Sudah seharusnya keluarga menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung serta tempat saling mencurahkan kasih sayang.
Ironisnya, terdapat ribuan kasus laporan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) setiap tahunnya di Indonesia.
Cakupan KDRT
Perlu diketahui bahwa KDRT tidak hanya mencakup kekerasan fisik, tetapi juga termasuk didalamnya kekerasan seksual, psikologis, kegiatan penelantaran, ancaman, dan perampasan kemerdakaan yang melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Semua bisa menjadi korban KDRT, tidak peduli ras, gender, kepercayaan yang dianut, bahkan usia korban.
Bukan hanya suami, istri, atau bahkan asisten rumah tangga, anak yang menjadi bagian dalam rumah tangga juga bisa ikut menjadi korban walaupun ia tidak mengalami langsung kekerasan yang terjadi.
Pengaruh KDRT Terhadap Perkembangan Mental Anak
KDRT secara langsung memengaruhi perkembangan emosional, psikologis, bahkan dalam beberapa kasus adalah perkembangan fisik anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar KDRT (mendengar atau menyaksikan kekerasan yang terjadi) biasannya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
- Anxietas dan depresi
- Tekanan emosional
- Gangguan makan dan tidur
- Gejala fisik seperti sakit perut dan sakit kepala
- Kesulitan mengelola stres
- Kepercayaan diri yang rendah
- Menyakiti diri sendiri secara fisik
- Menunjukkan perilaku agresif pada teman-temannya
- Menyalahkan dirinya atas kekerasan yang terjadi
- Kesulitan menciptakan hubungan yang positif dengan orang lain
- Memiliki fobia dan insomnia
- Tidak mau berangkan ke sekolah maupun melakukan pekerjaan rumah (PR)
- Menunjukkan perilaku seorang perundung atau menjadi korban perundungan
- Kesulitan dalam berkonsentrasi
- Tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
- Memiliki sedikit atau tidak ada empati dan kepedulian terhadap orang lain.
Tentu saja setiap anak memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam mengekspresikan traumanya, sehingga langkah yang paling tepat adalah menggunakan jasa seorang profesional untuk membantu memulihkan perkembangan mental mereka.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Apabila Anda bukan seorang profesional dan merupakan anggota keluarga atau kerabat terdekat, hal yang dapat Anda lakukan adalah jauhi mereka dari lingkungan terjadinya KDRT.
Agar mereka tidak merasa ditelantarkan, jadilah contoh yang baik untuk mereka.
Biarkan mereka mengekspresikan perasaan mereka kepada Anda secara verbal, validasi setiap emosi mereka, dan tuntunlah mereka dengan sabar.
Anak-anak masih membutuhkan tuntunan orang dewasa dalam banyak hal sehingga mereka tidak mungkin bersandar pada sesama anak-anak.
Orang terdekat anak-anak ini adalah orang tua mereka. Jika orang tua mereka tidak memberikan tempat yang aman dan nyaman serta tidak mampu mencurahkan kasih sayang, mereka tidak akan memiliki siapa-siapa.
Situasi ‘tidak memiliki siapa-siapa’ inilah yang dapat membahayakan dirinya di kemudian hari.