Membayangkan betapa repotnya mengurus makhluk kecil yang belum bisa apa- apa hingga menjadi ‘manusia’ terkadang menjadi momok tersendiri bagi sebagian orang. Bahkan ada diantaranya yang memutuskan untuk childfree atau memilih tidak memiliki anak. Misalnya saja Gita Savitri Devi, seorang blogger dan youtuber yang tinggal di Jerman.
Gita Sav beberapa waktu lalu di blog pribadinya menyampaikan kalau ia menganut childfree karena beberapa alasan yang tidak disebutkan. Ya, tidak ada salahnya dari keputusan yang diambil itu, yang tentunya sudah dipertimbangkan secara matang. Semua kembali pada pribadi masing- masing. Lalu bagaimana orang tua ngebet punya anak?
Bicara tentang orang tua, tentu itu bukan peran yang sederhana. Perlu kesiapan fisik dan mental, juga materi lain yang mendukung. Tidak asal ingin lalu bikin, tidak. Bukan juga karena ‘terpaksa’, lalu iya. Itu bukan alasan yang tepat untuk memiliki anak. Setidaknya harus tahu dulu tentang parenting.
Parenting atau perlakuan orang tua terhadap anak ini sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Menurut Freud, kepribadian seseorang terbentuk karena masa lalu nya terutama ketika usia anak- anak. Pada usia itu anak- anak memiliki lingkungan sosial yang masih terbatas, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang tua. Apa yang oran tua ajarkan dan contohkan pada usia ini akan mempengaruhi masa depannya. Oleh karena itu, orang tua harus paham bagaimana memperlakukan anak dengan efektif.
Perlakuan orang tua terhadap anak atau sering disebut parenting merupakan bekal wajib yang harus dimiliki bagi setiap orang tua. Parenting bukan hanya bagi seorang ibu, tapi ayah pun harus paham. Kekompakan kedua orang tua jadi faktor penting agar parenting bisa efektif. Lalu bagaimana parenting yang efektif?
Menurut Weiten& Lioyd (1994) parenting yang efektif memiliki 5 prinsip, yaitu:
1. Menaruh perhatian terhadap anak
Perhatian ini sangat penting, tidak hanya ketika anak melakukan hal buruk lalu ditegur, namun juga perhatian ketika anak sedang melakukan hal baik lalu beri reward atau pujian. Reward ini dapat mendorong anak untuk melakukan hal baik lagi, dan lagi.
2. Membuat standar atau aturan perilaku
Buatlah aturan mulai dari hal sederhana dan mudah dipahami. Tentunya harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, anak berusia 7 tahun, anak harus bangun sebelum jam 6, setelah bangun harus merapikan tempat tidur, membuka jendela. Hal sederhana yang dapat menumbuhkan kedisiplinan anak.
3. Menjelaskan alasan atau tujuannya
Ketika anak sedang meminta sesuatu sebaiknya jangan hanya dilarang, tapi juga dijelaskan alasan dan tujuannya. Ketika anak melakukan kesalahan sebaiknya juga jangan dimarahi, tapi dijelaskan dan ditegur dengan baik- baik. Dengan begitu anak akan paham akan tindakannya, sekaligus belajar berpikir kritis.
4. Mendorong anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain
Berhubungan dengan poin 3, bahwa menjelaskan alasan ini tidak hanya fokus pada diri anak, tapi juga dampak perilakunya terhadap orang lain. Baik itu perilaku buruk maupun perilaku baik. Hal ini diharapkan membantu anak untuk peka terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Menegakkan aturan secara konsisten
Aturan yang telah disusun di poin 3 harus dilakukan secara konsisten dan terus diupdgrade seiring bertambahnya usia. Konsistensi ini berlaku tidak hanya untuk anak tapi juga orang tua, harus konsisten memberikan contoh yang baik.
Parenting menurut Weiten& Lioyd ini hanyalah salah satu referensi ilmu parenting yang bisa diterapkan bagi para orang tua. Setiap orang tua tentu memiliki cara dan gaya parenting sendiri- sendiri. Tapi harapannya prinsip parenting Weiten& Lioyd bisa bermanfaat ya.