu menyebarkan serta cara terampuh memberi imbalan semisal ada saldo DANA, GOPAY, dan lainnya bagi beberapa orang yang beruntung.Tentu, hal itu jauh lebih menarik dan membuat para responden berminat mengisinya.
Namun, perlu diingat itu pemberian harus sungguh-sungguh diberikan dan segera dihubungi kepada siapapun yang beruntung, jangan jadikan hal itu sebagai kebohongan belaka.
Semisal sudah mendapat kuota cukup untuk responden maka sudahlah lupa dengan hal itu, cara itu juga tentu satu langkah lebih baik daripada memberikan uang kepada para penyedia jasa pengisi formulir.
Dengan mendapatkan responden secara alami akan timbul kepuasan sendiri dalam mengerjakan tugas dan tidak dihantui bayang-bayang ketakutan jika semisal ketauan melakukan manipulasi data-data yang ada.
Berhenti Mencari Jalan Pintas
Menjadi mahasiswa seharusnya bukan mencari jalan pintas untuk melakukan segala hal agar berjalan cepat, tidak membuang waktu dan pastinya mudah.
Justru, cara-cara itu yang membuat pola pikir kita diasah supaya ke depannya mampu menyelesaikan segala permasalahan yang akan terjadi jika kita sudah keluar dari dunia perkampusan.
Mahasiswa tempatnya salah, lakukan kesalahan sebanyak apapun selama menjadi masiswa supaya kelak sudah tidak menyandang status itu kesalahan kita sudah habis porsinya.
Disini saya tidak bisa menyalahkan dari pihak penyedia jasa berbayar tersebut atau pihak mahasiswa. Karena keduanya memiliki peranan, sang joki yang membutuhkan suntikan dana dan mahasiswa yang serba ingin cepat dan malas berusaha.
Jadilah, keduanya suatu simbiosis mutualisme yang marak di negeri ini. Selama menjadi mahasiswa sebisa mungkin melakukan segala halnya dengan usaha sendiri agar kita benar-benar merasakan menjadi mahasiswa yang sesungguhnya, bukan yang hanya dibuktikan dengan toga kelulusan, nilai IPK, ataupun ijazah kelulusan kelak.
Lebih dari itu nilai-nilai yang tertanam di dalam diri jauh lebih penting dari segalanya. Toga, IPK, ijazah itu hanya tanda bukti bahwa seseorang pernah memiliki status mahasiswa, tetapi sikap yang ada dalam diri dan menunjukkan bahwa seseorang tersebut benar-benar berproses, bertumbuh selama di dunia perkampusan yang akan abadi sampai akhir hayat dan dapat diwariskan ke generasi selanjutnya.
Jadi, mari merubah pola pikir jika menjadi mahasiswa hanya ingin serba praktis dan stylenya saja karena sesungguhnya menjadi mahasiswa bukan hanya sebatas hal itu.
Kita menjadi agen perubahan di mana masa depan generasi mendatang dan keberlangsungan hidup ada di tangan kita generasi muda.
Jika nilai kejujuran sudah luntur dari zaman mahasiswa bayangkan apa yang kelak akan terjadi beberapa tahun ke depan jika manusia-manusia yang menjadi tokoh negara adalah orang yang jauh dari nilai kejujuran pada dirinya.
Sungguh tidak dapat dibayangkan kelak akan seperti apa jika hal itu terus berlanjut.
Terus berproses dan bertumbuh selagi menyandang status seorang mahasiswa karena menjadi mahasiswa waktunya menebar benih kebaikan lalu dirawat dan dipupuk dengan nilai kebaikan, kelak jika waktu panen tiba kita akan mendapat hasil yang manis seperti usaha kita merawatnya dahulu.