Fenomena terorisme yang ada di negara kita memanglah sangat meresahkan, mengingat para oknum teroris tersebut menggunakan properti agama tertentu sehingga menimbulkan stigma dalam masyarakat bahwa agama tersebut mengajarkan terorisme dan radikalisme. Perbuatan oknum-oknum yang mengatasnamakan agama dalam aksi-aksi mereka membawa dampak buruk terhadap perkembangan bahasa Arab, mengingat mereka menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan al-Hadist dalam membenarkan perbuatan mereka yang dimana Al-quran dan Al- Hadist adalah petunjuk dalam agama islam yang berbahasa Arab, sehingga keluarlah sebuah statement yang didasari kesalah pahaman dan miss informasi mengenai bahasa Arab yang dikeluarkan oleh seorang pengamat intelejen di Indonesia yang mengatakan bahasa Arab adalah ciri-ciri teroris. Benarkah demikian ?
Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, tentu saja kita harus mengetahui akar dari pemasalahan tersebut, jikalau kita mengamati tindakan terorisme yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan islam, dapat kita simpulkan permasalahan sebenarnya adalah salahnya cara mereka dalam memahami dalil-dalil Al-Quran dan Al-Hadist. Mereka tidak menyadari bahwasannya ayat-ayat Al-Quran tidaklah bisa diamalkan begitu saja hanya dengan membaca terjemahannya, namun ayat-ayat Al-Quran baru bisa di amalkan ketika ayat tersebut sudah di tafsirkan oleh ulama-ulama yang sudah mumpuni ilmu nya terutama ilmu bahasa Arab, begitu pula Al-Hadist juga membutuhkan kemampuan bahasa Arab yang mumpuni untuk dapat mentafsirkannya.
Melihat dari permasalahan timbulnya tindakan terorisme maka sungguh sangat tidak tepat jikalau ada yang mengatakan bahasa Arab adalah ciri-ciri terorisme, justru dengan mendalami bahasa Arab masyarakat akan semakin mudah memahami al-Quran dan Al-hadist dan meminimalisir penyelewengan ayat-ayat alquran oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang kurang ilmu bahasa Arabnya namun berlagak sudah menjadi ulama yang sudah paham benar cara menafisrkan ayat Al-Quran.
Mengingat populasi penduduk muslim di Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia memiliki ancaman berupa kesalahpahaman penduduknya dalam memahami dalil-dalil agamanya terutama agama Islam. Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi orang yang mendalami bahasa Arab sehingga dapat menjelaskan kepada masyarakat tentang tafsiran dari ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadist sehingga meminimalisir kesalahpahaman dan penyelewengan ayat-ayat alquran untuk melakukan tindakan terorisme
Mendalami bahasa arab adalah cara agar masyarakat muslim di Indonesia untuk memahami hakikat islam harusnya menjadi rahmat bagi alam semesta dan damai. Baru-baru ini organisasi persatuan mahasiswa bahasa Arab seluruh Indonesia yang bernama ITHLA (Ittihadu Tholabah Al-lughoh Al-Arobiyyah) DPW 2 bersama 19 perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan
Bahasa Arab se-Jakarta, Jawa Barat, dan Banten mengikrarkan bahwa akan melawan pemikiran radikalisme dan Terorisme tepat pada tanggal 28 November lalu dalam acara tahunan mereka Kemah Bahasa Arab di Wisma Kementrian Ketenagakerjaan, Cianjur.Pemerintah harus segera menyadari betapa pentingnya bahasa Arab dalam kesatuan dan persatuan bangsa, langkah-langkah preventif untuk mencegah radikalisme dan terorisme di Indonesia dapat dimulai dengan memberikan perhatian lebih kepada calon dai yang harus memiliki kemampuan bahasa Arab yang mumpuni sehingga nantinya ulama-ulama yang di dengarkan oleh masayarakat adalah ulama yang paham agama karna dalamnya pengetahuan bahasa arab mereka kemudian terwujudlah islam yang rahmatan lil alamin, islam yang damai di negri tercinta ini.