Sadio Mane adalah seorang pemain sepakbola yang baru-baru ini hijrah ke dari klub Premier League Inggris Liverpool FC ke klub Bundesliga Jerman Bayern Munich.
Selain piala-piala bersama klub yang ia bela, bersama dengan tim nasional Senegal Mane telah meraih gelar Africa Cup of Nations 2021.
Di atas lapangan hijau, Sadio Mane telah mempertontonkan kekuatan, kelincahan, dan kelihaiannya bermain olahraga terpopuler sejagat, sepakbola.
Melihat aksi Sadio Mane di lapangan hijau, siapa sangka kita mungkin tak akan pernah menyaksikannya karena saat kecil ia pernah dilarang bermain sepakbola.
Selain pelarangan itu, berikut ini adalah hal-hal menarik dari kehidupan Sadio Mane.
Ayahnya yang merupakan imam masjid melarang Mane bermain sepakbola
Sadio Mane lahir pada tanggal 10 April 1992, di Bambali, Sedhiou, Senedal. Sejak kecil, Sadio Mane gemar bermain sepakbola dan berharap dapat menjadi pesepakbola profesional.
Namun, ayah Sadio Mane yang merupakan seorang imam masjid melarangnya bermain sepakbola. Orangtua Mane berharap ia menjadi seorang guru di kota tersebut.
Ketika menginjak usia tujuh tahun, ayah Sadio Mane meninggal dunia. Ketika berusia limabelas tahun, Mane meninggalkan kampung halamannya dan pergi menuju ibukota Senegal, Dakar.
Hal itu ia lakukan demi mewujudkan mimpinya menjadikan sepakbola sebagai sumber penghidupannya. Pada masa tersebut, keluarganya telah mendukung tekad Sadio Mane itu.
Mencoba peruntungan di Eropa
Mane mengawali kariernya pada tahun 2009 di klub muda di klub Generation Foot, yang berbasis di Dakar. Klub tersebut memiliki stadion bernama Stade Déni Biram Ndao yang berkapasitas 1000 penonton.
Bakat Mane tercium oleh klub Prancis bernama Metz, yang menjalin kerjasama dengan Generation Foot dalam menjaring talenta-talenta pesepakbola Senegal.
Pada tahun 2011, Mane bergabung dengan Metz, dan ditempatkan ke klub satelit mereka, yakni Metz B. Pada tahun 201, Mane dipromosikan ke tim utama Metz.
Klub Austria Red Bull Salzburg yang tertarik dengan kemampuan Sadio Mane, pada tahun 2012 resmi membelinya dari Metz dengan biaya transfer sebesar 2 juta euro, atau sekitar 29,1 milyar.
Berkembang dengan bagus di liga Austria, membuat Mane menjadi incaran klub Premier League Southampton. Pada tahun 2014, Mane resmi didatangkan dengan biaya transfer mencapai 11,8 juta euro atau sekitar 171,8 milyar rupiah.
Rekor hattrick tercepat
Pada 16 Mei 2015, ketika pertandingan kandang terakhir Southampton di musim 2015-2015, Mané mencetak tiga gol dalam 2 menit 56 detik dalam kemenangan 6-1 Southampton atas Aston Villa.
Catatan tersebut membuat Sadio Mane mengukir rekor baru Liga Premier Inggris untuk hat-trick tercepat.
Rekor sebelumnya dipegang sejak 1994 oleh Robbie Fowler, yang mencetak tiga gol melawan Arsenal dalam 4 menit dan 33 detik.
Pada musim tersebut, Mané mengakhiri musim dengan catatan 10 gol dari 32 penampilan di semua kompetisi.
Membentuk trio Firmansyah di Liverpool
Pada 28 Juni 2016, klub Liverpool resmi merekrut Sadio Mane dari klub Southampton dengan biaya transfer sebesar 34 juta euro atau sekitar 495 milyar rupiah.
Di bawah arahan pelatih top Jerman Jurgen Klopp, Mane menampilkan permainan atraktif bersama ketiga pemain lainnya yaitu Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Philippe Coutinho.
Keempatnya sering mendapat julukan Fab Four, namun setelah Coutinho hengkang ke FC Barcelona pada 6 Januari 208, julukan tersebut berganti menjadi Fab Three.
Sementara, di Indonesia, ketiga pemain Liverpool tersebut kerap mendapat julukan trio Firmansah, yang merupakan kependekan dari gabungan nama Firmino – Mane – Salah.
Pemain Asal Afrika Pertama yang Cetak Gol di Final Liga Champions
Sadio Mane tercatat menjadi pesepakbola asal benua Afrika pertama yang berhasil mencetak gol di final UEFA Champions League.
Rekor ini ia buat ketika Liverpool berlaga di final Liga Champions melawan Real Madrid di tahun 2018. Meski Mane mnegukir rekor pribadi, namun timnya Liverpool harus kalah dengan skor akhir 3-1 dari Real Madrid.
Pada musim berikutnya, Mane bersama rekan-rekannya berhasil mencapai final Liga Champions kembali. Kali ini, Liverpool berhasil menebus kegagalan musim sebelumnya dengan mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-0.
Pada musim berikutnya, di akhir musim 2019-2020, Mane bersama skuad Liverpool memutus dahaga fans Liverpool yang telah lama tak meraih gelar Premier League.
Amal Mane untuk kampung halaman
Pada tahun 2019, Mané menyumbangkan 250 ribu poundsterling atau sekitar 4 milyar rupiah untuk pembangunan sekolah di kota kelahirannya Bambali, Senegal.
Kemudian pada tahun 2021, ia kembali menyumbangkan dana, kali ini sebesar 500 ribu poundsterling atau sekitar 8,1 milyar rupiah membangun rumah sakit di Bambali.
Dua kali mengalami pencurian
Saat berada di Liverpool, Mane yang tinggal di Allerton, Liverpool, telah mengalami dua kali pencurian. Kejadian pertama pada November 2017 dan yang kedua pada Februari 2019.
Pada pencurian di tahun 2017, ia sedang bermain melawan Maribor di Liga Champions. Kemudian kejadian kedua juga terjadi di ketika dia bermain di Liga Champions, kali ini saat melawan Bayern Munich.