Dalam pendidikan sastra, pengarang memegang peranan penting. Pengarang merupakan sosok figur dengan kemampuan tertentu baik emosional maupun intelektual, estetis dan artistik serta psikologis yang memungkinkan karyanya menyampaikan pesan kemanusiaan.
Selain
itu, penulis dapat membantu dengan memberikan kontribusi secara aktif untuk
memotivasi orang lain untuk membaca dan menulis karya sastra.
Taufiq Ismail adalah seorang penyair Indonesia khususnya dalam bidang puisi Indonesia modern.
Tidak hanya sebagai sastrawan, Taufiq Ismail merupakan salah satu penyair yang peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan sastra di sekolah.
Taufiq Ismail tercatat sebagai salah satu pendiri majalah Horison, yang merupakan satu-satunya majalah sastra Indonesia yang masih bertahan.
Penulis tertarik mengambil topik Taufiq Ismail beserta perannya dalam perkembangan sastra Indonesia karena Taufiq Ismail merupakan sastrawan periode Orde Baru pada Angkatan 66 yang memiliki rasa kepedulian sosial yang besar terhadap anak bangsa dan masyarakat Indonesia terutama kontribusinya untuk meningkat minat membaca agar masyarakat Indonesia gemar membaca karya sastra.
Membaca dan menulis karya sastra juga sangat penting sehingga sastra Indonesia terus tumbuh seiring berkembangnya zaman.
Tulisan ini bertujuan agar para pembaca bisa lebih mengenal Taufiq Ismail beserta perannya dalam perkembangan sastra Indonesia.
Dengan membaca tulisan ini, penulis berharap para pembaca bisa mendapatkan manfaat yaitu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai peran Taufiq Ismail dalam perkembangan sastra Indonesia.
Biografi Singkat Taufiq Ismail
Taufiq Ismail adalah seorang penyair yang lahir di Bukittinggi pada tanggal 25 Juni 1935 dan besar di Pekalongan.
Dia secara luas dikenal sebagai sastrawan periode Orde Baru pada Angkatan 66. Taufiq Ismail juga merupakan seseorang yang beberapa kali menulis lirik lagu untuk grup Bimbo.
Taufiq Ismail mendirikan majalah sastra bulanan Horison pada tahun 1966 bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arif Budiman.
Karirnya sebagai penyair dimulai pada tahun 1966, ketika ia menerbitkan puisi Tirani dan Benteng, sebuah kumpulan puisi demonstrasinya.
Taufiq Ismail menciptakan puisi-puisi yang menggambarkan kondisi zaman yang bersangkutan dan menyusunnya dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia tahun 1998 yang diterbitkan oleh Yayasan Ananda.
Sejarah sastra Indonesia mencatat Taufiq Ismail sebagai sastrawan Angkatan 66 yang memiliki pengaruh cukup populer di tengah masyarakat Indonesia.
Taufiq Ismail merupakan salah satu penyair yang sering menyuarakan kritik melalui puisi terhadap ketimpangan dalam politik, sosial, dan ekonomi masyarakat Indonesia.
Puisi adalah sarana untuk menyampaikan kritik tajam ketika budaya akal sehat dikebiri saat korupsi sering terjadi.
Buku kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (MAJOI) karya Taufiq Ismail merupakan kumpulan puisi dengan kritik sosial dalam masalah kehidupan rakyat Indonesia.
Nilai-nilai kehidupan sosial yang terdapat dalam Buku kumpulan puisi MAJOI tersebut perlu dipelajari oleh siswa dan mahasiswa agar mereka peka dengan permasalahan sosial.
Peran Taufiq Ismail Dalam Perkembangan Sastra Indonesia

Taufiq Ismail adalah penyair yang sangat perhatian terhadap pengajaran sastra Indonesia lebih dari 30 tahun.
Hal ini menjadi bahan renungan baginya berkaitan dengan asingnya sastra di sekolah.
Taufiq Ismail pun mengindentifikasi penyebab dari asingnya sastra di sekolah antara lain rendahnya minat membaca karya sastra masyarakat, merosotnya mutu karya sastra, tidak adanya acara sastra dan pembicaraan mengenai buku-buku sastra di televisi dan merosotnya membaca buku-buku sastra dan pelajaran mengarang atau menulis karya sastra di sekolah.
Oleh sebab itu, Taufiq membuat beberapa kegiatan diantaranya:
- Pelatihan Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS) untuk guru-guru bahasa dan sastra sejak Februari 1999 sampai Oktober 2002.
- Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB) berlangsung sejak tahun 2000 mendatangkan sastrawan ke sekolah membacakan puisi, cerpen, novel atau drama karya mereka serta dialog dengan siswa dan guru.
- Lomba Menulis Cerita Pendek (LMCP) tentang pencegahan tauran dan pemberantasan salah guna narkoba di lingkungan siswapada tahun 2002 yang diperuntukkan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia SMA dan sederajat.
- Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM) terdapat 18 sastrawan membacakan karyanya, kemudian berdialog dengan mahasiswa untuk membacakan karya sastrawan itu sebelumnya.
- Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) membahas 1 dari 50 novel, drama, cerpen, dan puisi pada tahun 2002.
- Pendirian Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI) untuk meningkatkan kebiasaan membaca, kemampuan menulis dan aspresiasi sastra karena banyaknya peminat dan peserta sanggar maka pada tahun 2003 nama sanggar ini berubah menjadi Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI).
Taufiq Ismail, melalui pendirian “Rumah Puisi” di Aia Angek, Sumatera Barat, juga telah berkontribusi dalam perkembangan sastra di lingkungan masyarakat.
“Rumah Puisi” ini adalah swadaya Taufiq Ismail dan istrinya sendiri. “Rumah Puisi” ini tidak hanya menjadi perpustakaan pribadi Taufiq Ismail, tetapi juga sebagai sarana pelatihan siswa dalam bidang sastra.
Setiap hari Minggu, pelatihan gratis diberikan kepada siswa di sekitar “Rumah Puisi”.
Selain itu, Taufiq Ismail juga memiliki peran dalam bidang sosial budaya, yaitu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang mendorong dan membantu pengembangan generasi muda bangsa yang lebih baik.
Contoh kegiatan ini adalah partisipasinya dalam gerakan antinarkoba.
Peranan ini dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan sosial serta penciptaan karya-karya puisi yang relevan, yang dibacakan di berbagai kota di Indonesia.
Jadi, dapat disimpulkan selain sebagai seorang sastrawan Taufiq Ismail juga merupakan salah satu penyair yang peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan sastra di sekolah dan di lingkungan masyarakat.
Beberapa kegiatan yang didirikan Taufiq Ismail untuk meningkatan minat baca karya sastra seperti Pelatihan Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS), Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB), Pendirian Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI), Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS), Lomba Menulis Cerita Pendek (LMCP), Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM), dan “Rumah Puisi”.
Selain itu, Taufiq Ismail juga memiliki peran dalam bidang sosial budaya, yaitu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang mendorong dan membantu pengembangan generasi muda bangsa yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Basori. 2017. Kekhohesian Teks Puisi Taufiq Ismail.Vol 13. No.2. h. 157-172.