Begitu banyak bukti yang bisa dikaitkan dengan masuknya ajaran Hindu Buddha di Nusantara, hingga perkembangannya menjadi agama yang diakui di Indonesia hari ini.
Bukti Nusantara Menerima Pengaruh agama Hindu dan Buddha

Kesamaan umum yang membuat agama Hindu dan Buddha mudah masuk ke Nusantara adalah memiliki kebiasaan menggunakan sesajen dan ada tempat yang didedikasikan untuk melakukan pemujaan. Bukti lainnya bisa dilihat sebagai berikut:
Bidang Bahasa.
berkembangnya tulisan pallawa dan Bahasa sanskerta yang melebur dengan Bahasa lokal Nusantara pada saat itu menghasilkan Bahasa Kawi dan tulisan Jawa Kuno. Akibat lebih besar, Nusantara memasuki zaman sejarah pada abad ke-5 M.
Bidang Sosial
munculnya sistem kasta seperti di India.
Pengaruh masuknya agama Hindu dan Buddha

Bidang Politik
atau pemerintahan, adanya perubahan pada system kepemimpinan Nusantara yang awalnya setiap daerah dipimpin oleh kepala suku menjadi sistem Kerajaan. Proses yang perlu dilalui seorang kepala suku untuk menjadi kasta Ksatria melalui upacara Vratyastoma lalu dilanjutkan dengan upacara Abhiseka untuk menjadi Raja.
Bidang Ekonomi,
mempengaruhi sistem perdagangan yang tadinya hanya terjadi local atau antar kerajaan menjadi perdagangan Internasional.
Bidang Sosial & Budaya,
pengaruhnya sangat jelas tampak pada relik bangunan, candi dan patung/arca. Ketiga elemen ini berguna untuk tata keagamaan Hindu dan Buddha.
Bidang Pendidikan,
bangsa Nusantara mulai mengenal tulisan Pallawa dan Bahasa Sanskerta dan diikuti dengan Bidang Sastra dengan berkembangnya sastra tulis dan sastra lisan.
Bidang Kepercayaan,
kepercayaan awal masyarakat Nusantara yang menganut animisme dan dinamisme berubah menjadi kepercayaan terhadap agama. Kepercayaan tidak memiliki kapan, dimana dan bagaimana cara pemujaannya sedangkan agama bersifat sebaliknya.
Bidang Teknologi dan Seni Bangun,
Nusantara menerima pembangunan candi (zaman megalitikum/batu besar). Di India, candi dijadikan tempat menyembah dewa, sedangkan di Nusantara candi dijadikan tempat untuk memuja roh nenek moyang, sekaligus karena bentuknya seperti punden berundak.