Pension Metsa, Drama bagi yang Rindu Pulang ke Gunung

Warna Dunia

Pension Metsa, Drama bagi yang Rindu Pulang ke Gunung

Saya tertarik untuk menonton ini karena melihat gambar sebuah rumah. Rumah dua lantai yang didominasi material kayu. Seorang perempuan berbaju kuning berdiri di ujung balkon. Kedua tangannya dilipat di depan dada, menyandar di pagar balkon. Matanya memandang ke arah hutan. Hutan hijau yang menjadi halaman belakang rumah. Pepohonan tak terlalu rapat sehingga langit biru cerah masih terlihat. Hijaunya pepohonan, dan semak-semak aneka rupa menyusun gradasi warna yang menyejukkan mata. Gambar itu membuat saya rindu suasana pegunungan.

Menonton drama ini, kerinduan saya sedikit terobati. Seolah saya bisa ikut menghirup udaranya yang bersih, dan sejuk. Segarnya air dari pancuran mata air rasanya ikut mengalir di tenggorokan saya. Dan saat melihat salah seorang tokoh mencelupkan kedua kaki ke dalam kali kecil berair jernih, saya bisa ikut merasakan dinginnya air menusuk-nusuk kaki saya. Rasanya ingin pula ikut mendirikan tenda di camping ground yang berumput tebal, dan hijau segar. Letaknya tak jauh dari air terjun yang berlapis-lapis. Sangat cantik!

Sumber: drama Pension Metsa
Sumber: drama

Drama Pension Metsa adalah drama yang bercerita tentang seorang perempuan yang sudah tidak muda lagi. Namanya Tenko. Badannya mungil namun sama sekali tidak terkesan rapuh. Pension berarti penginapan. Sedangkan metsa adalah hutan. Tenko mengelola penginapan kecil di tepi hutan.

Tenko menjalankan bisnisnya sendirian saja. Bisnis? Lebih tepat jika dikatakan bahwa Tenko menolong orang-orang yang kebetulan lewat, dan membutuhkan tempat singgah.

Singgah di rumah kayu yang sangat nyaman meskipun terletak di tepi hutan. Rumah itu terkesan ringkas, namun tetap berkelas. Sama seperti di luar, material kayu juga mendominasi interior rumah. Ruang makan, yang bergabung dengan dapur, dan ruang duduk menjadi fokus drama ini. Pintu, dan jendela kaca yang lebar-lebar membuat ruangan menjadi benderang. Saya juga membayangkan angin sepoi-sepoi berhembus dari pintu dan jendela. Menyejukkan siapa pun yang duduk-duduk di sana. Saking kuatnya karakter si rumah kayu, saya dapat mengatakan bahwa selain Tenko, rumah ini adalah tokoh utama drama Pension Metsa.

Sumber: drama Pension Metsa
Sumber: drama Pension Metsa

Drama ini tidak banyak mengumbar kata-kata. Suasana didominasi heningnya alam pegunungan. Bunyi keretek api yang membakar ranting kering pun terdengar merdu di telinga. Apalagi suara kicauan burung, dan gemericik air. Sesekali saja alunan piano terdengar melatari adegan.

Dialog antara Tenko, dan para tamunya biasanya berawal dari basa-basi seperlunya. Lantas tanpa disadari sudah menjadi kalimat-kalimat yang dalam artinya. Mereka berbincang tak pernah tergesa-gesa. Selalu ada cukup jeda sebelum lawan bicara menyambung pembicaraan. Hanya ada beberapa tokoh yang lumayan cerewet. Salah satunya adalah seorang pengantar sayuran, dan bahan masakan sehari-hari.

Makanan juga merupakan unsur penting di drama ini. Tenko seperti seorang ratu di dapurnya yang cukup modern. Masakannya tak pernah berlebihan, tapi selalu enak-enak. Tamu-tamunya jadi betah mengobrol bersamanya di meja makan.

Sumber: drama Pension Metsa
Sumber: drama Pension Metsa

Hidup seperti Tenko sepertinya sangat tenteram. Waktu seakan berjalan lambat di sana. Selalu ada kesempatan untuk duduk-duduk di balkon sambil melihat-lihat suasana. Kalaupun ada yang selalu gelisah, itu hanyalah seekor rubah.

Tetapi jika saya menjadi Tenko saya akan mengibarkan bendera putih sejak awal.  Membersihkan, dan merawat rumah sendirian rasanya bakal jadi beban berat bagi saya. Juga memasak untuk tamu. Jika sedang tidak ada tamu, rasanya saya tak akan repot-repot beberes rumah, dan memasak. Saya bakalan memilih untuk berbaring-baring saja seharian di sofa, atau tempat tidur. Makannya cukup mie instan saja. Lalu saya akan membaca buku, atau menonton TV. Ah! Baru saya ingat, sepanjang menonton drama ini saya tak melihat satu pun televisi. Tenko juga tak pernah terlihat memegang smartphone. Apakah hidupnya tak terlalu sepi?

Belum lagi jika matahari sudah terbenam. Saat tidak ada tamu menginap, satu-satunya teman adalah gelapnya malam. Sepertinya saya paling tidak akan tahan pada kesepian. Mungkin karena itu juga, Tenko sangat menghargai kehadiran orang lain. Bahkan setiap pengantar sayur berpamitan, dia selalu keluar rumah untuk mengantar kepergiannya. Layaknya melepas kepergian seorang tamu yang sangat dihormati.

Maka dapat saya simpulkan, Tenko benar-benar seorang perempuan yang hebat. Tubuhnya yang mungil menyimpan daya hidup yang sangat tinggi. Orang-orang mengatakan, tak ada yang gratis di dunia ini. Demikian juga dengan kehidupan Tenko. Di balik hidupnya yang tentram, dan damai, ada keberanian, kedisiplinan, kerja keras, dan hati yang tak pernah takut untuk berbagi. 

Sumber: drama Pension Metsa
Sumber: drama Pension Metsa

Dan seandainya saya terpaksa tinggal di tempat yang serupa, saya pasti akan mengajak teman hidup. Satu pun sudah cukup. Entah itu pasangan saya, atau seorang sahabat. Yang jelas saya tidak ingin sendirian.

Follow Digstraksi di Google News

Baca Juga

Rekomendasi