Tentunya kita semua tahu aplikasi bernama Instagram yang sering digunakan oleh semua orang. Aplikasi yang memberikan kemudahan dan kebebasan dalam mengakses dan membagikan unggahan yang dapat ditonton oleh pengguna dipenjuru dunia. Instagram memiliki fitur yang beragam yang sangat membantu para pengguna untuk berinteraksi dengan pengguna lain. Namun, ternyata ini menjadi celah penipuan. Apalagi saat ini, terdapat fitur pada Instagram yang sedang menjadi tren yakni Add Yours (Balasan Anda). Fitur berbentuk stiker yang dibuat untuk para pengguna bisa berbalas melalui Insta-Story dengan foto atau tulisan.
Tentu kita tahu cara menggunakan fitur tersebut dengan mengetuk tombol Add Yours pada Insta-Story pengguna lain, kemudian kita bisa memberikan komentar berupa teks, emoji, dan foto.
Cara lainnya, bisa dengan mengetuk ikon dadu untuk melihat dan memilih berbagai inspirasi topik yang telah disedikan atau kita juga bisa berkreasi dengan mengangkat topik lain yang ingin dijadikan sebagai bahan diskusi untuk saling berbagi bersama pengguna lainnya. Selain itu, kita juga dapat melihat unggahan pengguna lain dari topik yang kita lihat atau kita buat.
Fitur Add Yours (Balasan Anda) ini ternyata sangat menarik perhatian para pengguna Instagram dan menjadi tren baru. Para pengguna ternyata sangat terhibur dengan adanya fitur tersebut, nyatanya banyak pengguna yang membuat ide sebagai challenge agar semakin seru. Namun, sangat disayangkan mereka seperti sudah tak dapat lagi membedakan mana konsumsi publik dan pribadi. Faktanya banyak yang membuat Add Yours dengan pertanyaan yang menyangkut data pribadi seperti “Apa saja nama panggilan kamu?” ; “Foto selfi dengan KTPmu”; dan lain-lain. Topik ini yang sekarang sedang menjadi tren, tak sedikit pengguna mengikuti challenge tersebut.
Mereka tak sadar bahwa hal ini dapat menjadi celah penipuan. Seperti pada postingan yang berisikan “Pagi tadi temen saya telepon, nangis-nangis abis ditipu katanya. Biasalah, penipu yang telepon minta transfer gitu. Yang bikin temen saya percaya, si penipu manggil dia “pim”. “pim” adalah panggilan kecil teman saya, yang hanya orang deket yang tau. Terus dia inget dia abis ikutan ini” kata Dita Moechtar yang juga melampirkan tangkapan layar yang berisikan topik “Variasi panggilan kamu”.
Banyak yang berpendapat bahwa nama panggilan juga merupakan salah satu data pribadi, karena nama panggilan yang kita gunakan bisa berbeda-beda antara bersama keluarga, teman dekat, dan bahkan publik. Mereka terlihat secara terang-terangan membagikan data pribadi tersebut.
Mengutip laporan CNN Indonesia pada 8 Januari 2021, analisis media sosial Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengatakan bahwa sejumlah masyarakat tidak paham dengan potensi kejahatan akibat kebocoran data pribadi. Data itu seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, nomor telepon, hingga email. “Orang Indonesia cenderung tidak paham dengan bahaya dari data pribadi yang menyebar. Jadi kalau tersebar, mereka biasa saja,” ujar Ismail. Namun, tentu kita sekarang sudah mengetahui bahwa data yang bocor dapat membawa ancaman.
Ancaman salah satunya adalah scam atau tindakan penipuan. Seperti pada kasus yang terjadi di atas, terkena tipu oleh orang lain yang memanggil dirinya dengan panggilan yang hanya teman dekatnya yang mengetahuinya.
Dari ancaman tersebut dapat munculnya dampak trauma yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman. Jika trauma tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan lebih berdampak buruk lagi pada gangguan psikologis, seperti gangguan penyesuaian, gangguan stres pasca trauma, gangguan panik, maupun gangguan depresi.
Lalu, hal yang dapat dilakukan agar trauma tidak berujung stres yaitu dengan pengontrolan diri akan trauma. Dengan pola pikir yang positif dan menyibukkan diri dengan aktivitas semacam hobi yang dapat mengalihkan dari trauma tersebut. Tentu trauma itu akan semakin hilang dan diri akan membaik jika kita mau dan berusaha.
Dari kejadian tersebut dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu memberikan kita kesadaran untuk selalu waspada khususnya tentang apa yang kita publikasi. Kesadaran akan bahaya yang tidak dapat kita prediksi, namun setidaknya dapat kita hindari.
Kemudian, dampak negatifnya yaitu dapat memberikan efek trauma pada diri korban yang dapat mengakibatkan depresi jika tidak dikelola dengan baik.
