Gerimis di penghujung hari
Mentari merangkak kembali ke peraduannya
Derap kaki berlari mengejar waktu
Napas terdengar berat, semakin berat
Suara teriakan histeris melengking
Derap kaki bertambah cepat semakin cepat lalu berhenti
Sudah selesai, sudah terlambat
Terbaring kaku tanpa kata tanpa senyum
Terpaku, terbelalak, lalu sujud bersimpuh,
Kamu? Bangun ! kamu harus bangun! Ayo ! lihat aku, buka matamu!
Berbisik, lalu berteriak, tergagap mengucap kata menahan sesak
Bulir-bulir bening berjatuhan, lalu mengalir tak henti
Mengapa? Mengapa harus kamu?
Dengarkan aku, aku disini, melihatmu, memelukmu, jawab aku
Lihatlah, ini aku, seperti janjiku aku selalu disisimu setiap waktu
Lalu janjimu? Kau tak akan membiarkanku menangis,
Bangun, hapus airmataku, penuhi janjimu
Arghhhhh, kamu jahat………..
Mengapa secepat ini? Ini sakit…
Hampir hilang warasku, aku bingung
Seperti dihujani seribu jarum, hati ini sungguh teramat sakit..
Jantungku seperti akan meledak, aku hancur bersama cinta yang sedang bersemi
Sedangkan kau? Diam, membisu, pucat dan kaku
Cintaku…lihatlah aku, kau lihat airmata ini? Kau lihat wajah ini? Aku tak mampu..
Bagaimana mungkin kau pergi tanpa pamit, sedangkan aku menunggumu datang membawaku pergi
merajut kisah penuh cinta,
Kekasihku..sampai hati kau goreskan luka di relung hatiku yang paling dalam
Mengapa? Mengapa harus sekarang?
Kita bahkan belum saling menatap hari ini
Kita bahkan belum saling bicara hari ini
Kau pergi bersama janjimu, bawa kembali cintamu kepada Sang Pencipta
Aku marah, aku hancur aku bingung
Tak ada lagi yang dapat kulakukan, tinggal terdiam memeluk jiwa menghibur hati
Memutar kembali kenangan di dalam khayalan
Sungguh ini sangat berat, namun aku harus bangkit
Mencintaimu sampai aku tak bisa lagi mengingatmu
Terima kasih untuk sebaris kisah yang kini runtuh,
Merindukanmu sampai aku tak bisa lagi merindu
Sampai bertemu di surga kekasih jiwaku..